Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Destry Damayanti: Kondisi Global Tidak Pasti, Stabilitas Nilai Tukar Rupiah Perlu Dipertahankan

Kompas.com - 03/06/2024, 19:12 WIB
Agustinus Rangga Respati,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Calon Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Destry Damayanti menyampaikan, salah satu yang jadi perhatian anggota Komisi XI DPR RI dalam uji kelayakan dan kepatutan (fit and proper test) adalah terkait nilai tukar rupiah.

Destry mengatakan, BI terus berupaya untuk menjaga stabilitas rupiah di tengah dinamika global yang terjadi.

"Berbagai upaya kami lakukan, ya globalnya memang masih tidak pasti, tapi kan yang bisa kita kontrol adalah bagaimana kita memperbaiki masalah valas (valuta asing) kita sendiri. Ini sebagai suatu hal yang positif," kata dia ketika ditemui di kompleks DPR RI, Senin, (3/6/2024).

Baca juga: Komisi XI DPR Sepakat Destry Damayanti Jabat Deputi Gubernur Senior BI Periode Dua

Ia menambahkan, dalam 2-3 tahun belakangan terjadi pengembangan yang cukup baik di pasar valas Indonesia.

"Sejauh ini kami masih dapat mempertahankan stabilitas rupiah. Kita lihat tahap berikutnya. Kalau rupiah itu faktornya banyak ya," terang dia

BI sendiri menilai saat ini volatilitas terhadap nilai tukar rupiah relatif dapat dikelola dengan baik. Adapun, nilai tukar rupiah memang banyak dipengaruhi oleh kondisi ekonomi, termasuk ekonomi global.

Menurut dia, nilai tukar rupiah dipengaruhi salah satunya oleh tingginya permintaan dollar AS pada Mei 2024 karena adanya pembagian dividen dan kebutuhan pembayaran utang luar negeri.

"Yang penting BI akan selalu ada di pasar, kalau dibutuhkan BI akan selalu masuk ke pasar apakan dengan money spot, Domestic Non Deliverable Forward (DNDF), setra kalau diperlukan di pasar sekunder Surat Berharga Negara (SBN) market, tapi itu kan semuanya serba terukur," jelas dia.

Dalam kesempatan sama, Destry menjabarkan tren penguatan dollar AS terhadap mata uang negara lain perlu diperhatikan. Tren tersebut terjadi pada hampir seluruh mata uang dunia, termasuk rupiah.

Namun demikian, Indonesia sepanjang tahun ini mengalami pelemahan rupiah sebesar 3,86 persen. Hal tersebut masih lebih baik dibandingkan dengan Filipina, Korea Selatan, Thailand, dan Turki yang mengalami depresiasi yang lebih tinggi.

"Depresiasi yang terjadi di rupiah jauh lebih manageable dibandingkan dengan negara lainnya," kata dia.

Baca juga: Usai Jalani Fit and Proper Test, Destry Damayanti: Alhamdulilah Lancar...

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rupiah Diramal Jatuh ke Rp 16.800 Per Dollar AS, Akankah BI Naikkah Suku Bunga?

Rupiah Diramal Jatuh ke Rp 16.800 Per Dollar AS, Akankah BI Naikkah Suku Bunga?

Whats New
Peluang Perawat Indonesia Bekerja di Belanda Terbuka Lebar

Peluang Perawat Indonesia Bekerja di Belanda Terbuka Lebar

Work Smart
Pertamina dan PLN Masuk 10 Besar Perusahaan Energi Terbesar Asia Tenggara 2024 Versi Fortune

Pertamina dan PLN Masuk 10 Besar Perusahaan Energi Terbesar Asia Tenggara 2024 Versi Fortune

Whats New
Adaro Minerals Buka Lowongan Kerja hingga 30 Juni 2024, Simak Persyaratannya

Adaro Minerals Buka Lowongan Kerja hingga 30 Juni 2024, Simak Persyaratannya

Work Smart
Cerita Tiarsih Bangun Kampung Rosella, Tingkatkan Ekonomi dari Komoditas Daerah

Cerita Tiarsih Bangun Kampung Rosella, Tingkatkan Ekonomi dari Komoditas Daerah

Smartpreneur
HUMI Bakal Bagikan Dividen Rp 18,04 Miliar

HUMI Bakal Bagikan Dividen Rp 18,04 Miliar

Whats New
Boeing Angkat Mantan Diplomat Australia Jadi Presiden Asia Tenggara

Boeing Angkat Mantan Diplomat Australia Jadi Presiden Asia Tenggara

Whats New
Holding BUMN Danareksa Bagi-bagi 212 Hewan Kurban ke 16.000 KK

Holding BUMN Danareksa Bagi-bagi 212 Hewan Kurban ke 16.000 KK

Whats New
Prudential Gandeng Mandiri Investasi, Luncurkan Subdana untuk Nasabah Standard Chartered

Prudential Gandeng Mandiri Investasi, Luncurkan Subdana untuk Nasabah Standard Chartered

Earn Smart
Pertamina Peringkat Ketiga Perusahaan Terbesar di Asia Tenggara Versi Fortune 500

Pertamina Peringkat Ketiga Perusahaan Terbesar di Asia Tenggara Versi Fortune 500

Whats New
Marak PHK di Industri Tekstil, Asosiasi: Ribuan Pekerja Belum Terima Pesangon

Marak PHK di Industri Tekstil, Asosiasi: Ribuan Pekerja Belum Terima Pesangon

Whats New
Daya Saing Indonesia Terbaik ke-27 Dunia, Ungguli Jepang dan Malaysia

Daya Saing Indonesia Terbaik ke-27 Dunia, Ungguli Jepang dan Malaysia

Whats New
10 Raja Terkaya di Dunia, Raja Inggris Tak Masuk Daftar

10 Raja Terkaya di Dunia, Raja Inggris Tak Masuk Daftar

Earn Smart
BPR Perlu Percepatan Digitalisasi untuk Hadapi Tantangan Global

BPR Perlu Percepatan Digitalisasi untuk Hadapi Tantangan Global

Whats New
Apakah Indonesia Mampu Ciptakan “Kemandirian Beras”?

Apakah Indonesia Mampu Ciptakan “Kemandirian Beras”?

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com