Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kunjungi China, Luhut Tawarkan Proyek Baterai hingga Durian

Kompas.com - 13/06/2024, 11:41 WIB
Haryanti Puspa Sari,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut B. Pandjaitan melakukan pertemuan dengan Chairman of National Development and Reform Comission (NDRC) Zheng Shanjie di Beijing, Rabu (12/6/2024). Dalam pertemuan tersebut, menawarkan beberapa kerja sama.

Luhut mengatakan, Indonesia berkomitmen tinggi untuk mewujudkan transisi energi dan membangun industri energi terbarukan.

Dengan demikian, ia berharap NDRC mendukung proyek baterai di kawasan industri Buli di Maluku Utara.

Baca juga: Luhut Yakin IKN dan Makan Siang Gratis Bisa Terealisasi

"Saya harap NDRC dapat mendukung kerja sama antara CBL (joint venture CATL, Brunp, dan Lygend) dan IBC (Indonesia Battery Corporation) untuk produksi proyek battery materials dan proyek battery recycling di kawasan industri Buli, Maluku Utara," kata Luhut dalam keterangan tertulis, Kamis (13/6/2024).

Selain industri Buli, Luhut juga menyinggung kawasan industri di Kalimantan Utara. Kawasan ini menurut dia, akan menjadi game changer dan model kerja sama negara berkembang.

Ia mengatakan, pemerintah Indonesia sudah menyesuaikan peraturan untuk memastikan keamanan jaminan bahan baku untuk proyek petrokimia.

"Saya berharap Pak Zheng dapat mendukung implementasi kawasan industri Kaltara ini. Selain itu, kami terus mendukung investor Tiongkok yang akan membangun pabrik kaca (PV Glass) di Indonesia termasuk Kaltara," ujarnya.

Tak hanya itu, Luhut juga membahas kerja sama ekspor durian Indonesia ke Tiongkok.

Ia mengatakan, Tim NDRC telah berkunjung ke Sumatera Utara dan Sulawesi Tengah yang memiliki potensi besar durian.

Selanjutnya akan ada pertemuan dengan General Administrastion of Customs China (GACC) untuk mendorong Impor Protokol Durian.

Di samping itu, Luhut juga mengatakan, pada sela-sela acara World Water Forum ke -10 pada 20 Mei 2024 lalu di Bali, telah ditandatangani LoI Global Blended Finance Alliance (GBFA) yang dapat mendukung kerja sama blended finance Indonesia-Tiongkok di berbagai bidang.

"Shanghai dan Hongkong dapat menjadi pusat blended finance di Tiongkok dan berkolaborasi dengan organisasi internasional yang mendukung kerja sama South-South Cooperation. China Development Bank adalah mitra dari Tri Hita Karana yang berperan penting dalam mempelopori blended finance," ucap dia.

Baca juga: Luhut Bocorkan Pertamina dan Bulog Bakal Akuisisi Perusahaan Asing

Sebagai informasi, investasi China selama empat tahun terakhir di Indonesia mencapai 28,4 miliar dollar AS atau setara Rp 451,7 triliun (kurs Rp 15.905 per dollar AS).

Hal tersebut disampaikan Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Eko S.A. Cahyanto dalam acara "Indonesia-China Trade International Cooperation Seminar and Business Matching" di Gedung Kemenperin, Jakarta, Kamis (16/5/2024).

"Investasi China dari tahun 2019 sampai dengan tahun 2023 mencapai 28,4 miliar dollar AS di mana investasi sektor manufaktur mengambil porsi terbesar dalam melakukan investasi di Indonesia sebesar 54 persen atau 15,4 miliar dollar AS," kata Eko.

Eko mengatakan, pemerintah Indonesia terus menjalankan strategi reformasinya guna memberikan lebih banyak peluang bagi kerja sama ekonomi dan perdagangan dengan China.

Baca juga: Minta Simbara Timah dan Nikel Segera Jalan, Luhut: Jangan Ragu-ragu, Hajar Saja

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com