Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Catat Laba Rp 5,02 Triliun, PTBA Bagikan Deviden Rp 3,76 Triliun

Hal itu diumumkan PTBA usai menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Tahun 2018, Kamis (25/04/2019).

Perlu diketahui sepanjang tahun 2018, kinerja PTBA mengalami perkembangan yang baik. Hal ini terlihat dari pencapaian laba bersih Bukit Asam yang menembus Rp 5,02 triliun. Angka ini naik 12 persen dibandingkan laba bersih tahun 2017, yakni Rp 4,48 Triliun.

“Pencapaian ini merupakan laba bersih tertinggi yang berhasil diraih PTBA sejak beroperasi. Kenaikan pendapatan usaha, penjualan ekspor serta efisiensi berkelanjutan yang dilakukan Perseroan menjadi faktor utama dari perolehan laba bersih sepanjang 2018,” tulis keterangan resmi yang Kompas.com terima, Senin (29/4/2019).

Tak hanya itu, pada 2019, PTBA mencatatkan kenaikan pendapatan usaha sebesar 9 persen atau menjadi Rp 21,17 Triliun.

Kenaikan itu berasal dari penjualan batu bara domestik sebesar 49 persen, penjualan batu bara ekspor 48 persen dan aktivitas usaha lain, seperti penjualan listrik, briket, minyak sawit mentah, jasa kesehatan rumah sakit dan jasa sewa sebesar 3 persen.

Sebagai informasi, volume penjualan batu bara PTBA pada 2018 mencapai 24,69 juta ton atau mengalami kenaikan 4 persen dari tahun 2017.

Pencapaian volume penjualan ini memiliki komposisi 56 persen untuk pasar domestik dan 44 persen untuk pasar ekspor. Meningkatnya volume penjualan ini didukung dengan kenaikan volume produksi batu bara sepanjang tahun 2018 sebesar 9 persen dari tahun sebelumnya menjadi 26,36 juta ton.

Sementara itu, angkutan batu bara dengan kereta api juga mengalami kenaikan sebesar 1,32 juta ton menjadi 22,69 juta ton pada tahun 2018 ini.

Sejalan dengan capaian positif tersebut, kinerja saham PTBA pada 2018 pun semakin baik.

Pada pembukaan perdagangan tahun 2018, tepatnya 2 Januari 2018 tercatat saham PTBA sebesar Rp 2.500- per lembar saham, sementara pada penutupan perdagangan tanggal 31 Desember 2018, harga saham PTBA tercatat Rp 4.300,-

Rentetan penghargaan

Raihan positif PTBA diberbagai lini kemudian mendapat pengakuan dari berbagai pihak. Hal ini terlihat dari deretan penghargaan yang PTBA terima.

Total sepanjang 2018, PTBA berhasil meraih 42 penghargaan dari pemerintah dan berbagai lembaga baik dalam dan luar negeri.

Contohnya pada akhir tahun 2018, PTBA kembali meraih penghargaan Proper Emas dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia. Penghargaan ini menjadikan PTBA meraih Proper Emas enam kali berturut-turut sejak 2013 lalu.

Selain itu, PTBA meraih pula penghargaan lainnya, seperti The Asian Export Award 2018 kategori logam dan penambangan, Indonesia Mining Award 2018 kategori Penyuplai DMO Batu Bara Tertinggi, dan The Best Overall BUMN dalam Anugerah BUMN 2018.

Nah, semua capaian tersebut tak lepas dari strategi manajemen dalam mengoptimalkan peluang pasar ekspor ke beberapa negara, seperti India, Korea Selatan, Hong Kong dan Thailand, di tengah pembatasan impor yang dilakukan oleh China selaku pangsa pasar ekspor terbesar.

Tak hanya itu, keberhasilan ini didukung pula dengan strategi optimasi penjualan ekspor batu bara medium to high calorie ke premium market dengan tonase yang mencapai 2 kali lipat lebih dari tonase tahun sebelumnya.

Target 2019

Memasuki Tahun 2019, PTBA menargetkan penjualan batu bara naik menjadi sebesar 28,38 juta ton, terdiri dari 13,67 juta ton penjualan domestik dan 14,71 juta ton penjualan ekspor.

Target penjualan tahun 2019 ini meningkat 15 persen dari realisasi penjualan batu bara pada 2018.

“Peningkatan target penjualan ini ditopang oleh rencana penjualan ekspor untuk batu bara medium to high calorie ke premium market sebesar 3,8 juta ton,” tulis keterangan resmi tersebut.

Untuk mendukung target penjualan, PTBA menargetkan produksi batu bara sebesar 27,26 juta ton. Angka ini naik 3 persen dari realisasi produksi tahun 2018, yakni 26,36 juta ton.

Angkutan batu bara dengan kereta api juga ditargetkan naik menjadi 28,38 juta ton, dengan komposisi Tanjung Enim menuju Tarahan sebesar 21 juta ton dan Tanjung Enim menuju Kertapati 4,3 juta ton.

Secara total, tarangkutan batu bara dari lokasi tambang sebesar 23,10 juta ton, masing-masing 19,40 juta ton ke Pelabuhan Tarahan, Lampung dan 3,70 juta ton ke Dermaga Kertapati, Palembang.

Jumlah angkutan batu bara ini telah meningkat 13 persen dari target tahun 2017 sebesar 20,50 juta ton.

Hilirisasi batu bara

Dalam RUPS tersebut dibahas pula mengenai Nota Kesepahaman PTBA bersama Pertamina dan Air Products di Allentown, Amerika Serikat pada 7 November 2018.

Dalam Nota Kesepahaman itu ketiga perusahaan ini akan berkerjasama untuk gasifikasi batu bara menjadi dimethyl ether (DME) dan synthetic natural gas (SNG). Hal ini tentu sejalan dengan tagline beyond coal.

Selain sebagai sinergi BUMN, adanya kerja sama ini dapat pula meningkatkan nilai tambah batu bara. Bukan hanya itu, kerja sama ini juga sebagai upaya pengembangan bisnis hilirisasi batu bara kalori rendah.

“Pencapaian yang gemilang di 2018 mendorong Bukit Asam untuk terus maju. Salah satunya dengan program hilirisasi yang sudah dicanangkan PTBA. Adanya program hilirisasi ini juga merupakan salah satu langkah nyata transformasi Bukit Asam untuk menjadi perusahaan,” ujar Sekretaris PTBA Suherman.

Penandatanganan kerja sama di Allentown ini kemudian berlanjut dengan adanya Penandatanganan Kerangka Kerja sama Pendirian Joint Venture Company pada 16 Januari 2019 antara PTBA, Pertamina dan Air Products di Jakarta.

Kerja sama ini dimaksudkan sebagai dasar dimulainya studi kelayakan potensi bisnis coal to gas.

Pada awal Februari 2019 lalu, telah pula dilaksanakan Pencanangan Pabrik Hilirisasi Batu Bara di Peranap, Riau sebagai langkah awal transformasi PTBA.

Proyek ini rencananya akan mulai berproduksi pada 2023 dengan konsumsi batu bara 8,7 juta ton per tahun dari tambang Peranap milik PTBA.

Selain itu, PTBA bersama dengan Pertamina, Pupuk Indonesia dan Chandra Asri Petrochemical telah pula melakukan Pencanangan Industri Hilirisasi Batu Bara di Bukit Asam Coal Based Special Economic Zone (BACBSEZ) di Tanjung Enim.

Melalui hilirisasi ini, batu bara kalori bisa menjadi syngas untuk produksi urea dengan kapasitas 570 ribu ton per tahun, Dimethyl Ether (DME) dengan kapasitas 400.000 ton, dan polypropelene dengan kapasitas 450.000 ton per tahun.

Proyek ini direncanakan Commercial Operation Date (COD) pada akhir 2022, dan direncanakan konsumsi batu bara untuk proyek ini mencapai 6,2 juta ton per tahun.

Sinergi dengan PT KAI

Untuk optimasi pengangkutan batubara, PTBA bekerjasama dengan PT Kereta Api Indonesia (KAI) (Persero) mengembangkan proyek angkutan batu bara jalur kereta api dengan kapasitas 60 juta ton per tahun pada 2023.

Pengembangan ini termasuk jalur baru yang terdiri dari Tanjung Enim- Prajin dan Tanjung Enim-Tarahan II.

Tanjung Enim-Prajin memiliki kapasitas 10 juta ton per tahun, sedangkan Tanjung Enim-Tarahan II memiliki kapasitas 20 juta ton per tahun. Kedua jalur ini, direncanakan akan mulai beroperasi pada 2023.

https://money.kompas.com/read/2019/04/30/202210526/catat-laba-rp-502-triliun-ptba-bagikan-deviden-rp-376-triliun

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke