Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Menanggapi Fadli Zon soal Negarawan dan Salesman

BEBERAPA hari lalu Fadli Zon menyatakan bahwa bangsa ini telah kehilangan kesempatan dipimpin oleh seorang berkualitas negarawan, bukan salesman.

Hal ini menjadi menarik karena profesi salesman oleh Fadli Zon dibandingkan dengan negarawan. Saya menangkap pernyataan ini seakan seorang salesman bukanlah negarawan.

Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan negarawan sebagai ahli dalam kenegaraan; ahli dalam menjalankan negara (pemerintahan); pemimpin politik yang secara taat asas menyusun kebijakan negara dengan suatu pandangan ke depan atau mengelola negara dengan kebijaksanaan dan kewajiban.

Dalam satu kesempatan pengamat politik dari Reform Institute, Yudi Latif, mengatakan bahwa negarawan adalah seseorang yang memberikan jiwa raganya untuk negara.

Membandingkan seorang negarawan dengan salesman menjadi menarik karena berdasarkan dua penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa seorang negarawan adalah orang yang mampu menjalankan pemerintahan dengan keterampilan dan pengetahuan yang dimilikinya, taat terhadap aturan, visioner, serta mau berkorban demi negaranya.

Adapun salesman adalah seseorang yang mempunyai tugas untuk mencapai target penjualan yang diberikan perusahaan di tempatnya bekerja.

Memang tidak semua orang mengenal dengan jelas profesi sales, bahkan sebagian besar masyarakat masih memiliki stigma terhadap salesman. 

Salesman dianggap sebagai pengganggu, terlalu agresif, memengaruhi orang lain dengan bujuk rayu dan tipu daya. Seorang salesman dianggap rendah karena mereka keluar masuk rumah, toko, dan perusahaan untuk menawarkan produk atau jasanya.

Maka, tidak aneh jika Anda menemukan tulisan di kompleks perumahan: "Pengemis, Pengamen dan Salesman dilarang masuk di kompleks ini".

Tidak ada yang mau jadi salesman

Sejak tiga tahun terakhir ini saya sering mengunjungi dan memberikan pelatihan kepada SMK-SMK di sejumlah kota di Indonesia, khususnya SMK jurusan Bisnis Daring dan Pemasaran. Siswa-siswi jurusan ini harusnya saat lulus siap menjadi salesman.

Tetapi, saat saya bertanya, "Siapa di antara kalian yang setelah lulus SMK mau jadi salesman, angkat tangan?"

Suasana kelas hening. Tidak ada satu pun siswa yang mengangkat tangan dan mau jadi salesman. Mereka semua lebih memilih jadi bos, pengusaha, saudagar dibandingkan jadi salesman.

Hal ini menjadi menarik dan membuat saya mencari tahu mengapa ada fenomena seperti ini?

Akhirnya, saya menemukan jawabannya. Mereka tidak mau jadi salesman karena mereka tidak tahu dengan jelas apa itu profesi salesman.

Terbukti, ketika saya selesai menjelaskan apa itu profesi salesman, jawaban audiens berubah.  Hampir 30-40 persen mengangkat tangan, mau menjadi salesman.

Bahkan, kini sudah ada ratusan anak didik saya dari jurusan SMK BDP yang lulus SMK jadi salesman yang berprestasi di sejumlah perusahaan.

Tidak paham

Kembali pada pernyataan Fadli Zon. Saya melihat pernyataan Fadli Zon disampaikan karena ia belum memahami profesi salesman secara lengkap.

Saya merasa ini momen yang tepat untuk menjelaskan kepada masyarakat agar banyak yang mengenal profesi salesman dengan benar.

Seorang salesman yang hebat adalah mereka yang berhasil mencapai bahkan melampaui target penjualan yang diberikan oleh perusahaan.

Menjadi salesman membutuhkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang memadai agar target tercapai. Ini bukan pekara mudah. Ada berbagai rintangan, tantangan, dan kesulitan yang menghadang.

Sikap yang benar antara lain berpikir positif, pantang menyerah, ulet, mau belajar, empati, respek terhadap pelanggan, atasan dan rekan kerja. Sikap ini dibutuhkan agar semangat menjual tetap tinggi dan tidak mudah menyerah.

Pengetahuan produk, pengetahuan tentang karakteristik orang lain, pengetahuan umum, mulai dari olahraga, kuliner, politik, hingga berbagai hal lainnya, akan membuat seorang salesman lebih mudah saat berkomunikasi dengan pelanggan dan menjelaskan produk.

Selanjutnya adalah keterampilan. Ada banyak keterampilan yang dibutuhkan setiap salesman. Berikut adalah beberapa di antaranya: keterampilan mencari dan mendapatkan prospek, menggali informasi tentang pelanggan, menjadi pendengar yang baik, mempresentasikan produk, meyakinkan pelanggan, negosiasi, sampai memberikan pelayanan after sales service kepada pelanggan.

Kalau melihat semua ini, bisa dipastikan seorang salesman yang hebat itu pasti punya sikap yang luar biasa, pengetahuan yang luas dan keterampilan yang mumpuni.

Kalaupun selama ini ditemui ada salesman yang nakal dan tidak baik, bisa dikatakan itu bukanlah salesman, melainkan oknum salesman.

Salesman yang benar adalah seorang yang sangat bertanggung jawab, bahkan mereka berjuang untuk kemajuan dan perkembangan perusahaan tempatnya bekerja.

Kalau sebuah negara ingin maju, perusahaan-perusahaan di negara tersebut haruslah berkembang dan maju. Kita semua sepakat bahwa yang memberikan kontribusi besar dalam kemajuan perusahaan adalah seorang salesman.

Salesman yang berjuang dengan keras dan pantang menyerah untuk kemajuan perusahaan dan negaranya.

Jadi apakah seorang salesman tidak pantas disebut seorang negarawan?

Bagaimana menurut Anda?

Saya cuma berharap ada satu kesempatan bisa ngopi bareng Fadli Zon sambil ngobrol ringan menjelaskan profesi salesman dan sekalian bisa jualan.

Happy selling.

https://money.kompas.com/read/2019/07/05/071500626/menanggapi-fadli-zon-soal-negarawan-dan-salesman

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke