Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ternyata, UKM Lebih Suka Jualan di Medsos Ketimbang E-commerce

JAKARTA, KOMPAS.com - Di era digital seperti saat ini, rupanya ada yang unik dalam perilaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dalam memilih platform jualan online.

Berdasarkan survei terbaru perusahaan rintisan logistik Paxel tahun 2019, UKM di Indonesia yang berjualan online rupanya lebih banyak mengandalkan media sosial seperti Whatsapp dan Instagram ketimbang e-commerce atau marketplace.

COO Paxel Zaldy Ilham Masita mengatakan, hasil survei yang diikuti oleh lebih dari 535 penjual online ini merupakan pandangan baru dan perubahan perilaku dalam bisnis di era digital, yang belum pernah disurvei oleh pemerintah RI.

"Ada perubahan behavior dari UKM-UKM kita. Data Bank Indonesia menyebut ada kenaikan bisnis online 150 persen, tapi hanya e-commerce. Tapi yang di medsos belum pernah disurvei. Makanya hasil survei ini adalah suatu fenomena baru," kata Zaldy Ilham Masita di Jakarta, Rabu (2/10/2019).

Survey tersebut mencatat, 33 persen dari 535 responden berbisnis kurang dari 1 tahun (beginner seller), 33 persen responden sudah berbisnis lebih dari 1 hingga 2 tahun (experienced seller), dan 34 persen responden sudah berbisnis lebih dari 2 tahun (veteran seller).

Dari kategori tersebut , 87 persen responden menggunakan lebih dari satu platform, umumnya mengombinasikan media sosial dan situs e-commerce.

Kendati menggunakan lebih dari 1 platform, Whatsapp dan Instagram merajai penjualan online.

Media sosial yang paling banyak digunakan adalah Whatsapp dengan persentasi 84 persen, diikuti Instagram 81 persen, e-commerce Shopee 53 persen, Facebook 36 persen, Tokopedia 29 persen, dan Bukalapak 18 persen.

Dari hasil survei tersebut, Zaldi mengatakan UKM memilih media sosial karena berbagai alasan, salah satunya media sosial lebih akrab di kehidupan sehari-hari.

Pun lebih mudah digunakan bagi penjual online yang baru memulai bisnis, yang mungkin belum memiliki kapasitas setingkat pengusaha veteran.

"Mereka pertama mulai itu melalui media sosial. dan setelah mulai berjalan dan demand-nya besar, mereka baru scale up dengan membuka (toko) di e-commerce. Biasanya yang menggunakan e-commerce adalah yang sudah lebih siap order dengan kapasitas yang lebih besar. Mungkin juga secara infrastruktur (e-commerce) jauh lebih rumit," ucapnya.

Pernyataan Zaldy diamini oleh salah satu UKM penjual makanan online asal Bandung, Gabriella Citra.

Dalam kesempatan yang sama, Gabriella mengatakan berjualan di Instagram adalah yang paling mudah.

"Apalagi, kalau pakai e-commerce uangnya enggak langsung masuk ke (rekening) aku. Setelah si pembeli menerima barang dan memberi report, baru ditransfer. Kalau lewat Instagram dan order by WA uangnya langsung masuk. Jadi lebih cepat perputarannya," kata Gabriella.

Alasan lainnya, kebanyakan sistem endorse untuk menarik pembeli berada di Instagram sehingga dia menganggap Instagram lebih mudah menarik pembeli.

"Aku pakai sistem endorse yang biasanya memang lewat Instagram," tuturnya.

https://money.kompas.com/read/2019/10/02/131800626/ternyata-ukm-lebih-suka-jualan-di-medsos-ketimbang-e-commerce

Terkini Lainnya

Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Spend Smart
Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Whats New
Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Whats New
Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Whats New
Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi 'Feeder' bagi Malaysia dan Singapura

Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi "Feeder" bagi Malaysia dan Singapura

Whats New
Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Whats New
Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Whats New
Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Whats New
Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Whats New
Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada  Kuartal I 2024

Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada Kuartal I 2024

Whats New
Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Work Smart
Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

Whats New
Indonesia dan Arab Saudi Sepakat Menambah Rute Penerbangan Baru

Indonesia dan Arab Saudi Sepakat Menambah Rute Penerbangan Baru

Whats New
BJBR Bukukan Laba Rp 453 Miliar pada Kuartal I 2024

BJBR Bukukan Laba Rp 453 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di RI, Luhut: Tidak Akan Menyesal

Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di RI, Luhut: Tidak Akan Menyesal

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke