Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Berkat Kerupuk Mlarat, Muanah Raup Omzet Rp 20 Juta

Namun ketekunan dan sikap pantang menyerah sangat penting dilakukan dalam memajukan usaha.

Seperti yang dilakukan Muanah. Berkat ketekunannya, wanita paruh baya ini sukses dalam menjalankan usaha rumahannya mengolah kerupuk mlarat.

Muanah mengelola usaha kerupuk yang memasaknya dengan pasir itu di rumahnya, di Blok Cabrik Desa Setu Kulon, Cirebon, Jawa Barat.

Di rumahnya yang sederhana, Muanah mengelola usaha kerupuk pasir yang merupakan usaha turun-temurun yang diwariskan oleh keluarganya.

Bersama suami, saudara dan warga setempat Muanah membuat kerupuk pasir secara tradisional.

Sejak tahun 2003, keluarga Muanah sudah memulai membuat kerupuk mlarat.

Awalnya usaha Muanah sudah memiliki 4 orang pegawai. Tahun 2011 Muanah mulai melakukan pinjaman usaha kepada Bank BTPN Syariah dengan nominal Rp 1,5 juta untuk membangun pabrik kecil, membeli tepung tapioka dan mengembangkan usaha.

Perlahan usahanya terus berkembang. Untuk mengembangkan usahanya tersebut,  pinjaman modal usaha pun terus meningkat dari Rp 1,5 juta menjadi Rp 3 juta, lalu top up Rp 6 juta, Rp 17 juta dan kini pinjaman Muanah tahun 2019 sudah mencapai Rp 30 juta.

“Pinjaman awalnya itu untuk tambahan modal membeli tapioka, terus juga untuk tambahan modal dan mengembangkan usaha. Kalau keuntungannya ya buat bangun rumah dan juga renovasi pabrik,” kata Muanah saat Kompas.com berkunjung,  Kamis (13/2/2012).

Muanah juga menyebut dengan tambahan modal usaha ia bisa memperoleh keuntungan lebih yang juga bisa ia manfaatkan meningkatkan produksi dari yang hanya 1 kwintal per hari kini bisa sampai 2 atau 3 kwintal per hari.

Di sisi lain kini ia sudah mempekerjakan 9 orang pekerja dengan gaji variatif dari mulai Rp 160.000 per hari per orang (kerja borongan) atau dengan target pengulenan 2 kwintal.

Saat ini Muanah sudah memperoleh omzet kurang lebih Rp 20 juta per bulan.

Ibu dua anak berharap usahanya terus berkembang. “Kalau bisa ya saya maunya usaha kerupuk ini bisa sampai Indramayu. Terus juga mau beli mesin cetak dan potong. Mahal sekali, harganya sampai Rp 35 juta,” ungkapnya.

Berkat perkembangannya dalam berusaha, Muanah pun mendapatkan penghargaan BTPN Syariah dengan memberangkatkannya umrah. Dia pun berangan bisa berangkat haji.

Selain menjalankan usaha kerupuk pasir, kini Muanah aktif sebagai ketua sentra dalam kegiatan komunitas yang digelar BTPN Syariah sebagai penyaluran kredit usaha mikro, selama dua pekan sekali.

Sebagai ketua sentra, Muanah bertanggung jawab terhadap kehadiran anggotanya. Adapun kegiatan pertemuan yang dilakukan adalah pemberian materi sosialisasi atau edukasi dalam pengelolaan keuangan oleh Community Officer (CO) Bank BTPN Syariah.

CO juga mengedukasi anggota komunitas untuk menabung semampunya, misal Rp 5.000. Dengan menabung, diharapkan pengusaha mikro bisa lebih mandiri dan tidak berharap sepenuhnya hanya kepada pinjaman modal usaha saja.

https://money.kompas.com/read/2020/02/17/122006226/berkat-kerupuk-mlarat-muanah-raup-omzet-rp-20-juta

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke