Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ini Kebiasaan yang Buat Literasi Keuangan Milenial Rendah

Dewan Komisioner OJK Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen Tirta Segara mengatakan, generasi milenial yang merupakan critical economic player, memiliki literasi keuangan yang rendah lantaran minimnya pemahaman dan edukasi sejak dini.

“Orang itu butuh uang untuk berjaga-jaga. Milenial perlu mndapatkan pemahaman keuangan dengan baik, karena kalau tidak di-manage dengan baik, bisa salah arah,” kata Tirta dalam streaming video, Kamis (13/8/2020).

Tirta mengatakan, survei OJK menunjukkan tingkat literasi keuangan milenial yang rendah disebabkan oleh berbagai faktor. Misalkan saja pengetahuan mengenai manfaat investasi dan istilah-istilah dalam melakukan investasi.

“Kelompok milenial belum mengetahui terkait konsep compound interest atau bunga majemuk atau bunga berbunga, perbedaan antara suku bunga flat dan efektif. Kemudian, mereka juga tidak sadar, dengan investasi 15 tahun lebih awal sebelum masa pensiun maka uang yang ditanamkan bisa tumbuh 4 kali lipat,” kata dia.

Hal selanjutnya, yang paling sering dilakukan milenial adalah cenderung lebih menyukai hal yang bersifat pengalaman daripada mulai menjalankan investasi untuk masa depan.

Ia mengatakan milenial lebih senang menghabiskan uang untuk liburan dan segala bentuk kesenangan, namun enggan menambah perolehan aset mereka.

Tirta mengatakan umumnya milenial yang memegang prinsip "hidup hanya satu kali", cenderung tidak mempersiapkan dana darurat untuk mengatasi kondisi-kondisi yang mungkin terjadi secara tiba-tiba. Padahal, pandemi Covid-19 ini menyadarkan banyak orang pentingnya menguatkan pertahanan keuangan.


Survei dari Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) mengatakan kebanyakan orang tidak mampu menjaga diri dari untuk tetap berada di atas garis kemiskinan, dalam kondisi 3 bulan mengalami gangguan finansial.

“Fenomena ini terjadi di berbagai negara termasuk negara maju. Jadi inilah yang harus dipersiapkan agar kita bisa berpikir dengan tenang (persiapan dana darurat jika mengalami gangguan keuangan),” kata dia.

Hal selanjutnya yang acap kali terjadi adalah mengikuti tawaran influencer yang ada di sosial media sosial. Menurutnya, ada banyak investasi – investasi yang menawarkan banyak janji manis, namun berujung pada penipuan dilakukan melalui sosial media.

“Milenial suka mengikuti tren idolanya dari sosial media, maka dari itu pengetahuan ini penting sehingga milenial tidak diperpedaya dengan janji manis influencer yang mengajak investasi. Karena ada banyak kasus yang masuk ke saya soal itu,” ucapnya.

Menurutnya, literasi keuangan merupakan licence skill agar tidak mengalami dan menjadi korban penipuan dengan iming – iming dari investasi bodong. Menurut dia, literasi ini penting untuk memahami, tidak semua investasi menghasilkan return yang besar dan terjamin legalitasnya.

“Jadi kita harus waspada, saat ini invstasi ilegal masih marak dan di Indonesia terjadi secara masif. Sampai dengan 3 Juli 2020, ribuan entitas sudah ditutup oleh satgas waspada investasi, tapi ini tiap tahunnya tumbuh terus,” ujar Tirta.

https://money.kompas.com/read/2020/08/13/201000726/ini-kebiasaan-yang-buat-literasi-keuangan-milenial-rendah

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke