Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Hadapi Resesi, Diversifikasi Portofolio Jadi Solusi

"Investor perlu melakukan diversifikasi investasi berdasarkan aset dan horison investasinya. Tentunya setelah investor menyisihkan porsi dana operasi dan dana darurat," kata Head of Investment Avrist Asset Management Farash Farich, Rabu (2/9/2020).

Berkaca dari berbagai kinerja instrumen investasi, Farash menilai dari sisi valuasi, saham dan obligasi masih undervalue. Bahkan, saham lebih undervalue dibandingkan dengan obligasi, lantaran harganya yang belum juga pulih ke level sebelumnya.

Farash menerangkan umumnya pasar saham bergerak lebih dulu dibandingkan publikasi data ekonomi. Ini karena, investor saham cenderung bersikap forward looking sebelum berinvestasi.

Untuk itu, saham dianggap mampu memberikan peluang imbal hasil jangka panjang yang masih cukup baik.

"Selain valuasi yang belum mahal, saham punya prospek kenaikan jika terjadi pemulihan ekonomi setelah Covid-19 terkendali, atau saat vaksin efektif," kata Farash. Dia juga memandang prospek reksadana pendapatan tetap cukup baik untuk investor yang ingin berinvestasi di jangka menengah. Sedangkan reksadana pasar uang untuk investasi di jangka pendek.

Dana investasi idealnya disiapkan agar tetap stabil, artinya jangan sampai investasi harus dilikuidasi tiba-tiba dalam jangka pendek, hanya untuk menutupi biaya operasional. Jika itu dilakukan, Farash menekankan hasil investasi tidak akan maksimal.

Bagi investor berusia muda, Farash merekomendasikan untuk berinvestasi di jangka panjang, dengan porsi saham 80-90 persen, pasar uang 5-10 persen dan untuk alokasi di pendapatan tetap 5-10 persen.

Untuk investor usia menengah, bisa melakukan alokasi portofolio yang lebih balanced, dengan porsi saham 50-60 persen, pasar uang sekitar 10-20 persen, dan pendapatan tetap 30 persen.

Sementara investor senior bisa menempatkan 5-10 persen asetnya di saham, 80-90 persen di pasar uang dan sisanya sekitar 5-10 persen di pendapatan tetap.

Adapun instrumen investasi yang dianggap Farash lebih tahan banting terhadap ancaman resesi ataupun krisis yakni obligasi dengan kupon tetap. "Ini karena saat resesi inflasi rendah sementara investor kuponnya tidak turun sehingga real yield-nya tidak turun atau bisa naik sedikit dan pastinya dapat diperkirakan," imbuh dia.

Untuk investasi emas, dia menilai prospeknya cukup sulit diprediksi karena harganya ditentukan oleh mekanisme pasar.

Ditambah lagi, secara teori kenaikan harga emas hanya naik sebatas tingkat inflasi global atau dalam jangka panjang real yield-nya bisa sangat rendah atau bahkan mendekati nol.

"Kalau ada preferensi yang risiko kredit dan likuiditasnya rendah, bisa ke SBN. Bahkan, sukuk ritel yang sedang launching dapat dipertimbangkan," pungkas dia.

Berita ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul: Siap-siap resesi, diversifikasi portofolio jadi solusi

https://money.kompas.com/read/2020/09/03/063000726/hadapi-resesi-diversifikasi-portofolio-jadi-solusi

Terkini Lainnya

Emiten Persewaan Forklift SMIL Raup Penjualan Rp 97,5 Miliar pada Kuartal I 2024

Emiten Persewaan Forklift SMIL Raup Penjualan Rp 97,5 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
BNI Danai Akusisi PLTB Sidrap Senilai Rp 1,76 Triliun

BNI Danai Akusisi PLTB Sidrap Senilai Rp 1,76 Triliun

Whats New
Soroti Kinerja Sektor Furnitur, Menperin: Masih di Bawah Target

Soroti Kinerja Sektor Furnitur, Menperin: Masih di Bawah Target

Whats New
Harga Jagung Turun di Sumbawa, Presiden Jokowi: Hilirisasi Jadi Kunci Stabilkan Harga

Harga Jagung Turun di Sumbawa, Presiden Jokowi: Hilirisasi Jadi Kunci Stabilkan Harga

Whats New
IHSG Ditutup Merosot 1,61 Persen, Rupiah Perkasa

IHSG Ditutup Merosot 1,61 Persen, Rupiah Perkasa

Whats New
Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Whats New
BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

Whats New
Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Whats New
Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Whats New
Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Work Smart
Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Whats New
17 Bandara Internasional yang Dicabut Statusnya Hanya Layani 169 Kunjungan Turis Asing Setahun

17 Bandara Internasional yang Dicabut Statusnya Hanya Layani 169 Kunjungan Turis Asing Setahun

Whats New
Berikan Pelatihan Keuangan untuk UMKM Lokal, PT GNI Bantu Perkuat Ekonomi di Morowali Utara

Berikan Pelatihan Keuangan untuk UMKM Lokal, PT GNI Bantu Perkuat Ekonomi di Morowali Utara

Rilis
Harga Saham Bank Mandiri Terkoreksi, Waktunya 'Serok'?

Harga Saham Bank Mandiri Terkoreksi, Waktunya "Serok"?

Earn Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke