Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Sri Mulyani: Pelaku Ekonomi Digital Cenderung Monopolistik atau Oligopoli

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan beragam tantangan yang harus dihadapi dunia serta perekonomian Indonesia akibat digitalisasi.

Salah satunya yakni mendorong teknologi agar tetap bisa menciptakan kompetisi dan pasar terbuka.

Pasalnya, bila melihat kondisi perekonomian digital, baik di dunia maupun di Indonesia, sifatnya cenderung monopoli atau oligopoli.

Monopolistik artinya hanya ada satu perusahaan yang mendominasi dan memegang kendali atas produk tertentu.

Sedangkan oligopoli merupakan bentuk pasar persaingan tidak sempurna, yakni hanya ada beberapa produsen atau penjual dengan pembeli yang jauh lebih banyak.

"Misalnya kita lihat, di dunia hanya ada satu Google, kompetitornya nggak bisa muncul," ujar Sri Mulyani dalam acara Katadata Indonesia Data and Economic Conference, Selasa (23/3/2021).

Ia mencontohkan hal lain, terkait dengan pasar oligopoli yakni bagaimana ketika Facebook, yang merupakan induk perusahaan dari WhatsApp, dikabarkan akan mengumpulkan data yang ada di layanan chatting tersebut.

Masyarakat kemudian secara ramai-ramai pindah platform chatting mereka ke aplikasi lain, yakni Telegram.

Selain itu, ada pula Twitter atau Instagram yang hingga saat ini juga tidak memiliki kompetitor.

"Kalau di Indonesia kita ada Gojek dan Grab, kemudian kalau ada tokopedia, BukaLapak, Shopee, dan itu hanya pemain-pemain besar saja. Jadi kompetisi dikunci hanya untuk sebagian kecil saja," ujar Sri Mulyani.

Ia menambahkan, dengan demikian maka kesempatan untuk melakukan demokratisasi melalui teknologi menjadi tidak tercipta.

Sebab, setiap kali ada perusahaan rintisan atau start up yang dinilai memiliki potensi, akan langsung diakuisisi oleh perusahaan yang lebih besar.

Sehingga menciptakan kompetisi yang tidak sempurna di lingkungan ekonomi digital.

"Lihat saja, orang bikin start up bagus, langsung dibeli sama Microsoft atau Facebook, kompetitornya akan langsung beli. Bahkan terkadang belum sampai IPO, karena dia butuh dana, start up-start up itu kan mungkin pinjam uang kerabat, atau keluarganya, kemudian dia butuh berkembang dan mengembangkan, dan kalau ada kesempatan seperti itu langsung makan saja," ujar Sri Mulyani.

"Dan itu menciptakan kompetisi yang tidak sempurna," jelas dia.

https://money.kompas.com/read/2021/03/23/104300526/sri-mulyani-pelaku-ekonomi-digital-cenderung-monopolistik-atau-oligopoli

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke