Syarif mengungkapkan, saat terjadi kebakaran listrik belum mati. Namun, karena asap dari tempat kebakaran masuk ke AC dan menimbulkan kepekatan di ruang data center, maka pihaknya berinisiatif mematikan AC. Tindakan ini untuk mengantisipasi pekatnya asap tersebut.
“Dengan dimatikannya AC, maka banyak perangkat yang mengalami high temperature, sehingga pukul 14.50 diputuskan untuk mematikan listrik semuanya, karena kita berpendapat untuk mengurangi kerusakan perangkat lebih jauh akibat high temperature,” kata dia.
Setelah pukul 16.30, pihaknya berkoordinasi dengan tim engineering gedung dan kemudian mulai menghidupkan kembali listrik dan satu per satu miniature circuit breaker (MCB) mulai pulih.
Mengingat insiden serupa sudah beberapa kali terjadi, Syarif meminta kepada pengelola Gedung Cyber untuk menerapkan SOP yang ketat terhadap tenant atau penyewa. Ia berharap ke depannya tenant dapat lebih memperhatikan pemasangan perangkat.
“Ini sebetulnya bukan dari gedung, tapi dari salah satu tenant yang ada di gedung tersebut. Jadi, ini lebih kepada bagaimana cara kita memastikan sama-sama, perangkat yang dipasang itu dilakukan dengan cara yang proper, jika sudah umurnya (harus diganti) ya jangan terus dipakai sampai rusak, yang seperti itu harus diperketat bagi para tenant,” tegas dia.
Seperti diberitakan, kebakaran melanda Gedung Cyber 1 di bilangan Mampang, Jakarta Selatan, Kamis kemarin. Bagian yang mengalami kebakaran berada di ruangan lantai 8.
Kejadian kebakaran di Gedung Cyber ini sebenarnya bukan kali pertama terjadi. Sebelumnya pada 2015, gedung ini juga sempat dilanda kejadian serupa.
Sebagai informasi, banyak perusahaan-perusahaan besar di Indonesia menggunakan data center yang berada di dalam gedung tersebut. Sebagian di antaranya merupakan perusahaan-perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).
https://money.kompas.com/read/2021/12/03/111240426/kebakaran-gedung-cyber-bikin-banyak-aplikasi-tumbang-ini-kata-apjii