Dilansir dari CNBC, Selasa (1/3/2022), nilai tukar rubel terhadap dollar AS sempat merosot 30 persen ke level terendah sepanjang sejarah yakni 119 ruble per dollar AS. Adapun sampai dengan awal pekan ini, nilai rubel telah merosot 28 persen sejak awal tahun ini (year to date/ytd).
Anjloknya nilai mata uang rubel membuat warga Rusia panik, dan berbondong-bondong menarik uang dalam bentuk dollar AS di bank. Antrian panjang pun terjadi di berbagai mesin ATM wilayah Moskwa.
Banyak orang yang rela mengantri berjam-jam untuk mendapatkan dollar AS di mesin ATM atau kantor cabang. Bahkan, sejumlah orang mencoba mengikuti mobil pembawa uang untuk mencari tahu tujuan penempatan dollar AS.
"Penarikan deposit secara besar-besaran telah terjadi dalam waktu yang sangat singkat," tulis salah satu bank milik Rusia, Sberbank Europe, dikutip Selasa.
Merespons penurunan nilai tukar rubel, bank sentral Rusia berencana menaikan suku bunga acuannya sebanyak lebih dari dua kali lipat, yakni dari 9,5 persen menjadi 20 persen.
Selain itu, bank sentral juga mengatur batas uang yang diperbolehkan untuk meninggalkan Rusia. Keputusan ini sejalan ini dengan sanksi yang mencegah bank sentral Rusia melakukan transaksi jual-beli mata uang asing.
Sanksi-sanksi yang diberikan oleh Uni Eropa dan Amerika Serikat telah berdampak signifikan terhadap perekonomian Rusia. Setelah transkasi bank sentral dibekukan, Negara Barat juga memotong hubungan sejumlah bank Rusia dari sistem pembayaran global SWIFT.
Teranyar negara yang dikenal dengan kenetralannya, Swiss juga telah mengumumkan rencana penjatuhan sanksi terhadap Rusia. Swiss berencana mengikuti Uni Eropa untuk membekukan aset Rusia.
https://money.kompas.com/read/2022/03/01/123300826/rubel-anjlok-ke-level-terendah-sepanjang-sejarah-warga-rusia-ramai-ramai-tarik