Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

IMF Pangkas Pertumbuhan Ekonomi Global Jadi 3,2 Persen di 2022

Revisi proyeksi tersebut disampaikan IMF dalam laporan World Economi Outlook terbaru edisi Juli 2022 yang diterbitkan Rabu (27/7/2022).

Pada laporan itu, IMF menyatakan pemulihan ekonomi di 2022 semakin suram karena ketidakpastian global yang menguat. Beberapa guncangan telah memukul ekonomi dunia yang sudah melemah akibat pandemi Covid-19.

"Terjadi inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan di seluruh dunia, terutama di Amerika Serikat dan negara-negara besar ekonomi utama Eropa, sehingga memicu kondisi keuangan yang lebih ketat," tulis IMF.

Di sisi lain, China sebagai negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia, mengalami perlambatan perekonomian yang lebih buruk dari perkiraan akibat lonjakan kasus Covid-19 dan kebijakan penguncian wilayah. Di samping itu, perang Rusia-Ukraina pun turut menjadi sentimen negatif pada pertumbuhan ekonomi global.

IMF menyebut, risiko yang besar menyebabkan prospek ekonomi global condong ke bawah, terlebih dengan adanya perang di Ukraina yang dapat menyebabkan penghentian tiba-tiba impor gas Eropa dari Rusia.

Bahkan kinerja inflasi bisa lebih sulit diturunkan jika pasar tenaga kerja lebih ketat dari yang diharapkan. AS mencatatkan lonjakan inflasi mencapai 9,1 persen pada Juni 2022, serta Inggris mengalami inflasi sebesar 9,1 persen pada Mei 2022, yang sekaligus menjadi tingkat inflasi tertinggi di kedua negara itu dalam 40 tahun.

Sementara di kawasan Eropa, inflasi tercatat mencapai 8,6 persen pada Juni 2022, level tertinggi sejak lahirnya serikat moneter atau monetary union. Sedangkan, pada negara berkembang diperkirakan inflasi pada kuartal II-2022 akan mencapai 9,8 persen.

IMF pun turut merevisi proyeksi inflasi global sepanjang 2022 menjadi lebih tinggi yakni mencapai 6,6 persen bagi negara maju, atau naik 0,9 persen dari proyeksi di April 2022. Begitu pula inflasi negara berkembang diperkirakan menjadi 9,5 persen di 2022, atau naik 0,8 persen dari proyeksi sebelumnya.

"Inflasi global telah direvisi naik karena kenaikan harga pangan dan energi, serta terjadinya ketidakseimbangan pasokan-permintaan," tulis IMF.



Di sisi lain, pertumbuhan rata-rata upah tidak mengikuti inflasi di pasar negara maju maupun negara berkembang, sehingga mengikis daya beli rumah tangga. Merespons data-data yang ada, bank sentral dari negara-negara maju utama menarik dukungan moneter lebih tegas dan menaikkan suku bunga kebijakan lebih cepat dari perkiraan.

Bank-bank sentral di beberapa pasar negara berkembang juga telah menaikkan suku bunga lebih agresif. Peningkatan suku bunga yang agresif tersebut telah membuat biaya pinjaman menjadi lebih mahal, terutama di sektor perumahan.

"Kenaikan terkait biaya pinjaman jangka panjang, termasuk suku bunga hipotek, dan kondisi keuangan global yang lebih ketat telah menyebabkan penurunan tajam dalam harga ekuitas, membebani pertumbuhan," ungkap IMF.

https://money.kompas.com/read/2022/07/27/160000726/imf-pangkas-pertumbuhan-ekonomi-global-jadi-3-2-persen-di-2022

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke