Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Fujifilm dan Semangat Berbagi untuk Hidup Bersama Lebih Baik

JAKARTA, KOMPAS.com – “Bukan menang yang berarti jika hanya menang sendiri.” Begitu tulisan di kaus putih yang dipakai aktor Chicco Jerikho di film Ben & Jody.

Tulisan itu dibuat Sirin Farid Stevy, seniman dan aktivis lingkungan asal Gunung Kidul yang tinggal di Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Tulisan tangan warna hitam itu membuat tertegun dan berpikir.

Di dunia yang sangat kompetitif, kemenangan demi kemenangan selalu dikejar. Sebuah semangat yang baik sebenarnya. Sebab, hal ini terbukti mengembangkan peradaban manusia.

Namun, semangat kompetitif itu kerap memunculkan hal negatif. Kemenangan seolah-olah hanya boleh dimiliki satu pihak, bahkan satu orang saja. Sementara, yang lain kalah serta tertinggal karenanya.

Sebagai makhluk sosial yang hidup di bumi yang sama, kemenangan satu pihak atau satu orang seharusnya merupakan kemenangan bersama.

Di bumi, tempat tinggal kita satu-satunya, kita makin sadar untuk saling merawat dan berbagi atas kemenangan-kemenangan yang kita capai. Apa artinya menang jika hanya menang sendiri?

Kesadaran untuk merawat dan berbagi atas capaian dan kemenangan ini dijumpai di Fujifilm. Didirikan pada 1934, Fujifilm gigih mengembangkan bisnis dengan kesadaran akan isu-isu sosial.

Filosofi perusahaan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat seluruh dunia dipegang teguh. Juga di Fujifilm Indonesia. Upaya baik dan memberikan manfaat baik bagi seluruh masyarakat serta lingkungan sekitar dilakukan.

Kontribusi tanpa henti yang meluas

Kepercayaan yang tumbuh dan terjaga itu membuat Fujifilm dapat terus berkontribusi untuk kemajuan teknologi, industri, ilmu pengetahuan, budaya, peningkatan kesehatan, serta keberlanjutan lingkungan dan masyarakat.

Dampak lebih besar untuk keberlanjutan lingkungan dan masyarakat dikembangkan Fujifilm dengan kegiatan corporate social responsibility (CSR) mereka sebagai bagian dari Sustainable Value Plan 2030 (SVP 2030). Menurut Presiden Direktur Fujifilm Indonesia Masato Yamamoto, SVP 2030 merupakan wujud komitmen Fujifilm terhadap Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs).

SVP 2030 menjadi peta jalan (roadmap) bagi perusahaan untuk berkontribusi pada pembentukan masyarakat berkelanjutan, penyelesaian isu sosial, serta pengurangan dampak negatif terhadap masyarakat dan lingkungan.

CSR merupakan salah satu implementasi SVP 2030. Kegiatan tersebut difokuskan di setiap kantor perwakilan Fujifilm, termasuk di Fujifilm Indonesia.

Yamamoto menjelaskan, program CSR tersebut terdiri dari tiga pilar. Pertama, menyelesaikan isu sosial melalui aktivitas bisnis. Kedua, mempertimbangkan kesejahteraan masyarakat dan kelestarian lingkungan dalam berbagai proses bisnis.

Ketiga, mengimplementasikan perilaku etis berdasarkan Piagam Perilaku Perusahaan yang jadi prinsip dalam menjalankan aktivitas bisnis. Menjaga integritas misalnya.

Sesuai keunikan lokal, Fujifilm Indonesia mengimplementasikan kontribusi sosial dengan berbagi kebahagiaan pada Hari Raya Idul Fitri dan Natal.

Dua agenda kontribusi sosial rutin digelar Fujifilm Indonesia dengan memberikan bantuan kepada masyarakat, khususnya anak-anak di panti asuhan yang tersebar di sekitar kantor.

“Kami ingin anak-anak di panti asuhan merasakan kebahagiaan pada momen hari raya,” ucap Yamamoto.

Kegiatan tersebut juga mengimplentasikan pilar ketiga CSR Fujifilm Indonesia. Tidak hanya donasi dari komunitas eksternal, Fujifilm Indonesia, termasuk Yamamoto, turut serta memberikan bingkisan kecil kepada panti asuhan.

Sejalan dengan semangat “Never Stop” yang dipegang Fujifilm, sejumlah program kontribusi sosial tidak hanya menyasar masyarakat sekitar tetapi juga seluruh Indonesia, khususnya mereka yang membutuhkan.

General Manager Corporate Affairs Fujifilm Indonesia Rudy Handojo menjelaskan, saat gempa bumi meluluhlantakkan puluhan ribu rumah di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), FFID mengumpulkan donasi. Gempa berkekuatan magnitudo 7 itu membuat 555 orang meninggal dan 390.529 orang mengungsi.

“Dari donasi yang terkumpul, sebagian disalurkan kepada keluarga karyawan yang terdampak bencana. Sebagian lainnya didonasikan melalui Palang Merah Indonesia,” ucap Rudy.

Kepedulian serupa dilakukan ketika gempa bumi mengguncang Palu, Sulawesi Tengah, sebulan kemudian. Kala itu, sejumlah gempa susulan memicu gelombang tsunami di bibir pantai Kota Palu, Donggala, dan Mamuju, serta likuefaksi di wilayah Petobo, Palu.

Rentetan bencana dalam waktu satu hari itu membuat 2.086 orang meninggal, 671 orang hilang, dan 10.679 orang luka berat. Tercatat 82.775 warga mengungsi di sejumlah titik.

Tak hanya itu, tercatat 67.310 rumah dan 2.736 sekolah rusak. Terdapat 20 fasilitas kesehatan dan 12 titik jalan yang rusak berat.

Kebersamaan menghadapi situasi-situasi sulit mempererat persaudaraan dan menumbuhkan kesadaran tentang satunya kemanusiaan. Kebersamaan jadi kekuatan di masa-masa sulit untuk harapan kehidupan yang lebih baik.

Lingkungan dan Indonesia yang lebih sehat

Untuk kehidupan yang lebih baik, Fujifilm sadar bahwa kelestarian lingkungan merupakan salah satu aspek yang harus diperhatikan.

Kesadaran ini mewujud dalam aksi nyata Fujifilm Indonesia melakukan penanaman gambut dan koral di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, Jakarta. Mengusung tema “Fujifilm Indonesia Friends with Environtment”, acara tersebut dihadiri oleh 15 partisipan.

Pilihan aksi ini strategis. Gambut mampu menampung hingga 30 persen jumlah karbon dunia agar tidak terlepas ke atmosfer. Tanaman di lahan gambut juga mencegah makin parahnya dampak perubahan iklim seperti bencana alam dan menunjang perekonomian masyarakat sekitar.

Sektor kesehatan juga tak luput dalam agenda SVP 2030. Program kontribusi sosial Fujifilm Indonesia berkontribusi pada peningkatan pendidikan dan wawasan tentang industri kesehatan.

Salah satu tindak nyata adalah ketika perusahaan meresmikan Pusat Pembelajaran Radiologi di Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Jakarta II, Jakarta Selatan. Fasilitas ini merupakan Pusat Pembelajaran Radiologi Fujifilm pertama di Indonesia.

Selain itu, Fujifilm Indonesia juga memberikan perangkat pencitraan sinar x (x-ray) atau rontgen portabel dengan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) sebagai hibah.

Hibah diberikan melalui kemitraan dengan Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) serta Japan International Cooperation Agency (JICA). Hibah dimaksudkan untuk mendukung program pelayanan dan pengembangan kesehatan di Indonesia.

Fujifilm memahami, Indonesia menghadapi tantangan berat di sektor Kesehatan. Salah satunya, rasio dokter yang jauh dari standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Dikutip dari Katadata, Kamis (2/4/2022), jika dirata-rata, Indonesia hanya memiliki 4 dokter per 10.000 penduduknya. Kondisi ini membuat Indonesia ada di posisi dua terbawah di Asia Tenggara. Sebagai pembanding, Singapura memiliki 2 dokter per 1.000 penduduknya.

Menurut Rudy, kehadiran rontgen portabel jadi solusi untuk tantangan berat di sektor Kesehatan. Perangkat yang mudah dibawa ini membantu tugas dokter di wilayah terpencil yang jauh dari pusat layanan kesehatan.

“Umumnya, rontgen dilakukan dengan peralatan besar di ruangan khusus. Kondisi ini mengharuskan pasien dengan kerumitannya datang. Dengan perangkat portabel ini, (tindakan) rontgen bisa dilakukan di mana pun pasien berada,” ucap Rudy.

Untuk keunggulan teknologi ini, Fujifilm memiliki sejarah panjang dalam inovasi di bidang kesehatan. Berawal dari pembuatan film rontgen pada 1936, kini cakupan alat kesehatan yang dihadirkan telah menyentuh semua aspek, mulai pencegahan, diagnosis, hingga perawatan pasien.

Capaian dan keunggulan Fujifilm tidak berhenti untuk dirinya sendiri. Filosofi perusahaan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat seluruh dunia dipegang teguh.

Ini terbukti dari kontribusi tanpa henti Fujifilm dalam menciptakan kehidupan bersama yang lebih baik. Bukan menang yang berarti jika hanya menang sendiri.

Keteguhan dan konsistensi Fujifilm membuktikan ini.

https://money.kompas.com/read/2022/09/27/144100026/fujifilm-dan-semangat-berbagi-untuk-hidup-bersama-lebih-baik

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke