Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Tambah Porsi Tabungan, Jangan Boros

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan, melihat kondisi saat ini dan prediksi ke depannya, masyarakat lebih baik menyimpan uang dan mengurangi pengeluaran.

Pasalnya, gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) hingga resesi ekonomi bisa terjadi sewaktu-waktu sehingga akan mempengaruhi pendapatan masyarakat.

Untuk itu di tahun ini masyarakat disarankan untuk menambah porsi tabungan hingga 20 persen dari dana tersedia, termasuk dana darurat.

"Jadi kalau ada uang jangan boros, lebih baik disimpan," ujarnya kepada Kompas.com, Sabtu (7/1/2023).

Sementara untuk investasi, masyarakat disarankan untuk mengambil instrumen investasi yang berisiko rendah agar ketika kondisi ekonomi memburuk, aset yang diinvestasikan tidak terlalu terdampak.

Instrumen investasi yang berisiko rendah bisa berupa reksadana pendapatan tetap atau surat berharga negara (SBN) seperti Obligasi Negara Ritel (ORI).

Masyarakat juga bisa menempatkan asetnya ke logam mulia seperti emas agar dapat melindungi aset dari liarnya investasi.

Dia memperkirakan, di tahun ini permintaan akan emas akan melonjak secara global lantaran emas merupakan salah satu investasi safe haven.

"(Investasi) dollar AS akan segera berganti ke emas sebagai instrumen paling diminati. Bank sentral dibanyak negara pun mulai menumpuk cadangan emas," ucapnya.

Dia bahkan memprediksi harga emas akan melambung hingga mencapai Rp 1,5 juta sampai Rp 1,6 juta per gram di tahun ini. Saat ini saja harga emas Antam sudah mulai terkerek di atas Rp 1 juta.

Mengutip laman Logam Mulia, harga emas Antam dibanderol Rp 1.032.000 per gram atau naik Rp 10.000 per gram dibandingkan dengan harga sebelumnya Rp 1.022.000 per gram pada Jumat (6/1/2023).

"Semakin besar ancaman resesi maka semakin menarik emas sebagai safe haven," tukasnya.

Sebagai informasi, berbagai lembaga internasional memprediksi pertumbuhan ekonomi global akan melambat pada 2023.

Hal ini dipengaruhi oleh perkembangan kondisi global seperti perang Rusia dan Ukraina, inflasi yang tinggi, pengetatan kebijakan moneter, krisis energi dan pangan, hingga ancaman resesi dan stagflasi.

Bank Dunia, Dana Moneter Internasional atau IMF, hingga Fitch Ratings dan Moody's Analytics, kompak memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global pada 2023.

Bank Dunia memperkirakan ekonomi global hanya tumbuh 3 persen di tahun ini. Angka tersebut masih lebih tinggi dibandingkan proyeksi pertumbuhan ekonomi oleh IMF yang hanya sebesar 2,7 persen pada perkiraan terbarunya.

Begitupun dengan lembaga rating dunia, Fitch Ratings yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi global di 2023 hanya 1,4 persen, sedangkan Moody's memprediksi hanya tumbuh 2,3 persen.

https://money.kompas.com/read/2023/01/07/200000726/tambah-porsi-tabungan-jangan-boros

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke