Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kilas Balik 2022, Sri Mulyani: Bukan Tahun yang Biasa...

Semua negara mengalami dampak dari pelemahan ekonomi global, tak terkecuali negara maju.

Ia menjelaskan, setelah pandemi Covid-19 mulai terkendali dan 2022 diyakini menjadi tahun pemulihan ekonomi, justru malah terjadi lonjakan inflasi di luar ekspetasi.

Permintaan meningkat seiring pulihnya aktivitas, namun dari sisi suplai tidak mampu mengimbanginya.

"2022 not an ordinary time (bukan waktu yang biasa). Itu adalah waktu di mana sesudah tahun ketiga dunia dihadapkan pada pandemi, yang sampai sekarang juga belum berakhir, dunia tadinya berharap di tahun ketiga pemulihan yang secara perlahan dan kuat bisa terjadi," ujar Sri Mulyani dalam dalam acara CEO Banking Forum, Senin (9/1/2023).

"Tapi ternyata enggak semuanya kembali secara mulus dan lancar, karena ternyata manusia itu tidak bisa kayak listrik di 'on and off' sehingga terjadilah, di mana aktivitas sudah mulai terjadi tetapi dari sisi suplainya belum ada," imbuhnya.

Ia bilang, ketika restoran-restoran mulai buka, namun dari sisi pekerja tak memadai dengan tingginya tingkat kunjungan. Di sisi lain, toko-toko sudah mulai buka, namun dari sisi ketersediaan barang tidak mencukup terhadap tingginya permintaan.

Begitu pula dari sisi logistik, ketika distribusi barang diperlukan baik antar-daerah maupun antar-negara, namun dari sisi kontainer maupun perkapalan tak mampu menyeimbangi tinggi permintaan.


Perang Rusia-Ukraina

Kondisi tersebut diperparah dengan terjadinya perang antara Rusia dan Ukraina, kedua negara yang berkontribusi besar terhadap ketersediaan gandum, pupuk, dan minyak sunflower di pasar global. Rusia juga merupakan salah satu produsen terbesar terhadap minyak mentah dunia, dan secara khusus penyuplai gas terbesar ke Eropa.

Alhasil, dari sisi suplai semakin terganggu sehingga terjadi lonjakan inflasi di seluruh dunia, terutama pada negara-negara maju, seperti Amerika Serikat, Inggris, dan Eropa yang mengalami lonjakan inflasi tertinggi dalam 40 tahun terakhir. Kondisi ini memicu tren kenaikan suku bunga acuan oleh bank-bank sentral.

"Makanya, tahun 2022, itu lebih dari 425 basis points kenaikan suku bunga di Amerika Serikat hanya dalam waktu satu tahun, the fastest dan the higest in the history of America," kata Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu.

Tren peningkatan inflasi yang dibarengi pengetatan kebijakan moneter untuk menormalisasi kembali laju inflasi, membuat terjadinya pelemahan ekonomi global. Pelemahan ekonomi terjadi baik di negara berkembang maupun negara maju.

Indonesia sendiri terkena dampak dari gejolak ekonomi global, yang salah satunya tercermin dari kenaikan inflasi. Laju inflasi RI di sepanjang 2022 mencapai 5,51 persen, menjadi tertinggi sejak 2014 yang kala itu inflasinya sebesar 8,36 persen.

Sri Mulyani mengungkapkan, seperti pada komoditas minyak mentah sawit (CPO) yang mengalami kenaikan harga dari 700 dollar AS per metrik ton menjadi 1.700 dollar AS per metrik ton. Lonjakan itu berkat meningkatnya permintaan CPO, seiring dengan harga minyak nabati lainnya yang sudah lebih dulu mengalami kenaikan harga, seperti minyak sunflower.

"Yang perang ada di Eropa, yang terkena CPO kita, naik dari 700 dolar AS menjadi 1.700 dollar AS. Harga minyak goreng kita pun menjadi naik ke atas Rp 20.000 per liter, terjadi guncangan di Indonesia," kata dia.


Ekonomi Indonesia cukup kuat 

Meski begitu, Sri Mulyani menilai, ekonomi Indonesia cukup kuat menghadapi tekanan global di sepanjang tahun lalu. Ini tercermin dari kinerja perekonomian yang hingga tiga kuartal terjaga di atas 5 persen, dan diyakini berlanjut di kuartal IV-2022.

Kinerja positif itu ditopang masih terjaganya permintaan domestik di sepanjang 2022, terutama jelang akhir tahun lalu. Setidaknya tercemin dari penerimaan pajak daerah di hampir seluruh Indonesia, baik dari sisi pajak restoran, hotel, dan parkir yang naik 60-120 persen.

"Untuk Indonesia, 2022 itu kita tutup dengan baik atau bahkan saya katakan sangat baik. Dari sisi ekonomi, kita dikuartal III diatas 5,7 persen, kuartal keempat kita prediksi akan tetap kuat, di atas 5 persen," tutup Sri Mulyani.

https://money.kompas.com/read/2023/01/09/153938226/kilas-balik-2022-sri-mulyani-bukan-tahun-yang-biasa

Rekomendasi untuk anda
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+