Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

IEA: Pertumbuhan Energi Bersih Imbangi Kenaikan Emisi CO2

Emisi global dari energi naik kurang dari 1 persen tahun lalu ke level tertinggi baru atau lebih dari 36,8 miliar ton. Namun kenaikan emisi dibatasi oleh implementasi energi terbarukan, dan menekan konsumsi batu bara dan minyak. Sebagai perbandingan, emisi global dari energi naik 6 persen pada tahun 2021.

“Dampak krisis energi tidak menghasilkan peningkatan besar emisi global yang awalnya dikhawatirkan,” kata Direktur Eksekutif IEA Fatih Birol mengutip CNBC, Kamis (2/3/2023).

“Ini berkat pertumbuhan luar biasa dari energi terbarukan, EV, pompa panas, dan teknologi hemat energi,” lanjutnya.

Tanpa pertumbuhan energi bersih, kenaikan emisi tahun lalu diperkirakan bisa mencapai tiga kali lebih tinggi. IEA memperingatkan emisi tetap berada pada lintasan pertumbuhan yang tidak berkelanjutan. IEA juga mendorong upaya lebih kuat untuk beralih dari bahan bakar fosil.

“Perusahaan bahan bakar fosil internasional dan nasional menghasilkan rekor pendapatan dan perlu mengambil tanggung jawab mereka, sejalan dengan janji publik mereka untuk memenuhi tujuan iklim,” kata Birol.

“Sangat penting bagi mereka meninjau strategi mereka untuk memastikan mereka selaras dengan pengurangan emisi yang berarti,” tambahnya.

Di sisi lain, emisi dari gas alam turun 1,6 persen tahun lalu karena pasokan gas yang terbatas. Ini juga diperburuk oleh invasi Rusia ke Ukraina, dan gangguan perdagangan yang meluas. Namun kenaikan emisi dari batu bara sebesar 1,6 persen itu, mengimbangi penurunan gas alam.

Selain itu, emisi dari minyak juga mengalami kenaikan 2,5 persen, dimana sekitar setengah dari peningkatan tersebut berasal dari sektor penerbangan karena perjalanan udara terus pulih dari pandemi.


Di tahun lalu, penggunaan EV terus mendapatkan momentum dengan lebih dari 10 juta mobil terjual, atau melebihi 14 persen dari penjualan mobil global.

Peningkatan emisi terbesar pada tahun 2022 berasal dari sektor pembangkitan listrik dan panas yang mengalami kenaikan emisi sebesar 1,8 persen. Peristiwa cuaca ekstrem termasuk kekeringan dan gelombang panas, bersama dengan sejumlah besar pembangkit listrik tenaga nuklir yang tidak beroperasi, juga merupakan faktor yang berkontribusi terhadap kenaikan emisi tahun lalu.

Di Amerika Serikat, emisi meningkat sebesar 0,8 persen karena bangunan meningkatkan konsumsi energinya untuk menahan suhu ekstrem, sedangkan emisi di Uni Eropa 2,5 persen lebih rendah. Emisi China secara umum tidak signifikan tahun lalu karena implementasi zero Covid-19 yang ketat dan penurunan aktivitas, yang menyebabkan penurunan kegiatan konstruksi, aktivitas industri dan transportasi.

Tahun lalu, IEA mengatakan krisis energi global yang dipicu oleh invasi Rusia ke Ukraina telah memicu implementasi energi terbarukan yang belum pernah terjadi sebelumnya. IEA juga memproyeksikan bahwa energi terbarukan akan menjadi sumber pembangkit listrik terbesar di dunia pada tahun 2025.

https://money.kompas.com/read/2023/03/02/170000226/iea--pertumbuhan-energi-bersih-imbangi-kenaikan-emisi-co2-

Terkini Lainnya

IHSG Ditutup Merosot 1,61 Persen, Rupiah Perkasa

IHSG Ditutup Merosot 1,61 Persen, Rupiah Perkasa

Whats New
Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Whats New
BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

Whats New
Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Whats New
Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Whats New
Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Work Smart
Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Whats New
17 Bandara Internasional yang Dicabut Statusnya Hanya Layani 169 Kunjungan Turis Asing Setahun

17 Bandara Internasional yang Dicabut Statusnya Hanya Layani 169 Kunjungan Turis Asing Setahun

Whats New
Berikan Pelatihan Keuangan untuk UMKM Lokal, PT GNI Bantu Perkuat Ekonomi di Morowali Utara

Berikan Pelatihan Keuangan untuk UMKM Lokal, PT GNI Bantu Perkuat Ekonomi di Morowali Utara

Rilis
Harga Saham Bank Mandiri Terkoreksi, Waktunya 'Serok'?

Harga Saham Bank Mandiri Terkoreksi, Waktunya "Serok"?

Earn Smart
Tutuka Ariadji Lepas Jabatan Dirjen Migas, Siapa Penggantinya?

Tutuka Ariadji Lepas Jabatan Dirjen Migas, Siapa Penggantinya?

Whats New
Panen Jagung bersama Mentan di Sumbawa, Jokowi Tekankan Pentingnya Keseimbangan Harga

Panen Jagung bersama Mentan di Sumbawa, Jokowi Tekankan Pentingnya Keseimbangan Harga

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Peritel Khawatir Bunga Pinjaman Bank Naik

Suku Bunga Acuan BI Naik, Peritel Khawatir Bunga Pinjaman Bank Naik

Whats New
Laba Bank-bank Kuartal I 2024 Tumbuh Mini, Ekonom Beberkan Penyebabnya

Laba Bank-bank Kuartal I 2024 Tumbuh Mini, Ekonom Beberkan Penyebabnya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke