Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ekonomi Global Diprediksi Melambat pada 2023, Bagaimana dengan Indonesia?

JAKARTA, KOMPAS.com - Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) memprediksi pertumbuhan ekonomi global akan melambat pada tahun ini dibandingkan 2022. Meski demikian, perlambatan ekonomi tahun ini tidak akan separah perkiraan sebelumnya.

Anggota Dewan Komisioner LPS Didik Madiyono mengatakan, berdasarkan laporan Dana Moneter Internasional (IMF) pertumbuhan ekonomi global pada 2022 sebesar 3,4 persen dan pada 2023 diprediksi tumbuh melemah di kisaran 1,7-2,9 persen.

Hal ini, kata dia, disebabkan oleh melemahnya pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS), negara-negara maju di Eropa, China, dan Jepang. AS misalnya, pada 2022 pertumbuhan ekonominya sebesar 2,1 persen tapi tahun ini diperkirakan hanya berkisar 1,2-1,4 persen.

"Tahun 2023 ini ekonomi global akan melambat meskipun tidak separah yang diperkirakan sebelumnya. Pelemahan ini dipicu oleh pertumbuhan ekonomi negara besar yang mengalami perlambatan," ujarnya dalam sebuah diskusi, Kamis (9/3/2023).

Dia menjelaskan, perlambatan pertumbuhan ekonomi di negara-negara maju ini karena tekanan inflasi yang mengakibatkan kenaikan suku bunga acuan.

Kendati demikian, inflasi kini telah turun secara perlahan. Jika beberapa waktu lalu inflasi AS sempat sentuh level 9 persen kini telah turun ke level 6,4 persen, begitupun dengan inflasi di Eropa yang sebelumnya sempat double digit.

Pada waktu yang sama, tren kenaikan suku bunga acuan oleh bank sentral beberapa negara masih belum berakhir. Bank sentral AS, The Federal Reserve, diperkirakan masih akan melanjutkan kenaikan suku bunga acuan ke depannya untuk turunkan inflasi.

"Demikian Eropa dan England diperkirakan masih akan melanjutkan kebijakan kenaikan suku bunga," kata dia.

Lantas, bagaimana dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia?

Melihat berbagai sumber ketidakpastian global itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia rupanya masih cukup kuat. Tercermin dari pertumbuhan ekonomi RI pada 2022 yang mencapai 5,31 persen dan tahun ini pun perekonomian diperkirakan masih akan tumbuh sekitar 5 persen.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Group Riset LPS Herman Saheruddin menambahkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia ditopang oleh beberapa faktor, yaitu konsumsi domestik, investasi domestik, konsumsi pemerintah, ekspor, dan impor.

"Dari 5 pembentuk pertumbuhan ekonomi, yang paling besar more than 50 persen kontribusinya adalah konsumsi domestik. Artinya Kita bisa menjaga momentum pertumbuhan ekonomi kalau konsumsinya cukup," kata Herman.

Herman bilang, saat ini momentum pemulihan konsumsi masyarakat Indonesia sudah mulai membaik. Hal ini tercermin dari pengeluaran konsumsi rumah tangga yang tercatat mulai tumbuh normal seperti sebelum pandemi Covid-19.

Berdasarkan paparannya, sejak Kuartal III 2021 pengeluaran konsumsi rumah tangga terus tumbuh dari sekitar 1 persen dan pada Kuartal IV 2022 menjadi 4 persen.

Sedangkan jika dibandingkan dengan kondisi pandemi Covid-19 pengeluaran konsumsi rumah tangga tercatat minus hingga 6 persen pada Kuartal II-2020.

Menurutnya, selain konsumsi domestik, pertumbuhan ekonomi juga harus didukung oleh dunia usaha dengan cara meningkatkan investasi mereka.

Pasalnya, dengan dana investasi dari dunia usaha ini akan memberikan efek berganda bagi sektor ekonomi lain. Misalnya dari pembangunan pabrik baru, maka akan memberikan lapangan kerja baru bagi masyarakat.

"Kalau memang struktur fundamental Indonesia ini kuat, maka dunia usaha ini tidak perlu ragu-ragu lagi untuk terus mendorong investasinya ke depan. Ini multiplier effect-nya tinggi sekali, ini yang perlu kita dorong," kata dia.

https://money.kompas.com/read/2023/03/10/151000326/ekonomi-global-diprediksi-melambat-pada-2023-bagaimana-dengan-indonesia

Terkini Lainnya

Berikan Pelatihan Keuangan untuk UMKM Lokal, PT GNI Bantu Perkuat Ekonomi di Morowali Utara

Berikan Pelatihan Keuangan untuk UMKM Lokal, PT GNI Bantu Perkuat Ekonomi di Morowali Utara

Rilis
Harga Saham Bank Mandiri Terkoreksi, Waktunya 'Serok'?

Harga Saham Bank Mandiri Terkoreksi, Waktunya "Serok"?

Earn Smart
Tutuka Ariadji Lepas Jabatan Dirjen Migas, Siapa Penggantinya?

Tutuka Ariadji Lepas Jabatan Dirjen Migas, Siapa Penggantinya?

Whats New
Panen Jagung bersama Mentan di Sumbawa, Jokowi Tekankan Pentingnya Keseimbangan Harga

Panen Jagung bersama Mentan di Sumbawa, Jokowi Tekankan Pentingnya Keseimbangan Harga

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Peritel Khawatir Bunga Pinjaman Bank Naik

Suku Bunga Acuan BI Naik, Peritel Khawatir Bunga Pinjaman Bank Naik

Whats New
Laba Bank-bank Kuartal I 2024 Tumbuh Mini, Ekonom Beberkan Penyebabnya

Laba Bank-bank Kuartal I 2024 Tumbuh Mini, Ekonom Beberkan Penyebabnya

Whats New
Bank Sentral AS Sebut Kenaikan Suku Bunga Tak Dalam Waktu Dekat

Bank Sentral AS Sebut Kenaikan Suku Bunga Tak Dalam Waktu Dekat

Whats New
Panduan Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BRI Bermodal BRImo

Panduan Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BRI Bermodal BRImo

Spend Smart
PMI Manufaktur April 2024 Turun Jadi 52,9 Poin, Menperin: Ada Libur 10 Hari...

PMI Manufaktur April 2024 Turun Jadi 52,9 Poin, Menperin: Ada Libur 10 Hari...

Whats New
Siapa Hendry Lie, Pendiri Sriwijaya Air yang Jadi Tersangka Korupsi Timah Rp 271 Triliun?

Siapa Hendry Lie, Pendiri Sriwijaya Air yang Jadi Tersangka Korupsi Timah Rp 271 Triliun?

Whats New
Inflasi Lebaran 2024 Terendah dalam 3 Tahun, Ini Penyebabnya

Inflasi Lebaran 2024 Terendah dalam 3 Tahun, Ini Penyebabnya

Whats New
Transformasi Digital, BRI Raih Dua 'Award' dalam BSEM MRI 2024

Transformasi Digital, BRI Raih Dua "Award" dalam BSEM MRI 2024

Whats New
Emiten Buah Segar BUAH Targetkan Pendapatan Rp 2 Triliun Tahun Ini

Emiten Buah Segar BUAH Targetkan Pendapatan Rp 2 Triliun Tahun Ini

Whats New
SYL Gunakan Anggaran Kementan untuk Pribadi, Stafsus Sri Mulyani: Tanggung Jawab Masing-masing Kementerian

SYL Gunakan Anggaran Kementan untuk Pribadi, Stafsus Sri Mulyani: Tanggung Jawab Masing-masing Kementerian

Whats New
Saat Sri Mulyani Sampai Turun Tangan Urusi Kasus Alat Tunanetra SLB yang Tertahan Bea Cukai

Saat Sri Mulyani Sampai Turun Tangan Urusi Kasus Alat Tunanetra SLB yang Tertahan Bea Cukai

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke