Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Menyongsong KTT Asean 2023: Asean (Still) Matters?

Ini menjadi pertanyaan yang beralasan jika melihat riset Asean Studies Centre - ISEAS yang menyurvei responden dari 10 negara Asean. Hasilnya cukup mengejutkan.

Responden menganggap Asean saat ini lambat, tidak efektif, serta jauh dari kancah komunitas global. Responden menganggap Asean tidak lagi sanggup menghadapi perkembangan ekonomi dan dinamika politik di kawasan.

Temuan tersebut menjadi peringatan dan tugas bersama, terlebih saat ini Indonesia mendapat mandat memegang Keketuaan Asean 2023.

Mengusung tema Asean Matters: Epicentrum of Growth, memberi pesan di mana anggota Asean dituntut untuk lebih menyoroti perannya sebagai pusat pertumbuhan ekonomi kawasan dan global.

Keketuaan Indonesia dalam Asean 2023 akan berfokus pada tiga elemen penting, yaitu penguatan terhadap kapasitas dan efektivitas Asean, persatuan Asean, serta sentralitas Asean.

Terdapat beberapa jalur pembahasan yang diangkat gelaran tersebut. Kali ini penulis khusus membahas jalur keuangan.

Ekonomi kawasan Asean tumbuh lebih tinggi dibanding kawasan lainnya, terlebih saat kondisi global mengalami stagflasi.

Proyeksi AMRO, pada 2023 pertumbuhan ekonomi Asean akan berkembang, namun bersifat moderat sekitar 5,1 – 5,2 persen. Ini merupakan peluang sekaligus tantangan.

Menjawab tantangan tersebut, jalur keuangan akan mengusung tiga pilar strategi. Pertama, recovery rebuilding melalui pemulihan dan stabilitas ekonomi keuangan di kawasan Asean.

Kedua, digital economy melalui konektivitas pembayaran serta mempromosikan literasi dan inklusi keuangan digital.

Ketiga, sustainability dengan mempromosikan keuangan transisi untuk mendukung keuangan berkelanjutan serta ekonomi hijau.

Jalur keuangan melibatkan banyak pertemuan delegasi Menteri Keuangan, Gubernur Bank Sentral, otoritas terkait, industri maupun prominent stakeholders lainnya di kawasan Asean.

Dalam pembahasannya, dari sisi fiskal, ketiga pilar strategi di atas akan dikonkretkan melalui perumusan sumber pertumbuhan baru antarkawasan Asean serta upaya investasi infrastruktur.

Infrastruktur mendapat perhatian khusus di mana Asean dan ADB telah membentuk skema pembiayaan melalui blended finance dalam wadah Asean Infrastructure Fund.

Inisiasi berupa Asean Taxonomy for Sustainable Finance untuk pendanaan yang lebih murah, namun sustained juga telah dimatangkan.

Dalam hal perdagangan, telah dirumuskan mekanisme perpajakan dan kepabeanan antarkawasan Asean agar lebih kondusif serta dapat memudahkan mobilisasi barang dan orang.

Kesiapsiagaan paska-Covid-19 juga telah dirumuskan melalui skema Covid-19 Responde Fund serta inisiasi Pandemic Fund skala Asean guna mengantisipasi apabila terdapat pandemi serupa kedepannya.

Sementara itu, dari sisi moneter, pengalaman Bank Sentral kawasan Asean dalam menangani pandemi terbukti telah mampu mengurangi dampak penurunan perekonomian.

Bank Sentral kawasan Asean terus mempertajam pengelolaan kebijakan makronya disertai optimalisasi penggunaan instrumen policy mix moneter dan fiskal untuk pengendalian inflasi yang rendah dan stabil.

Pengendalian nilai tukar melalui kerjasama Bank Sentral kawasan Asean turut ditingkatkan melalui penguatan skema Local Currency Transaction (LCT).

Penguatan tidak hanya dari sisi perluasan transaksi perdagangan, namun juga untuk keperluan investasi, transaksi di pasar uang, serta perluasan negara yang akan terlibat.

LCT memiliki dampak positif bagi kawasan Asean karena sistem perekonomian negara menjadi efisien, mengurangi kerentanan, serta tidak tergantung pada major curriences (misal dollar AS).

Dari sisi sistem pembayaran, kawasan Asean didorong untuk memperluas skema Regional Payment Connectivity guna mendukung pembayaran lintas batas (cross border) yang cepat, murah, transparan, dan inklusif (misalnya melalui QR, Fast Payment, Standarisasi API, dan Interlinked RTGS).

Dukungan keuangan inklusif pun turut menjadi perhatian Bank Sentral di kawasan Asean dengan lebih memperhatikan kelompok yang termarjinal di antaranya UMKM, perempuan, dan kelompok muda.

Diakui, integrasi ekonomi regional kawasan Asean adalah proses yang dinamis dan berkelanjutan karena ekonomi, lingkungan domestik, serta eksternal kawasan Asean yang terus berkembang.

Best practices kebijakan ekonomi, baik fiskal - moneter, yang telah dan akan berjalan menjadi prasyarat menuju Asean Economic Community (AEC) pada 2025 nanti.

AEC merupakan perwujudan di mana Asean dicirikan sebagai komunitas negara berbasis produksi sekaligus pasar, sangat kompetitif, pembangunan ekonominya yang merata, serta terintegrasi penuh dalam ekonomi global.

Penutup, dengan spirit kebersamaan antarnegara yang masih sama seperti saat didirikan oleh para tokoh-tokoh bangsa kawasan Asean sejak 56 tahun lalu, saat ini Asean lebih dituntut untuk mempertajam perannya dalam peningkatan kesejahteraan seluruh anggotanya, atau dengan kata lain no one left behind.

https://money.kompas.com/read/2023/04/13/105810226/menyongsong-ktt-asean-2023-asean-still-matters

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke