Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Menperin Bantah Indonesia Tengah Hadapi Deindustrialisasi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita membantah Indonesia tengah menghadapi deindustrialisasi menyusul jumlah tenaga kerja di sektor informal meningkat dibandingkan kontribusi sektor industri terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

Deindustrialisasi adalah proses kebalikan dari industrialisasi yaitu penurunan kontribusi sektor manufaktur alias industri pengolahan nonmigas terhadap PDB.

Menperin Agus memastikan sektor industri masih tumbuh dengan baik dan berada di level ekspansi.

"Saya tidak melihat ini merupakan proses deindustrialisasi bahkan sebaliknya pertumbuhan industri masih baik, industri terhadap PDB juga masih baik ekspor juga baik," kata Agus saat ditemui di Kantor Kemenperin, Jakarta Selatan, Rabu (10/5/2023).

Agus mengatakan, pertumbuhan industri membaik tersebut dapat dilihat dari Purchasing Manager’s Index (PMI) Manufaktur Indonesia yaitu berada di posisi 52,7 pada April 2023.

"Kita juga lihat berdasarkan PMI itu angkanya, angka ekspansinya sangat menjanjikan bahkan sejak Maret, dibandingkan bulan Maret dan April itu ada kenaikan," ujarnya.

Lebih lanjut, Agus mengakui beberapa sektor industri yang tengah mengalami tekanan. Menurut dia, tekanan tersebut disebabkan adanya pelemahan market.

"Dan tertekannya itu biasanya terkait dengan pelemahan dari market di sub sektor tertentu, tapi in general masih bagus," ucap dia.

Sebelumnya, Kementerian Perindustrian mengatakan, kinerja industri pengolahan nonmigas pada Kuartal I 2023 tumbuh sebesar 4,67 persen (y-on-y).

Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, sektor manufaktur masih konsisten menjadi sumber utama bagi pembentuk struktur produk domestik bruto nasional (PDB) nasional sepanjang tiga bulan pertama pada tahun ini, yang mencapai 5,03 persen.

“Sektor industri manufaktur tetap sebagai kontributor paling besar dalam menopang pertumbuhan ekonomi nasional pada triwulan I-2023. Sumbangsihnya hingga 16,77 persen, mengalami peningkatan dibandingkan periode sebelumnya (triwulan IV-2022) sebesar 16,39 persen,” kata Agus dikutip dari laman resmi Kemenperin, Senin (8/5/2023).

Agus mengatakan, dalam dua kuartal berturut-turut, industri makanan dan minuman mampu tumbuh di atas pertumbuhan ekonomi.

Ia mengatakan, mengingat struktur PDB industri pengolahan nonmigas didominasi oleh andil industri makanan dan minuman yang mencapai 38,6 persen, industri ini menjadi prime mover pertumbuhan TW I 2023 ini.

Selain itu, Agus mengatakan, pada triwulan I-2023, industri alat angkutan menunjukkan pertumbuhan tertinggi sebesar 17,3 persen, diikuti industri logam dasar (15,5 persen) serta industri barang logam, komputer, barang elektronik, optik, dan peralatan listrik (12,8 persen).

“Pertumbuhan industri alat angkutan tumbuh signfikan karena dipacu oleh peningkatan produksi kendaraan untuk memenuhi permintaan kendaraan baru menjelang Lebaran serta peningkatan produksi kendaraan listrik,” ujarnya.

Di samping itu, Agus mengatakan, pertumbuhan juga melesat di industri logam dasar yang didorong adanya lonjakan permintaan luar negeri, terutama produk olahan bijih nikel seperti ferro nikel, nikel matte, dan nikel pig iron.

“Hal ini sejalan dengan program prioritas pemerintah dalam menjalankan kebijakan hilirisasi industri untuk meningkatkan nilai tambah bahan baku dalam negeri, yang memiliki multiplier effect yang luas bagi perekonomian nasional,” tuturnya.

https://money.kompas.com/read/2023/05/11/114000126/menperin-bantah-indonesia-tengah-hadapi-deindustrialisasi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke