Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Indonesia Sudah Siap Tinggalkan Dollar AS?

Demikian dikemukakan Destry Damayanti, Deputi Gubernur Bank Indonesia baru-baru ini (cnbcindonesia.com, 25/11/2023)

Pemanfaatan LCS tercatat per Oktober 2023, transaksinya telah setara 5,4 miliar dollar AS, atau naik 55 persen dari data September 2023 sebesar 4,9 miliar dollar AS.

Pelaku usaha yang memanfaatkan LCS telah mencapai 2.414 pelaku, naik dari September 2023 sebanyak 2.287 pelaku. Dibanding akhir tahun 2022 pun naik signifikan karena saat itu hanya sebanyak 1.700 pelaku usaha yang memanfaatkan LCS.

LCS memang menjadi tren negara-negara yang ingin mengurangi ketergantungan terhadap dollar AS yang punya dampak kurang menguntungkan.

Dampak kurang mengutungkan yang dimaksud adalah sering melemahnya (terdepresiasi) mata uang negara-negara tersebut terhadap dollar AS.

Depresiasi mata uang domestik terhadap dollar AS mempunyai dampak ikutan berupa naiknya harga barang-barang impor serta naiknya cicilan dan bunga utang luar negeri, tanpa negara yang bersangkutan menarik utang luar negeri baru.

Ada dua bentuk lain dari pengurangan ketergantungan terhadap dollar AS. Bentuk pertama, mengganti dollar AS dengan mata uang lain yang disepakati antarnegara-negara yang terlibat dalam kesepakatan tersebut.

Wacana yang pernah muncul untuk mata uang pengganti adalah Yen (Jepang), Remimbi atau Yuan (Tiongkok), Pound Sterling (Inggris).

Ada tiga syarat agar mata uang pengganti dollar AS. Pertama, mata uang tersebut likuiditasnya harus selalu tersedia di pasar uang atau pasar valuta asing dunia.

Kedua, negara yang mata uangnya digunakan sebagai pengganti dollar AS harus menganut kebijakan mobilitas modal yang sempurna sehingga harus menanggung risiko defisit neraca pembayaran serta kurs mata uangnya berfluktuasi.

Ketiga, negara yang mata uangnya digunakan sebagai pengganti dollar AS harus bersedia memasok mata uangnya untuk digunakan negara-negara lain dengan konsekuensi akan mengalami defisit dalam neraca modalnya.

Pada akhirnya akan membuat mata uangnya terdepresiasi dengan dampak negatif seperti yang telah ditulis di depan.

Akibat syarat yang sulit tersebut, maka alternatif ini belum pernah diimplementasikan.

Bentuk kedua untuk menggantikan dollar AS adalah menggunakan mata uang yang baru. Contoh yang sudah mengimplementasikan adalah Uni Eropa dengan Euro.

Ada wacana negara-negara Brasil, Rusia, India, China dan South Africa atau Afrika Selatan (BRICS) membuat mata uang baru yang berlaku di antara mereka.

Negara-negara ASEAN juga pernah mewacanakan membuat mata uang bersama ASEAN.

Namun BRICS maupun ASEAN belum merealisasikan penggunakaan mata uang bersama tersebut.

Alternatif ini juga cukup sulit untuk melaksanakannya. Kesulitan tersebut dapat dilihat jika belajar dari penciptaan dan penggunaan Euro oleh negara-negara Uni Eropa.

Penggunaan Euro mulanya mendapat tentangan dari dua negara, yaitu Swiss dan Inggris.

Swiss pada mulanya keberataan karena penggunaan Euro menuntut adanya Bank Sentral Bersama (Bank Sentral Eropa) yang menuntut keterbukaan di perbankan tiap negara Eropa yang tergabung dalam Uni Eropa.

Swiss pada mulanya keberatan karena negaranya sangat ketat menjaga rahasia para nasabahnya.

Sementara Inggris keberataan karena rasa nasionalisme dan kebanggaan nasionalnya yang sangat tinggi terhadap simbol-simbol negara termasuk mata uang Pound Sterling.

Kesimpulannya memang kebijakan untuk mengganti dollar AS atau mengurangi ketergantungan dollar AS dalam pembayaran internasional adalah kebijakan LCS seperti yang sudah dilakukan oleh Indonesia dengan beberapa negara mitra dagangnya yang telah difasilitas dengan baik oleh BI.

https://money.kompas.com/read/2023/11/27/080031426/indonesia-sudah-siap-tinggalkan-dollar-as

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke