Mengutip CNBC, harga minyak mentah Brent untuk pengiriman Februari 1,06 persen atau 83 sen AS ke level 77,20 dollar AS per barrel. Sementara minyak mentah Intermediate West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Januari turun 0,99 persen atau 72 sen AS ke level 72,32 dollar AS per barrel.
Pelemahan harga minyak mentah dipengaruhi penguatan dollar AS dan kekhawatiran terhadap permintaan, sehingga pasar tertekan di tengah keraguan realisasi pengurangan produksi sukarela oleh OPEC+.
Pada 30 November 2023, OPEC+ yakni Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutu yang dipimpin oleh Rusia, menyepakati untuk memangkas produksinya sekitar 2,2 juta barrel per hari (bph) untuk kuartal pertama 2024.
Namun setidaknya 1,3 juta barrel per hari dari pemotongan produksi tersebut merupakan perpanjangan dari pembatasan sukarela yang sudah dilakukan Arab Saudi dan Rusia.
"Kesepakatan OPEC+ tidak banyak mendukung harga, mengingat terjadi penurunan selama (empat) hari setelahnya, para pedagang jelas tidak terkesan," kata Craig Erlam, analis pasar senior Inggris & EMEA, di perusahaan data dan analisis Oanda.
Pihak Rusia menyatakan pengurangan produksi OPEC+ membutuhkan waktu untuk mulai dilaksanakan. Pada pekan ini, Presiden Vladimir Putin akan mengunjungi anggota OPEC di Uni Emirat Arab dan Arab Saudi dan menjamu Presiden Iran Ebrahim Raisi di Moskow.
Sementara dari sisi permintaan, negara-negara yang berpartisipasi dalam konferensi iklim COP28 sedang mempertimbangkan untuk menyerukan penghentian penggunaan bahan bakar fosil secara formal sebagai bagian dari kesepakatan akhir KTT PBB untuk mengatasi pemanasan global.
Nilai dollar AS yang menguat pun turut mempengaruhi harga minyak mentah. Indeks dollar naik 0,41 persen ke level 104,03 yang merupakan tertinggi selama sepekan, usai rilis data ketenagakerjaan menunjukkan pelemahan.
Penguatan dollar AS tersebut membuat harga minyak menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya, sehingga mengurangi permintaan terhadap minyak.
Adapun data ketenagakerjaan terbaru menunjukkan lowongan pekerjaan di Amerika Serikat (AS) turun pada Oktober 2023 ke level terendah sejak awal tahun 2021.
Melambatnya pasar tenaga kerja dan meredanya inflasi AS, telah meningkatkan optimisme bahwa bank sentral AS atau Federal Reserve (The Fed) mungkin akan menaikkan suku bunga pada siklus ini, dengan pasar keuangan mengantisipasi penurunan suku bunga baru akan terjadi pada pertengahan 2024.
Untuk diketahui, suku bunga tinggi akan berdampak pada naiknya bunga pinjaman yang dapat mengganggu aktivitas ekonomi dan memperlambat pertumbuhan ekonomi, sehingga mengurangi permintaan terhadap minyak.
https://money.kompas.com/read/2023/12/06/120000526/harga-minyak-dunia-turun-dekati-level-terendah-dalam-5-bulan