Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kebijakan Moneter Menghadapi Inkonsistensi Waktu

Semua itu adalah tentang inflasi, tingkat suku bunga, dan prospek ekonomi yang kedepan jalannya masih bergelombang.

Beberapa lembaga internasional telah merilis outlook terbarunya. Bank Dunia, IMF, maupun OECD memprediksikan pertumbuhan ekonomi global, termasuk Indonesia dan negara-negara mitra utama Indonesia lebih rendah dibandingkan prediksi sebelumnya.

Hal ini disebabkan ketidakpastian global yang disertai oleh berbagai tantangan.

Pertumbuhan global diperkirakan akan melambat lebih lanjut tahun ini, di tengah dampak dari ketatnya kebijakan moneter, kondisi keuangan yang ketat, serta lemahnya perdagangan dan investasi global.

Risiko-risiko negatif terhadap prospek termasuk eskalasi konflik baru-baru ini yang terjadi di Timur Tengah menyebabkan semakin dinamisnya ekonomi global.

Faktor penghambat lainnya adalah gangguan pasar komoditas terkait, tekanan keuangan di tengah meningkatnya utang dan biaya pinjaman yang tinggi serta inflasi yang terus-menerus naik.

Sedangkan aktivitas ekonomi lebih lemah dari yang diperkirakan di Tiongkok, fragmentasi perdagangan, dan bencana yang berkaitan dengan iklim semakin mencuat.

Prospek perekonomian Indonesia secara keseluruhan mempunyai risiko-risiko negatif, terutama yang berasal dari luar Indonesia.

Yaitu suku bunga lebih tinggi untuk jangka waktu lebih lama di negara-negara besar, dapat membebani permintaan global, meningkatkan biaya pinjaman, dan mempersulit peminjaman di pasar dunia. Ketidakpastian geopolitik global dapat mengganggu rantai nilai ekonomi yang ada.

Untuk Indonesia pada anggaran Negara tahun fiskal 2023, saya melihat pencapaian yang tangguh dengan pendapatan pemerintah +5 persen YoY (105 persen dari target), sementara belanja +0,8 persen (100 persen dari target; melonjak pada Desember-2023).

Hal ini menyebabkan defisit lebih rendah dari perkiraan, yakni sebesar -1,65 persen dari PDB.

Penerimaan pajak +5.9 YoY, mencapai 10,2 persen PDB. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) naik +1.7 persen (118 persen dari target) meskipun harga komoditas lebih rendah.

Semua ini karena didukung kenaikan tarif royalti batu bara dan dividen dari BUMN. Menariknya, belanja jaring pengaman sosial turun -3,7 persen YoY menjadi Rp 443 triliun.

Kondisi Indonesia saat ini, ekspektasi inflasi jangka panjang secara umum masih tetap terjaga, sehingga menujukkan masyarakat luas sangat memercayai kebijakan Bank Indonesia, untuk menurunkan inflasi ketingkat sasarannya.

Kebijakan Bank Indonesia tetap fokus memperkuat bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran untuk menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Masalah ketidakkonsistenan waktu

Semua yang saya sampaikan di atas, kita sering memiliki rencana yang kita tahu akan memberikan hasil yang bagus dalam jangka panjang.

Namun apa yang akan terjadi esok, kita hanya dapat menolong diri kita dan mengulangi rencana kita karena memperoleh keuntungan hanya dalam jangka waktu pendek.

Kita menemukan diri kita tidak dapat secara konsisten mengikuti rencana bagus melewati waktu. Rencana dan kebijakan bagus dapat dikatakan sebagai ketidakkonsistenan waktu dan akan cepat berlalu.

Pembuat kebijakan juga menghadapi masalah ketidakkonsistenan waktu. Mereka selalu ingin menghasilkan kebijakan ekonomi bebas, yang lebih terekspansi daripada yang diperkirakan perusahaan dan masyarakat.

Kebijakan akan meningkatkan output perekonomian (misalnya pengangguran yang rendah) dalam jangka pendek.

Kebijakan yang terbaik, sebaliknya, tidak akan menghasilkan kebijakan besar, karena keputusan tentang upah dan harga merefleksikan perkiraan para pekerja dan perusahaan tentang kebijakan itu sendiri.

Saat mereka melihat Bank Sentral menghasilkan ekspansi kebijakan, para pekerja dan perusahaan-perusahaan akan meningkatkan perkiraan mereka tentang inflasi, sehingga membuat upah dan harga meningkat secara proporsional. Kenaikan ini akan meningkatkan inflasi, tetapi tidak meningkatkan output secara rata-rata yang tinggi.

Bank sentral akan memiliki inflasi yang lebih baik dalam jangka panjang jika tidak terjadi demand shock dengan ekspansi kebijakan yang tidak terprediksi, tetapi harus menjaga inflasi di bawah kontrol.

Sedangkan, jika Bank Sentral mengenali bahwa kebijakan yang bebas akan menyebabkan hasil yang buruk (misalnya, inflasi yang tinggi tanpa hasil yang menguntungkan), mungkin tidak akan menghasilkan kontrol kebijakan inflasi yang lebih baik.

Para pembuat kebijakan menekan Bank Sentral untuk meningkatkan output dengan ekspansi kebijakan moneter secara keseluruhan.

Maka dalam menghadapi dinamika ekonomi yang penuh ketidakpastian, diperlukan peran dari jangkar nominal untuk dapat membatasi masalah ketidakkonsistenan waktu (Time-Inconsistency Problem), yang diatur secara bebas oleh kebijakan moneter.

Jangkar Nominal adalah peraturan perilaku, yaitu sebagai aturan untuk menghentikan masalah ketidakkonsistenan waktu pada kebijakan moneter dengan memberikan perkiraan kendala pada kebijakan yang dilakukan secara bebas, namun tetap memperhatikan batas-batas kewajaran.

https://money.kompas.com/read/2024/01/26/135745426/kebijakan-moneter-menghadapi-inkonsistensi-waktu

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke