Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Menangani Trauma Finansial

TRAUMA didefinisikan oleh American Psychological Association (APA) sebagai respons emosional terhadap peristiwa mengerikan.

Trauma juga digambarkan sebagai peristiwa yang tidak dapat diproses oleh pikiran dan tubuh seperti pengalaman hidup biasa. Sehingga membuat terganggunya fungsi emosional, kognitif, dan fisik seseorang.

Trauma bisa disebabkan karena berbagai peristiwa traumatis, termasuk masalah finansial.

Trauma finansial mengacu pada gejala emosional, kognitif, relasional, dan fisik, dipicu oleh tekanan finansial yang berat.

Trauma keuangan adalah hal yang seringkali terjadi, ada di sekitar kita, tetapi luput dari perhatian. Mengapa seseorang bisa mengalami trauma finansial?

Pertama, kemiskinan dan kemiskinan kronis. Kondisi ini membuat seseorang mengalami kekurangan dan dapat memicu kecemasan, depresi, penyalahgunaan narkoba, gangguan makan, dan trauma.

Kedua, trauma antargenerasi. Bayangkan apa yang dirasakan dan dialami masyarakat usia “pre baby boomer” (generasi kelahiran sebelum tahun 1945) dan “baby boomer” (generasi kelahiran antara tahun 1946 – 1964) yang telah melewati masa holocaust, genosida, perang besar berkepanjangan dan krisis finansial besar-besaran, great depression. Masa penuh gejolak dengan hidup yang tentu sangat tidak mudah.

Ketiga, hutang. Hutang yang besar dan atau berjangka panjang dapat menyebabkan kecemasan atas kekurangan uang, ketidakmampuan membayar, dll. Tidak hanya itu, ketergantungan finansial juga dapat memicu trauma finansial.

Keempat, hilangnya penghasilan. Trauma finansial dapat juga dipicu oleh hilangnya penghasilan. Kehilangan pekerjaan, kebangkrutan, pengangguran, perceraian, atau perpisahan akibat kematian pasangan, berakhirnya bantuan atau tunjangan keuangan, baik dari keluarga, mantan pasangan atau pemerintah.

Kelima, diskriminasi keuangan. Diskriminasi bagi kelompok minoritas yang menyebabkan hilangnya atau berkurangnya kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan, naik jabatan, dll. Diskriminasi pekerjaan yang didasarkan pada suku, agama, ras, gender atau identitas seksual.

Keenam, kurangnya sumber daya. Hal ini dapat berkontribusi besar terhadap trauma finansial. Misal: kebutuhan makan, kekurangan makanan dapat menjadi hal yang menakutkan, terutama bagi orang tua yang tidak hanya memberi makan diri sendiri, tetapi juga anak-anak mereka.

Kurangnya akses terhadap uang, asuransi kesehatan, atau bantuan pemerintah juga dapat memicu trauma finansial.

Apa tanda seseorang mengalami trauma finansial ?

  1. Ketergantungan keuangan pada pasangan, anak atau orang lain.
  2. Menggunakan uang secara kompulsif (berbelanja berlebihan, kecanduan belanja, dll),
  3. Menjadi terlalu kikir, bahkan untuk pengeluaran penting.
  4. Kecanduan kerja untuk mencegah munculnya kesulitan keuangan di masa depan.
  5. Menghindari segala hal terkait finansial (tidak mau membicarakan masalah keuangan, menghindari berurusan dengan lembaga keuangan, dll).

Trauma finansial yang tidak segera diatasi akan berdampak negatif: permasalahan keluarga, kecanduan napza, gangguan fisik dan mental, tidak produktif.

Dampak lain, yakni kecanduan judi, karena orang putus asa mencari jalan pintas untuk memiliki uang, salah satunya dengan berjudi.

Bagaimana penanganan bagi individu dengan trauma finansial?

Pertama, mencari dukungan dengan membicarakan tentang keuangan dengan teman, keluarga atau terapis profesional, sehingga mendapatkan pemecahan masalah yang lebih baik. Mengetahui bahwa Anda tidak sendiri dapat meningkatkan kesehatan mental Anda.

Kedua, mencari bantuan profesional. Misal: menemui penasihat keuangan, perencana keuangan, penasihat konsolidasi hutang atau jenis konsultasi lainnya. Sekalipun Anda ahli dalam keuangan, mendapatkan masukan dari seorang ahli akan sangat berharga.

Ketiga, hapus rasa malu. Rasa malu dan stigma akan trauma dan kesulitan keuangan membuat penderitaan berkepanjangan. Memahami bahwa Anda tidak sendirian dan ada bantuan tersedia.

Keempat, melatih kepedulian dengan menghargai pengalaman trauma dan dampaknya bagi diri Anda secara emosional dan spiritual.

Menghentikan sikap menyalahkan diri sendiri dan menilai diri rendah. Memiliki pandangan bahwa masa lalu adalah tantangan dan peluang untuk belajar, bertumbuh dan meningkatkan ketahanan diri.

Kelima, menerapkan kewaspadaan dalam kehidupan finansial Anda dan berhentilah memikirkan masa lalu atau mengkhawatirkan masa depan.

Menghindari “tersandung di masa depan” dan bersikaplah responsif, bukan reaktif dalam tindakan finansial.

Keenam, menetapkan batasan finansial yang sehat melalui komunikasi yang tegas untuk menetapkan batasan finansial kepada teman, pasangan, anak-anak, dan siapa pun yang memiliki hubungan finansial dengan Anda.

Ketujuh, mengelola stres. Seperti: memiliki waktu tidur yang cukup, olah raga teratur dan mendapatkan nutrisi serta perawatan diri yang baik.

*Dosen Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara

https://money.kompas.com/read/2024/03/08/144137226/menangani-trauma-finansial

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke