KOMPAS.com - Ada beberapa perbedaan kebijakan moneter dan fiskal yang paling mendasar. Kebijakan moneter dan fiskal adalah dua pendekatan yang berbeda yang digunakan oleh pemerintah dan bank sentral untuk mempengaruhi perekonomian.
Mengutip laman Investopedia, kebijakan fiskal mengacu pada kebijakan penggunaan anggaran belanja pemerintah dan pajak untuk mempengaruhi kondisi perekonomian, khususnya kondisi makroekonomi seperti penciptaan lapangan kerja, inflasi, dan pertumbuhan ekonomi.
Selama resesi, pemerintah dapat menurunkan tarif pajak atau meningkatkan pengeluaran untuk mendorong permintaan dan memacu aktivitas ekonomi. Sebaliknya, untuk menekan inflasi, pemerintah dapat menaikkan suku bunga atau memotong pengeluaran untuk menstabilkan perekonomian.
Sementara kebijakan moneter adalah seperangkat alat yang digunakan oleh bank sentral suatu negara untuk mengendalikan jumlah uang beredar secara keseluruhan dan mendorong pertumbuhan ekonomi serta menerapkan strategi seperti merevisi suku bunga dan mengubah persyaratan cadangan bank.
Perbedaan kebijakan fiskal dan moneter
Berikut setidaknya 7 perbedaan kebijakan moneter dan fiskal yang paling mendasar:
1. Regulator
Kebijakan moneter diatur oleh bank sentral, seperti Federal Reserve di Amerika Serikat atau Bank Sentral Eropa di wilayah Euro. Di Indonesia, kewenangan yang sama dipegang oleh Bank Indonesia (BI).
Sementara kebijakan fiskal diatur oleh pemerintah, melalui proses legislatif dan eksekutif. Di mana kebijakan fiskal dalam prosesnya dilakukan melalui pengaturan APBN.
Ini meliputi kebijakan terkait pengeluaran pemerintah, pajak, dan pendanaan defisit atau surplus anggaran.
2. Instrumen yang dipakai
Perbedaan kebijakan moneter dan kebijakan fiskal kedua adalah pada instrumennya. Kebijakan fiskal menggunakan alat-alat seperti perubahan dalam tingkat pengeluaran pemerintah (menaikkan atau menurunkan belanja publik).
Lalu kebijakan fiskal lainnya seperti perubahan dalam sistem pajak (menaikkan atau menurunkan pajak), dan perubahan dalam kebijakan anggaran untuk mencapai tujuan-tujuannya.
Sementara kebijakan moneter menggunakan alat-alat seperti perubahan dalam suku bunga acuan, operasi pasar terbuka (pembelian atau penjualan sekuritas pemerintah), persyaratan cadangan bank, dan intervensi langsung di pasar valuta asing.
3. Waktu dan fleksibilitas
Perbedaan kebijakan fiskal dan moneter ada pada fleksibilitas. Kebijakan fiskal sering memerlukan waktu yang lebih lama untuk diimplementasikan karena harus melalui proses legislatif.
Selain itu, kebijakan fiskal cenderung memiliki dampak yang lebih langsung dan spesifik terhadap sektor-sektor tertentu dalam perekonomian.
Kebijakan moneter sering kali lebih fleksibel dan dapat diimplementasikan dengan cepat oleh bank sentral. Kebijakan moneter juga cenderung memiliki dampak yang lebih luas dan tidak langsung terhadap perekonomian secara keseluruhan.
4. Tujuan yang dicapai
Perbedaan kebijakan moneter dan fiskal lainnya adalah pada tujuan yang hendak dicapai. Kebijakan fiskal bertujuan untuk mempengaruhi tingkat aktivitas ekonomi melalui perubahan dalam pengeluaran pemerintah, pajak, atau pendanaan anggaran.
Kebijakan moneter bertujuan untuk mengatur suplai uang dan tingkat suku bunga dalam perekonomian untuk mencapai tujuan-tujuan seperti stabilitas harga, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas sistem keuangan.
5. Dampak
Perbedaan kebijakan moneter dan fiskal juga tampak pada dampak yang ditimbulkan. Kebijakan fiskal memiliki beragam dampak terhadap perekonomian, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Kebijakan fiskal yang ekspansif, seperti peningkatan pengeluaran pemerintah atau pemotongan pajak, dapat merangsang pertumbuhan ekonomi dengan meningkatkan permintaan agregat. Ini dapat mengakibatkan peningkatan produksi, investasi, dan lapangan kerja.
Kebijakan fiskal dapat memiliki dampak signifikan pada distribusi pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Misalnya, pemotongan pajak bagi golongan yang berpenghasilan rendah atau program bantuan sosial dapat meningkatkan kesejahteraan bagi mereka yang kurang mampu.
Sementara kebijakan moneter dampak langsungnya terasa pada suku bunga, investasi, dan inflasi.
6. Prosesnya
Perbedaan kebijakan moneter dan kebijakan fiskal bisa tampak dari proses pengambilan keputusan. Untuk kebijakan moneter biasanya dilakukan bank sentral setelah melalui rapat antara gubernur bank sentral dan para deputi gubernur.
Sementara untuk kebijakan fiskal dilakukan oleh pemerintah, dalam hal ini Menteri Keuangan. Seringkali pemerintah mengeluarkan kebijakan fiskal dengan persetujuan legislatif.
7. Dampak terhadap nilai tukar
Terakhir perbedaan kebijakan fiskal dan moneter adalah pada dampak nilai tukar. Bisa dibilang, kebijakan fiskal tidak langsung mempengaruhi nilai tukar mata uang.
Misalnya saja pemerintah yang menaikkan pajak impor sangat tinggi akan berdampak pada pengurangan masuknya barang impor, sehingga hal ini bisa berefek pada penguatan rupiah.
Sementara untuk kebijakan moneter, dampaknya bisa langsung terasa pada nilai tukar. Contohnya saat BI menaikkan suku bunga acuan, biasanya banyak investor luar negeri yang tertarik membeli rupiah sehingga meningkatkan nilai mata uang ini.
Intervensi valuta asing dan kebijakan suku bunga dapat memengaruhi nilai tukar mata uang nasional terhadap mata uang asing, yang dapat memiliki dampak penting pada ekspor, impor, dan stabilitas ekonomi secara keseluruhan.
Contoh kebijakan moneter dan fiskal
Kebijakan fiskal
Berikut adalah beberapa contoh kebijakan fiskal yang sering diterapkan oleh pemerintah:
1. Pengeluaran APBN
Pemerintah dapat meningkatkan pengeluaran untuk infrastruktur, layanan publik seperti pendidikan dan kesehatan, serta proyek-proyek pembangunan lainnya.
Contoh kebijakan ini adalah peningkatan anggaran untuk pembangunan jalan, pembangunan sekolah baru, atau investasi dalam transportasi umum.
2. Pajak
Pemerintah dapat mengubah tarif pajak untuk mempengaruhi penerimaan pajak dan meningkatkan atau mengurangi pendapatan publik.
Contoh kebijakan ini termasuk pemotongan pajak untuk kelompok pendapatan menengah ke bawah untuk merangsang konsumsi, atau peningkatan pajak atas kekayaan untuk meningkatkan pendapatan publik.
3. Subsidi
Pemerintah dapat memberikan subsidi untuk barang atau layanan tertentu untuk mengurangi biaya bagi konsumen atau produsen.
Contoh kebijakan ini termasuk subsidi bahan bakar minyak untuk menstabilkan harga bahan bakar atau subsidi untuk energi terbarukan untuk mendorong penggunaan sumber energi yang ramah lingkungan.
4. Pengelolaan utang
Pemerintah dapat membiayai defisit anggaran dengan menerbitkan obligasi atau meminjam dari lembaga keuangan domestik atau internasional. Kebijakan ini dapat digunakan untuk meningkatkan belanja pemerintah tanpa harus mengandalkan peningkatan pajak atau pengurangan pengeluaran.
Kebijakan moneter
Berikut adalah beberapa contoh kebijakan moneter yang sering diterapkan oleh bank sentral:
1. Penyesuaian suku bunga acuan
Bank sentral dapat menaikkan atau menurunkan suku bunga acuan untuk mempengaruhi tingkat suku bunga di pasar keuangan. Misalnya, menaikkan suku bunga dapat membantu menahan inflasi yang terlalu tinggi, sementara menurunkan suku bunga dapat merangsang aktivitas ekonomi.
2. Operasi pasar terbuka
Bank sentral dapat melakukan operasi pasar terbuka dengan membeli atau menjual surat berharga pemerintah atau instrumen keuangan lainnya di pasar terbuka. Tindakan ini bertujuan untuk mengatur likuiditas di pasar dan mempengaruhi tingkat suku bunga.
3. Persyaratan cadangan
Bank sentral dapat menetapkan persyaratan cadangan minimum yang harus dipenuhi oleh bank-bank komersial. Penyesuaian persyaratan cadangan dapat digunakan untuk mengontrol jumlah uang yang beredar di pasar.
Itulah setidaknya 7 perbedaan kebijakan fiskal dan moneter dan contoh dari masing-masing kebijakan yang diambil pemerintah dan bank sentral tersebut.
https://money.kompas.com/read/2024/03/22/090733726/7-perbedaan-kebijakan-fiskal-dan-moneter-serta-contohnya