Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Pentingnya Mempersiapkan Dana Pensiun

Sebagian dari kita mungkin berada di kubu “gimana nanti”, sisanya cenderung memegang filosofi “nanti gimana”, apabila topik di atas kita perdebatkan.

Penulis cenderung ke kubu “nanti gimana”, dikarenakan dorongan untuk mempertahankan gaya hidup dan keinginan “tidak menyusahkan” orang lain di masa pensiun.

Pemikiran penulis diperkuat adanya studi yang menunjukkan bahwa hanya lima persen dari pensiunan diperkirakan gaya hidupnya di atas atau minimal sama dengan gaya hidupnya sebelum pensiun.

Sementara, 95 persen berada di fase bekerja kembali untuk memenuhi kebutuhan hidup, bergantung kepada anak, bahkan bangkrut.

Lebih lanjut, studi dari Manulife Investment Management (MAMI) menunjukkan bahwa pendapatan reguler dari pensiunan di Indonesia diproyeksi hanya sebesar 20 persen pendapatannya saat ini atau bahkan bisa lebih rendah.

Untuk mempertahankan gaya hidup nyaman di masa pensiun, dibutuhkan sekitar 90 persen rata-rata pendapatan individu ketika masih aktif. Artinya, setiap individu hanya dapat mengurangi 10 persen pendapatannya untuk mempertahankan gaya hidup setelah pensiun.

Untuk itu, bagi penganut paham “nanti gimana”, pertama-tama tentukan terlebih dahulu tujuan (set the goals) di masa pensiun kita, apakah kita ingin tetap bekerja, mengajar, memiliki bisnis/perusahaan, atau bahkan sebaliknya, kita ingin santai dan menikmati hidup, sambil menulis buku, beraktifitas sosial, serta dapat lebih mendekatkan diri kepada Tuhan dan berdakwah.

Setelah menemukan apa yang menjadi tujuan setelah pensiun, langkah selanjutnya adalah mencari tahu berapa dana yang diperlukan untuk mempertahankan lifestyle dan tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya.

Apakah dana kita saat ini sudah sesuai? Atau mungkin masih terdapat selisih? Dana tersebut yang akan menjadi panduan kita bagaimana cara kita mencapainya sebelum kita memasuki masa pensiun.

Seperti yang sudah dijelaskan di atas, goals masing-masing orang pasti berbeda. Perbedaaan ini yang akan menentukan besaran dana hari tua yang harus disiapkan ke depannya.

Besarnya sumber dana hari tua (nest egg), selain tujuan setelah masa pensiun, juga dipengaruhi faktor seperti penghasilan, baik pada saat ini maupun yang ingin dimiliki di masa datang.

Sebagai contoh, nest egg yang diperlukan sebesar +Rp 11,6 miliar, apabila biaya hidup perbulan di masa depan ditargetkan sebesar Rp 20 juta/bulan (pada nilai saat ini) dengan tingkat inflasi pertahun +6 persen/tahun, usia saat ini 40 tahun, dan target pensiun usia 56 tahun, dengan usia harapan hidup 75 tahun.

Mungkin angka yang muncul cukup mengagetkan. Namun angka tersebut bisa berubah tergantung asumsi kita, di mana apabila asumsi inflasi berubah menjadi +10 persen/tahun, maka nest egg yang diperlukan menjadi +Rp 20,9 miliar.

Semakin besar ekspektasi biaya hidup perbulan di masa depan, nest egg yang harus dipersiapkan semakin besar dan sebaliknya.

Tingginya nest egg yang perlu dipersiapkan seharusnya bukan membuat kita menjadi khawatir, tetapi seharusnya memicu kita mempersiapkan dana pensiun sedari dini.

Realita, survei terpisah dari Manulife Investment Management, salah satu alasan terjadinya kesenjangan sangat besar antara pendapatan pensiun yang ideal dengan kenyataannya adalah karena jumlah aset yang diinvestasikan orang Indonesia porsinya relatif rendah secara persentase dari pendapatannya saat ini.

Orang Indonesia masih memiliki kecenderungan untuk menyimpan uang tunai. Mereka mengalokasikan 37 persen asetnya dalam bentuk uang tunai dan deposito perbankan.

Untuk itu, kita sebagai individu kembali dituntut untuk meningkatkan kemampuan dan kesadaran personal finansial, karena literasi keuangan memiliki peran penting bagi individu untuk memahami dan memanfaatkan instrumen investasi.

Patut dicermati, Individu harus mumpuni dalam menyelaraskan pilihan investasi dengan profil risiko, tujuan, dan tingkat keuntungan yang diharapkan.

Untuk individu dengan tipe konservatif, tentunya pilihan investasi yang sesuai adalah instrumen investasi risiko dan tingkat volatilitas rendah, dengan keutuhan nilai pokok investasi menjadi hal utama, tetapi memberikan pendapatan secara berkala.

Sementara untuk profil risiko moderat instrumen keuangan investasi berupa obligasi, reksadana pendapatan tetap atau mungkin emas, dapat menjadi pilihan karena lebih menekankan pada keuntungan rutin, pertumbuhan modal (capital gain), dengan jangka waktu investasi cenderung menengah ke panjang.

Sementara itu, individu dengan profil risiko agresif, pilihan instrumen investasi dapat berupa saham dan reksadana saham. Hal ini dikarenakan volatilitas yang sangat tinggi pada saat perdagangan berlangsung.

Sebagai informasi bahwa auto reject bawah (ARB) suatu saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia bisa mencapi 35 persen.

Meskipun demikian, dalam jangka panjang, saham mampu memberikan return yang tinggi dibandingkan dengan instrumen investasi lainnya.

Oleh sebab itu, saham cenderung disebut sebagai instrumen investasi yang high risk high return. Meskipun cenderung memiliki risiko tinggi, Reksa Dana Saham cenderung memiliki risiko lebih rendah jika dibandingkan dengan pemilihan saham secara individu, karena Reksa Dana Saham dikelola oleh Manajer Investasi yang kompeten.

Selain itu, berinvestasi pada properti dapat menjadi pilihan bagi individu profil risiko agresif, dikarenakan nature properti yang padat modal (high capital investment), penyusutan bangunan dan risiko kehancuran bangunan jika terjadi bencana alam, namun tentunya dalam jangka panjang properti mampu memberikan return yang tinggi.

Selain itu, investasi pada bisnis/usaha juga memiliki risiko tinggi, dikarenakan ketidakpastian di masa depan yang sulit untuk diprediksi.

Apapun paham kita, baik itu “gimana nanti” maupun “nanti gimana”, pasti menginginkan hidup yang bahagia di masa tuanya, karena hal tersebut sudah menjadi keinginan setiap individu untuk sejahtera di masa pensiunnya.

Investasi, baik di aset keuangan maupun non keuangan merupakan salah satu cara dalam mencapai tujuan tersebut. Diperlukan kombinasi dari kemauan (willingness), konsistensi (consistency), dan literasi untuk mewujudkannya.

Kemauan diwujudkan dalam tujuan (goals), diperkuat dengan konsistensi untuk menyisihkan sebagian pendapatan bulanannya secara rutin untuk mencapai nest egg tersebut.

https://money.kompas.com/read/2024/04/02/161157726/pentingnya-mempersiapkan-dana-pensiun

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke