Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengapa Produksi Beras RI Konsisten Turun Selama 6 Tahun Terakhir? Ini Alasannya

JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia mencatatkan produksi beras di Tanah Air turun secara konsisten dalam 6 tahun belakangan.

Guru Besar Universitas Indonesia (UI) Pos M Hutabarat dalam buku Pentingnya Stabilitas Pangan di Indonesia mengungkapkan, turunnya produksi beras sejalan dengan berkurangnya luas panen padi dan perubahan cuaca ekstrem.

“Berkurangnya areal tanam akibat semakin banyak areal pertanian padi yang dikonversi menjadi berbagai kepentingan lain di luar pertanian, seperti perumahan, kawasan industri, pasar dan pertokoan, jalan umum dan lain-lain,” ujarnya dalam buku itu dikutip Selasa (18/6/2024).

Adapun berdasarkan data BPS, luas panen padi di tahun 2018 11,38 juta hektar yang kemudian turun menjadi 10,68 juta hektar di tahun 2019, turun lagi di 10,45 juta hektar di tahun 2022, dan tetap konsisten turun menjadi 10,20 juta hektar di tahun 2023.

Hal ini pun membuat jumlah produksi beras yang ikut turun secara konsisten selama 6 tahun belakangan dengan rincian 33,94 juta ton di tahun 2018, 31,31 juta ton di tahun 2019, 31,51 juta ton di tahun 2020.

Kemudian di tahun 2021 juga turun menjadi 31,36 juta ton, naik tipis menjadi 31,54 juta ton di tahun 2022, dan kembali turun menjadi 30,90 juta ton di tahun 2023.

Pos M Hutabarat mengungkapkan setidaknya ada 7 faktor dalam peningkatan produksi beras yakni luas panen, jenis bibit unggul bersertifikat, pemupukan, pengendalian hama, ketersediaan irigasi, peranan penyuluh lapangan, dam musim.

Menurut dia dari 7 faktor tersebut, 6 di antaranya dapat dikendalikan oleh pemerintah.

Di Kementerian Pertanian (Kementan) sendiri yang bertugas sebagai kementerian teknis yang mengurusi pertanian telah memiliki sejumlah program untuk mendorong upaya peningkatan produksi beras.

Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian Kementan Ali Jamil menyebutkan khusus untuk program jangka pendek agar bisa meningkatkan produksi beras, pihaknya telah membuat program optimalisasi lahan rawa dan pompanisasi.

Dia menjelaskan, program optimalisasi lahan rawa dilakukan dengan mengoptimalkan pemanfaatan sawah di lahan rawa melalui perbaikan infrastruktur, memperbaiki tata kelola air dan lahan untuk meningkatkan indeks pertanaman dan produkstivas padi.

“Target lahan yang diharapkan bisa berproduktivitas selama tahun ini bisa mencapai 400.000 hektar dan jumlah luas lahan yang survei investigasi (SI) yang sudah digarap ada sebanyak 232.177 hektar,” ujarnya.

Ali Jamil mengklaim, program ini sudah berjalan dengan baik seiring kegiatan pemerintah yang terus melakukan perbaikan infrastruktur dan mengalokasikan alat dan sistem (Alsintan) pertanian.

“Saat ini telah dilakukan olah tanah dengan menggunakan Alsintan yang telah kita alokasikan. Kegiatannya di antaranya normalisasi saluran dan pengolahan lahan pada lahan rawa pasang surut dengan menggunakan Traktor Roda 4,” katanya.

Di Desa Srimenanti, Kecamatan Tanjung Lago, Kabupaten Banyuasin, program ini sudah berjalan. Dia menjelaskan, setelah dilakukan optimalisasi lahan di kawasan ini, indeks pertanamannya (IP) bisa dilakukan sebanyak 2 kali atau IP 200.


Sementara program pompanisasi dilakukan untuk memastikan ketersediaan air irigasi untuk percepatan olah tanam dan tanam sehingga meningkatkan penambahan areal tanam (PAT).

Pompanisasi sendiri merupakan proses mengairi lahan pertanian dengan cara memompa air dari sungai, sumur, atau sumber air lainnya untuk daerah pertanian kering guna menghadapi musim kemarau.

Untuk program ini Kementan melakukan kegiatan irigasi per pompaan dan bantuan pompa air.

Dengan begitu Kementan akan menyalurkan ratusan pompa ke titik-titik area pertanaman padi di Tanah Air.

Kementan sendiri menargetkan ada 1.183 bantuan pompa irigasi yang akan didistribusikan untuk wilayah Jawa Timur. Bantuan alat tersebut pun diharapkan bisa mengairi 475.000 hektar lahan kering di 38 Kabupaten dan Kota di Jawa Timur.

https://money.kompas.com/read/2024/06/18/140000426/mengapa-produksi-beras-ri-konsisten-turun-selama-6-tahun-terakhir-ini

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke