Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Negara Gudangnya Herbal Dunia

Kompas.com - 13/01/2010, 16:29 WIB

KOMPAS.com - Badan kesehatan dunia (WHO) mendefinisikan obat tradisional sebagai obat asli di suatu negara yang digunakan secara turun-temurun di negara itu atau negara lain. Obat tradisional harus memenuhi kriteria antara lain sudah digunakan minimal tiga generasi dan telah terbukti aman dan bermanfaat.

Bahan utama dalam obat tradisional adalah herbal. Secara umum ada beberapa negara utama di dunia yang menjadi gudangnya herbal.

1. Cina
WHO mencatat, 30-50 persen konsumsi kesehatan masyarakat di negara ini dialokasikan untuk ramuan herbal. Sejak 5.000 tahun silam, nenek moyang bangsa Cina meramu obat untuk mengatasi beragam penyakit.

Catatan medis tertua ada dalam dua kitab kuno: Huang Di Nei Jing (Kitab Kaisar Kuning) dan Wai Tai Mi Yao (Resep Rahasia). Isinya cara menyembuhkan gangguan pencernaan, pernapasan, dan sistem reproduksi.

Kitab tua yang paling terkenal adalah Kompendium Materia Media, yang diterbitkan pada tahun 1590. Buku yang ditulis oleh Li Shizhen dan diteruskan oleh Zhan Xueim ini memuat 1.892 zat medis yang berguna dalam dunia pengobatan.

Dari kitab-kitab tua itulah Cina membangun peradaban herbalnya, yang sekarang sudah menyebar ke seluruh penjuru dunia. Perkembangan pengobatan tradisional di negara ini relatif maju karena pemerintahnya mendukung penuh.

2. India
Ayurveda atau ilmu tentang kehidupan adalah sistem holistik kuno untuk mendiagnosis serta mengobati, sudah ada sejak 1.000 SM di India. Ayurveda mungkin merupakan sistem kedokteran tertua yang dikenal manusia.

Ayurveda mementingkan konsep keseimbangan energi, kesatuan tubuh, pikiran, dan roh. Ada 8 cabang ayurveda, yakni kayacikitsa (penyakit dalam), salyacikitsa (anatomi dan bedah), salakyacikitsa (penyakit THT dan mata), kaumarabhryta (tulang), bhutavidya (healing), aganda tantra (toksikologi), rasayana (rejuvenasi), vajikarana (afrodisiak untuk laki-laki).

3. Korea
Pengobatan tradisional di negeri ginseng tidak bisa dilepaskan dari pengaruh Cina dan India. Sistem pengobatan tradisional di Korea dikenal dengan nama Korean Oriental Medicine (KOM) atau lebih populer dengan sebutan hangbang.

Walau mendapt pengaruh besar dari pengobatan Cina, tetapi hangbang mengembangkan teknik khusus yang bersifat khas. Teknik-teknik itu adalah aturan pengobatan sasang (sasang constitutional medicine), Saam Scupunture, Herbal Acupunture, dan Korean Hand Acupunture. Perkembangan KOM terlihat dari banyaknya sekolah lanjutan tinggi yang khusus mempelejarinya. Tak heran jika di Korea mudah dijumpai dokter dan apoteker khusus KOM.

4. Indonesia
Jika menyebut herbal, Indonesia adalah salah satu laboratorium tanaman obat terbesar di dunia. Sekitar 80 persen herbal dunia tumbuh di negeri ini. Indonesia memiliki sekitar 35 ribu jenis tumbuhan tingkat tinggi, 3.500 di antaranya dilaporkan sebagai tumbuhan obat.

Nenek moyang kita memanfaatkan flora kekayaan alam itu dengan cerdas. Dikenal istilah jamu untuk menyebut ramuan dari tanaman obat. Jamu berasal dari bahasa Jawa Kuno, jampi atau usodo. Artinya penyembuhan menggunakan ramuan, doa, dan ajian.

Pemanfaatan ramuan alam untuk tujuan kesehatan sudah ada sejak ratusan tahun silam. Tabib dan pengobat tradisional meracik aneka jenis tanaman menjadi penawar. penyakit. Bukti-bukti pemakaian jamu di masa lalu bisa dilihat dari tulisan-tulisan di daun lontar, prasasti, dan relief candi.

Sumber: Herbal Indonesia Berkhasiat, Bukti Ilmiah & Cara Racik

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sistem Perpajakan yang Kompleks Jadi Tantangan Korporasi untuk Bayar Pajak

Sistem Perpajakan yang Kompleks Jadi Tantangan Korporasi untuk Bayar Pajak

Whats New
Damri Buka Rute Baru Ciputat ke Bandara Soekarno-Hatta, Simak Jam Operasionalnya

Damri Buka Rute Baru Ciputat ke Bandara Soekarno-Hatta, Simak Jam Operasionalnya

Whats New
Indonesia Terus Kurangi Ketergantungan terhadap Dollar AS, Ini Buktinya

Indonesia Terus Kurangi Ketergantungan terhadap Dollar AS, Ini Buktinya

Whats New
Garuda Indonesia Tak Bagikan Dividen Meski Catatkan Laba Bersih di 2023

Garuda Indonesia Tak Bagikan Dividen Meski Catatkan Laba Bersih di 2023

Whats New
Injourney Airports Layani 49,7 Juta Penumpang Sepanjang Januari-April 2024

Injourney Airports Layani 49,7 Juta Penumpang Sepanjang Januari-April 2024

Whats New
Libur Panjang Waisak, Kemenhub Ingatkan Bus Pariwisata yang Beroperasi Harus Laik Jalan dan Berizin

Libur Panjang Waisak, Kemenhub Ingatkan Bus Pariwisata yang Beroperasi Harus Laik Jalan dan Berizin

Whats New
Usai Rilis Logo Baru, Wamen BUMN Kasih Tugas Ini ke Bulog

Usai Rilis Logo Baru, Wamen BUMN Kasih Tugas Ini ke Bulog

Whats New
Anak Usaha Semen Indonesia Alokasikan Separuh Area Pabrik sebagai Hutan Kota

Anak Usaha Semen Indonesia Alokasikan Separuh Area Pabrik sebagai Hutan Kota

Whats New
Sasar Pasar Global, Industri Obat Berbahan Alam di Indonesia Perlu Ditingkatkan Pengembangannya

Sasar Pasar Global, Industri Obat Berbahan Alam di Indonesia Perlu Ditingkatkan Pengembangannya

Whats New
Peruri Punya Logo Baru, Siap Jalani Tugas sebagai 'GovTech' Indonesia

Peruri Punya Logo Baru, Siap Jalani Tugas sebagai "GovTech" Indonesia

Whats New
BUMN Didorong Terapkan Praktik BJR, Seberapa Penting?

BUMN Didorong Terapkan Praktik BJR, Seberapa Penting?

Whats New
Harga Emas Terbaru 23 Mei 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 23 Mei 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Pemerintah Akan Ambil Alih Lahan Tambang PT Timah yang Dikelola Penambang Liar

Pemerintah Akan Ambil Alih Lahan Tambang PT Timah yang Dikelola Penambang Liar

Whats New
Harga Bahan Pokok Kamis 23 Mei 2024, Harga Cabai Rawit Merah Naik

Harga Bahan Pokok Kamis 23 Mei 2024, Harga Cabai Rawit Merah Naik

Whats New
Harga Emas Antam: Detail Harga Terbaru pada Kamis 23 Mei 2024

Harga Emas Antam: Detail Harga Terbaru pada Kamis 23 Mei 2024

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com