Wapres menyampaikan refleksi itu saat memberikan sambutan dalam Rapat Kerja Nasional Pembangunan Pertanian 2012, Rabu (11/1) di Kantor Kementerian Pertanian (Kementan),
Hadir Menteri Pertanian Suswono, Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan, pejabat eselon I dan II lingkup Kementan, serta kepala dinas pertanian provinsi dan kabupaten.
Wapres mengingatkan, dalam pembangunan sektor pertanian, terkadang semua sibuk dengan masalah implementasi dari tahun ke tahun. Lupa dengan perspektif pembangunan pertanian. ”Ini bukan kritik, tetapi refleksi bagi kita,” katanya.
Secara historis, peran Kementan sangat strategis dalam menggerakkan pembangunan di Tanah Air hingga mencapai prestasi yang dibanggakan. Meski saat ini relatif menurun, 20-30 tahun ke depan masih sangat strategis.
Apabila melihat prestasi pembangunan sektor pertanian era 1970-1990, ada peningkatan produktivitas 2,4 persen. Ini on top dari peningkatan luas lahan, pupuk, dan input lain yang masuk secara normal.
Persoalannya, menjelang pertengahan 1990, tren produktivitas membalik. Produktivitas turun 0,6 persen per tahun sampai 2001. ”Setelah itu, saya bisa membayangkan kalau, toh, produktivitas tidak turun, barangkali stagnasi. Memang, ada beberapa tahun produktivitas ada yang
”Kalau dikontraskan, ini bukan kritik dari pelaksanaan anggaran Kementan. Anggaran sektor pertanian naik pesat. Data 2009 menunjukkan, anggaran sektor pertanian Rp 8,2 triliun. Tahun 2012 naik menjadi Rp 17,8 triliun. Dalam tiga-empat tahun naik dua kali lipat,” katanya.
”Belum anggaran subsidi pupuk Rp 16 triliun, subsidi suku bunga kredit Rp 0,5 triliun, dan subsidi benih Rp 0,3 triliun. Dari segi anggaran, harusnya tidak ada keluhan untuk membalik tren produktivitas,” katanya.
Wapres memberi gambaran perhitungan produktivitas. Kalau input ditambah 10 persen, apakah itu pupuk, tanah, dan