Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Insentif BBM Terlalu Besar

Kompas.com - 29/04/2013, 03:41 WIB

BOGOR, KOMPAS - Selama ini pemerintah cenderung memberikan insentif yang besar untuk bahan bakar minyak daripada untuk riset menemukan inovasi pengolahan energi terbarukan. Alokasi dana penelitian Indonesia hanya sekitar 0,1 persen dari produk domestik bruto.

”Saya hampir putus asa memperjuangkan riset energi terbarukan. Yang membuat saya bertahan, karena saya masih mencintai Indonesia,” kata Tatang Hernas Soerawidjaja seusai kuliah inaugurasi anggota baru Komisi Ilmu Rekayasa Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia, Sabtu (27/4), di Bogor, Jawa Barat.

Selama 50 tahun, kata Tatang, pemerintah terus-menerus memberikan subsidi bagi ketersediaan bahan bakar minyak (BBM). Padahal, kini ketersediaannya makin terbatas. ”Itu ibaratnya seperti memberi beasiswa sekolah untuk orang uzur. Kini saatnya insentif dialokasikan untuk mendorong penemuan energi terbarukan, bahan bakar nabati misalnya,” tutur Tatang.

Menurut Tatang, alokasi dana penelitian Indonesia kalah dengan Thailand, yaitu 0,25 persen dari produk domestik bruto (PDB), Malaysia 0,6 persen, dan Singapura 3 persen. ”Idealnya, untuk negara berkekayaan alam besar seperti Indonesia, alokasi dana sebaiknya seperti Malaysia yang pada fase-fase awal sudah mulai memadai,” kata Tatang.

Tatang mengatakan, kewajiban pemerintah adalah meningkatkan daya beli masyarakat dan bukan sekadar terus-menerus memberi subsidi. ”Pemerintah seharusnya tidak boleh membiarkan rendahnya daya beli masyarakat. Baiknya, pemerintah meningkatkan penghasilan PNS golongan I dan II, buruh, dan daya beli petani hortikultura,” ujar Tatang yang juga menjabat Lektor Kepala pada Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Bandung.

”Di luar negeri, sebelum pemerintah mengeluarkan kebijakan, mereka berkonsultasi dengan ilmuwan dan melakukan riset. Di sini terbalik, setelah kebijakan baru pemerintah meminta pertimbangan,” ujar Tatang.

Tatang mengatakan, bagi masyarakat dan kaum muda hendaknya berpikir ulang bila hendak berunjuk rasa untuk menolak kenaikan harga BBM. ”Unjuk rasa seperti itu justru menunjukkan mentalitas orang miskin yang ingin terus dibantu melalui subsidi. Jangan mau dininabobokan dalam kemiskinan. Berpikirlah secara logis perihal keterbatasan barang akan menyebabkan tingginya harga. Minyak bumi sudah mulai menipis ketersediaannya,” ucap Tatang.

Hal senada disampaikan Sekretaris Jenderal AIPI Budhi M Suyitno, Ketua Komisi Ilmu Rekayasa AIPI FG Winarno, dan Purwiyatno Hariyadi. ”Selama ini subsidi tidak tepat sasaran, pengusaha pabrik besarlah yang banyak menikmati BBM bersubsidi itu. Yang diatur pemerintah hanya persediaannya, bukan pada permintaannya. Dibutuhkan peta jalan yang jelas untuk mengatasi masalah seperti ini,” ujar Budhi.

Menurut Budhi, pengelolaan BBM dan subsidinya sudah tercemar urusan politik. ”Pemerintah kurang tegas mengurangi subsidi BBM karena ada kepentingan Pemilu 2014,” ujarnya.

Sementara itu, Wakil Menteri Pertanian Rusman Heriawan dalam Diskusi Panel Pengembangan Agribisnis dan Agroindustri Indonesia, Sabtu, di Jakarta, mengatakan, ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap bahan bakar fosil sudah semakin tinggi. Hal tersebut dapat mengarah pada krisis energi.

Untuk mengurangi hal itu, ujar Heriawan, sudah saatnya Indonesia mengembangkan sumber energi terbarukan yang ramah lingkungan, seperti bioenergi. Untuk mengatasi permasalahan dengan BBM yang semakin berkurang, sektor agrobisnis dan agroindustri dapat berperan dalam pengembangan energi alternatif.(K09/*)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kode Transfer BCA, BRI, BNI, BTN, Mandiri, dan Bank Lainnya

Kode Transfer BCA, BRI, BNI, BTN, Mandiri, dan Bank Lainnya

Spend Smart
Cara Beli Token Listrik di ATM BRI, BNI, Mandiri, BTN, dan BSI

Cara Beli Token Listrik di ATM BRI, BNI, Mandiri, BTN, dan BSI

Spend Smart
Cara Tukar Uang Rusak di Bank Indonesia dan Syaratnya

Cara Tukar Uang Rusak di Bank Indonesia dan Syaratnya

Spend Smart
Lelang 7 Seri SUN, Pemerintah Kantongi Rp 21,5 Triliun

Lelang 7 Seri SUN, Pemerintah Kantongi Rp 21,5 Triliun

Whats New
Indosat Catat Laba Rp 1,29 Triliun di Kuartal I-2024

Indosat Catat Laba Rp 1,29 Triliun di Kuartal I-2024

Whats New
Adira Finance Cetak Laba Bersih Rp 432 Miliar pada Kuartal I-2024

Adira Finance Cetak Laba Bersih Rp 432 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Inaplas Dukung Pemerintah Atasi Polusi Sampah Plastik

Inaplas Dukung Pemerintah Atasi Polusi Sampah Plastik

Whats New
Program Pemberdayaan Daerah Gambut di Bengkalis oleh PT KPI Mampu Tingkatkan Pendapatan Masyarakat

Program Pemberdayaan Daerah Gambut di Bengkalis oleh PT KPI Mampu Tingkatkan Pendapatan Masyarakat

Whats New
Astra Internasional Bakal Tebar Dividen Rp 17 Triliun, Simak Rinciannya

Astra Internasional Bakal Tebar Dividen Rp 17 Triliun, Simak Rinciannya

Whats New
Emiten Nikel IFSH Catat Penjualan Rp 170 Miliar di Kuartal I 2024

Emiten Nikel IFSH Catat Penjualan Rp 170 Miliar di Kuartal I 2024

Whats New
Starlink Telah Kantongi Surat Uji Laik Operasi di Indonesia

Starlink Telah Kantongi Surat Uji Laik Operasi di Indonesia

Whats New
Laba Bersih BNI Naik 2,03 Persen Menjadi Rp 5,3 Triliun pada Kuartal I-2024

Laba Bersih BNI Naik 2,03 Persen Menjadi Rp 5,3 Triliun pada Kuartal I-2024

Whats New
Bank Mandiri Jaga Suku Bunga Kredit di Tengah Tren Kenaikan Biaya Dana

Bank Mandiri Jaga Suku Bunga Kredit di Tengah Tren Kenaikan Biaya Dana

Whats New
Bukan Dibebaskan Bea Cukai, Denda Impor Sepatu Bola Rp 24,74 Juta Ditanggung DHL

Bukan Dibebaskan Bea Cukai, Denda Impor Sepatu Bola Rp 24,74 Juta Ditanggung DHL

Whats New
Kerja Sama dengan PBM Tangguh Samudera Jaya, Pelindo Optimalkan Bongkar Muat di Pelabuhan Tanjung Priok

Kerja Sama dengan PBM Tangguh Samudera Jaya, Pelindo Optimalkan Bongkar Muat di Pelabuhan Tanjung Priok

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com