Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pangkas "Outlook" Pertumbuhan Global ke 3,2 Persen, IMF Peringatkan Risiko Politik

Kompas.com - 13/04/2016, 08:46 WIB

WASHINGTON, KOMPAS.com - Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) memangkas estimasi pertumbuhan ekonomi global jadi 3,2 persen dari semula 3,4 persen di Januari.

Pertumbuhan ini lebih rendah ketimbang estimasi pertumbuhan di Juli dan Oktober tahun lalu.

Sementara untuk 2017, estimasi pertumbuhan ekonomi global mencapai 3,5 persen, atau turun 1 persen dibanding estimasi di Januari.

IMF memperingatkan adanya risiko dari isolasi politik akibat kemungkinan keluarnya Inggris dari Uni Eropa.

IMF juga memperingatkan adanya risiko kesenjangan pertumbuhan ekonomi, akibat pemangkasan estimasi pertumbuhan global yang keempat kalinya dalam setahun.

Ketua Ekonom IMF Maurice Obstfeld mengatakan dalam konferensi pers tentang Perkiraan Ekonomi Dunia (WEO) di Kantor Pusat IMF di Washington, Amerika Serikat, Selasa pagi waktu setempat, bahwa penurunan prediksi itu merefleksikan kelesuan ekonomi di semua kelompok negara.

"Perlambatan tersebut terjadi akibat berlanjutnya tren yang telah kami kemukakan sebelumnya (WEO Januari 2016)," kata dia.

Obstfeld mengatakan tren tersebut terjadi sejak tahun lalu, yakni penjualan tiba-tiba aset berisiko, peningkatan kekhawatiran pasar, penurunan tajam harga minyak dan komoditas lain.

Berdasarkan perkiraan tersebut, IMF memprediksi pertumbuhan kelompok ekonomi maju turun antara 0,3-0,5 persen.

Rinciannya, Amerika Serikat sebesar 2,4 persen, kawasan Euro (Jerman, Prancis, Italia, Spanyol) 1,5 persen, Jepang 0,5 persen, dan negara maju lainnya di luar G7 (AS, Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris) sebesar 2,1 persen.

Ekonomi Asia

Sementara itu, IMF menyatakan untuk kelompok ekonomi tumbuh dan berkembang di wilayah Asia, angka pertumbuhan tetap atau naik sedikit antara 0,1-0,2 persen dari perkiraan sebelumnya di Januari.

Negara-negara dalam kelompok tersebut, yakni Tiongkok mencapai 6,5 persen (naik 0,2 persen), India 7,5 persen (tetap) dan ASEAN 5 (Indonesia, Malaysia, Filipina, Vietnam, Thailand) 4,8 persen (tetap).

Meskipun demikian, Obstfeld memperingatkan bahwa risiko perlambatan akan semakin besar pada negara dengan upah yang stagnan dan kesenjangan ekonomi masyarakat yang tinggi, tanpa ada kebijakan untuk menutup perbedaan tersebut.

"Kesan bahwa pertumbuhan ekonomi hanya menguntungkan kelompok elit dan pemilik modal akan meluas," kata dia.

IMF mengusulkan tiga kebijakan utama untuk mengatasi kelesuan dan menjaga pertumbuhan ekonom di tengah kelesuan global, yakni melaui pendekatan moneter, fiskal dan struktur ekonomi.

Konferensi pers IMF tentang WEO 2016, Selasa, menjadi acara awalan dalam rangkaian Pertemuan Musim Semi IMF-Bank Dunia di Washington, AS, pada 13-17 April 2016.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kode Transfer BCA, BRI, BNI, BTN, Mandiri, dan Bank Lainnya

Kode Transfer BCA, BRI, BNI, BTN, Mandiri, dan Bank Lainnya

Spend Smart
Cara Beli Token Listrik di ATM BRI, BNI, Mandiri, BTN, dan BSI

Cara Beli Token Listrik di ATM BRI, BNI, Mandiri, BTN, dan BSI

Spend Smart
Cara Tukar Uang Rusak di Bank Indonesia dan Syaratnya

Cara Tukar Uang Rusak di Bank Indonesia dan Syaratnya

Spend Smart
Lelang 7 Seri SUN, Pemerintah Kantongi Rp 21,5 Triliun

Lelang 7 Seri SUN, Pemerintah Kantongi Rp 21,5 Triliun

Whats New
Indosat Catat Laba Rp 1,29 Triliun di Kuartal I-2024

Indosat Catat Laba Rp 1,29 Triliun di Kuartal I-2024

Whats New
Adira Finance Cetak Laba Bersih Rp 432 Miliar pada Kuartal I-2024

Adira Finance Cetak Laba Bersih Rp 432 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Inaplas Dukung Pemerintah Atasi Polusi Sampah Plastik

Inaplas Dukung Pemerintah Atasi Polusi Sampah Plastik

Whats New
Program Pemberdayaan Daerah Gambut di Bengkalis oleh PT KPI Mampu Tingkatkan Pendapatan Masyarakat

Program Pemberdayaan Daerah Gambut di Bengkalis oleh PT KPI Mampu Tingkatkan Pendapatan Masyarakat

Whats New
Astra Internasional Bakal Tebar Dividen Rp 17 Triliun, Simak Rinciannya

Astra Internasional Bakal Tebar Dividen Rp 17 Triliun, Simak Rinciannya

Whats New
Emiten Nikel IFSH Catat Penjualan Rp 170 Miliar di Kuartal I 2024

Emiten Nikel IFSH Catat Penjualan Rp 170 Miliar di Kuartal I 2024

Whats New
Starlink Telah Kantongi Surat Uji Laik Operasi di Indonesia

Starlink Telah Kantongi Surat Uji Laik Operasi di Indonesia

Whats New
Laba Bersih BNI Naik 2,03 Persen Menjadi Rp 5,3 Triliun pada Kuartal I-2024

Laba Bersih BNI Naik 2,03 Persen Menjadi Rp 5,3 Triliun pada Kuartal I-2024

Whats New
Bank Mandiri Jaga Suku Bunga Kredit di Tengah Tren Kenaikan Biaya Dana

Bank Mandiri Jaga Suku Bunga Kredit di Tengah Tren Kenaikan Biaya Dana

Whats New
Bukan Dibebaskan Bea Cukai, Denda Impor Sepatu Bola Rp 24,74 Juta Ditanggung DHL

Bukan Dibebaskan Bea Cukai, Denda Impor Sepatu Bola Rp 24,74 Juta Ditanggung DHL

Whats New
Kerja Sama dengan PBM Tangguh Samudera Jaya, Pelindo Optimalkan Bongkar Muat di Pelabuhan Tanjung Priok

Kerja Sama dengan PBM Tangguh Samudera Jaya, Pelindo Optimalkan Bongkar Muat di Pelabuhan Tanjung Priok

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com