Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ryan Filbert

Ryan Filbert merupakan praktisi dan inspirator investasi Indonesia. Penerima Penghargaan Tokoh Inspiratif Pasar Modal oleh Presiden Joko Widodo

Pasar Saham Indonesia Melemah Lagi, Bagaimana Masa Depannya?

Kompas.com - 17/11/2016, 12:03 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorAprillia Ika

Oleh:  Ryan Filbert

Seperti biasa, handphone saya tiba-tiba menjadi lebih sering berbunyi. Biasanya, saya men-charge HP dalam sehari bisa dua kali. Mulai Jumat lalu, dalam sehari, saya nge-charge bisa empat kali karena banyak murid maupun teman-teman saya yang khawatir akan portofolionya di pasar saham.

Saya sepertinya mendengar sebuah "lagu lama" dengan kaset rusak dalam setiap tahun perihal kekhawatiran banyak orang mengenai kondisi perekonomian, pelemahan kurs, maupun penurunan pasar.

Kenapa saya sebut "lagu lama"? Karena setiap tahun selalu ada cerita penurunan pasar dengan berbagai macam kondisi yang bisa saja "lagu lama" ataupun "lagu lama yang diaransemen ulang".

Misalnya lagu lama yang tanpa aransemen adalah penurunan harga komoditas dan hasil tambang, seperti penurunan harga batubara, penurunan harga minyak, lalu juga bisa penurunan harga CPO (crude palm oil), penurunan harga logam mulia (emas), dan masih banyak lagi yang kalau tidak naik turun.

Lalu, untuk lagu lama yang diaransemen misalnya adalah mengenai gejolak pelemahan perekonomian global, mulai dari gejolak politik di Amerika Serikat (AS) dengan terpilihnya Presiden AS yang baru, terjadinya krisis di Eropa, perlambatan ekonomi yang semula dari Asia bergerak menuju ke Eropa dan kembali lagi ke Asia dengan negara yang melambat berbeda.

Apakah itu semua?

Itulah yang kita kenal dengan siklus. Tidak ada yang selamanya menguat dan tidak ada selamanya melemah. Dunia berputar, kadang ya bisa naik, ya kadang bisa turun, lalu?

Masalah terbesar yang dihadapi orang pada umumnya tidak bisa mengidentifikasi siklus sehingga tidak tahu sama sekali siklusnya sedang berada di mana. Nah, dalam pasar, sebenarnya siklus hanya dibagi menjadi empat bagian:

Ryan Filbert Ilustrasi

Keterangannya, Siklus 1 adalah siklus at bottom. Siklus ini awal mula sebuah pesawat akan lepas landas.

Siklus 2 adalah siklus trending atau saya kadang mengatakan siklus 2 adalah jalur pendakian. Ini adalah siklus ketika kondisi harga naik dan naik.

Siklus 3 adalah siklus at top. Siklus ini adalah sebuah kondisi pesawat pada ketinggian optimalnya.

Siklus 4 adalah siklus trending, tetapi terbalik dengan yang kedua. Di sini tren-nya mengalami penurunan atau bisa kita sebut pesawat mau landing.

Bila kita setidaknya bisa membaca kondisi ini pada peta perekonomian, sebenarnya kita bisa lebih pede dan tenang dalam setiap keputusan.

Masalah muncul ketika seseorang berinvestasi ataupun membeli sesuatu adalah selalu bermimpi pada posisi kesatu dan setelah dibeli investasinya meroket pada jalur kedua dan sampai pada jalur ketiga investasinya menguntungkan dan dijual, lalu terhindar dari kondisi keempat, benar?

Masalahnya adalah tidak ada satu pun orang di dunia yang mampu mengidentifikasi kondisi 1-4 dengan tepat berkali-kali!

Kalau sesekali tepat bisa saja, tetapi kalau tepat terus, mungkin orang itu akan segera masuk ke dalam jajaran orang terkaya di dunia menggeser Bill Gates dan Warren Buffett sebagai orang-orang yang begitu lama menduduki posisi orang terkaya di dunia.

Kadang impian orang di dunia ketika berada di pasar dapat saya gambarkan sebagai berikut:

Ryan Filbert Ilustrasi
 
Orang berpikir kondisi pasar bergerak seperti grafik yang kiri, lurus naik kalau perlu membentuk sudut 90 derajat.

Nyatanya pergerakan pasar berbentuk seperti grafik yang di kanan, naik turun dan naik kembali lalu turun lagi. Terlihat sekali bukan bahwa pergerakan naik dipengaruhi oleh siklus 1-4 berulang-ulang.

Kadang kita juga tidak tahu, apakah kondisi siklus keempat ini akan berakhir menuju kesatu dengan lebih tinggi dari siklus kesatu sebelumnya atau justru lebih rendah?

Oleh karena itu, berinvestasilah pada nilai dari sesuatu, bukan dari harga. Namun, bila Anda berdagang, belilah dengan murah dan juallah dengan mahal.

Namun, ketika rencana itu salah saat Anda membeli murah dan harga bergerak melawan lebih murah, segeralah keluar dari perdagangan.

Saya tidak membahas apa pun mengenai penurunan pasar kali ini pada bulan November 2016 karena apa yang harus saya jelaskan? Ini hanyalah sebuah siklus.

Saya tidak melihat hal buruk apa pun dari kondisi makro di Indonesia. Justru saya mengatakan bahwa Indonesia kini lebih kuat secara makro, bagaimana menurut Anda?

Salam Investasi untuk Indonesia!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kode Transfer BCA, BRI, BNI, BTN, Mandiri, dan Bank Lainnya

Kode Transfer BCA, BRI, BNI, BTN, Mandiri, dan Bank Lainnya

Spend Smart
Cara Beli Token Listrik di ATM BRI, BNI, Mandiri, BTN, dan BSI

Cara Beli Token Listrik di ATM BRI, BNI, Mandiri, BTN, dan BSI

Spend Smart
Cara Tukar Uang Rusak di Bank Indonesia dan Syaratnya

Cara Tukar Uang Rusak di Bank Indonesia dan Syaratnya

Spend Smart
Lelang 7 Seri SUN, Pemerintah Kantongi Rp 21,5 Triliun

Lelang 7 Seri SUN, Pemerintah Kantongi Rp 21,5 Triliun

Whats New
Indosat Catat Laba Rp 1,29 Triliun di Kuartal I-2024

Indosat Catat Laba Rp 1,29 Triliun di Kuartal I-2024

Whats New
Adira Finance Cetak Laba Bersih Rp 432 Miliar pada Kuartal I-2024

Adira Finance Cetak Laba Bersih Rp 432 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Inaplas Dukung Pemerintah Atasi Polusi Sampah Plastik

Inaplas Dukung Pemerintah Atasi Polusi Sampah Plastik

Whats New
Program Pemberdayaan Daerah Gambut di Bengkalis oleh PT KPI Mampu Tingkatkan Pendapatan Masyarakat

Program Pemberdayaan Daerah Gambut di Bengkalis oleh PT KPI Mampu Tingkatkan Pendapatan Masyarakat

Whats New
Astra Internasional Bakal Tebar Dividen Rp 17 Triliun, Simak Rinciannya

Astra Internasional Bakal Tebar Dividen Rp 17 Triliun, Simak Rinciannya

Whats New
Emiten Nikel IFSH Catat Penjualan Rp 170 Miliar di Kuartal I 2024

Emiten Nikel IFSH Catat Penjualan Rp 170 Miliar di Kuartal I 2024

Whats New
Starlink Telah Kantongi Surat Uji Laik Operasi di Indonesia

Starlink Telah Kantongi Surat Uji Laik Operasi di Indonesia

Whats New
Laba Bersih BNI Naik 2,03 Persen Menjadi Rp 5,3 Triliun pada Kuartal I-2024

Laba Bersih BNI Naik 2,03 Persen Menjadi Rp 5,3 Triliun pada Kuartal I-2024

Whats New
Bank Mandiri Jaga Suku Bunga Kredit di Tengah Tren Kenaikan Biaya Dana

Bank Mandiri Jaga Suku Bunga Kredit di Tengah Tren Kenaikan Biaya Dana

Whats New
Bukan Dibebaskan Bea Cukai, Denda Impor Sepatu Bola Rp 24,74 Juta Ditanggung DHL

Bukan Dibebaskan Bea Cukai, Denda Impor Sepatu Bola Rp 24,74 Juta Ditanggung DHL

Whats New
Kerja Sama dengan PBM Tangguh Samudera Jaya, Pelindo Optimalkan Bongkar Muat di Pelabuhan Tanjung Priok

Kerja Sama dengan PBM Tangguh Samudera Jaya, Pelindo Optimalkan Bongkar Muat di Pelabuhan Tanjung Priok

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com