Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Mansa Musa, Orang Paling Kaya Sepanjang Masa

Kompas.com - 16/03/2019, 16:07 WIB
Fika Nurul Ulya,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

Sumber BBC

Puluhan ribu kafilah tersebut terdiri dari seluruh pengadilan kerajaan, pejabat, tentara, pedagang, pengemudi unta, 12.000 budak, kereta kambing, dan 100 ekor unta yang masing-masing membawa 100 pon emas murni.

Saking banyak dan kayanya, rombongan tersebut seperti kota yang bergerak melalui padang pasir, yang penduduknya dibalut brokat emas dan sutra persia terbaik. Pemandangan itu semakin mewah saat telah sampai di kota Kairo, Mesir.

Tragedi emas Kairo

Mansa Musa meninggalkan kesan yang mendalam bagi warga hingga orang-orang Kairo membicarakannya. Selama 3 bulan di Kairo, Mansa Musa membagi-bagi emas. Hal itu menyebabkan harga emas anjlok di kawasan itu selama 10 tahun sehingga menghancurkan perekonomian Mesir.

SmartAsset.com, perusahaan teknologi yang berbasis di Amerika Serikat, memerkirakan akibat depresiasi emas saat itu, ziarah Mansa Musa menyebabkan kerugian ekonomi sekitar 1,5 miliar dollar di seluruh Timur Tengah.

Dikenang Sejarah

Karena memberikan banyak emas kepada warga Mesir, kemurahan hati Mansa Musa yang berlebihan ini juga menarik perhatian dunia.

Pada peta atlas dari tahun 1375 terlihat sebuah gambar seorang raja Afrika duduk di atas takhta emas di atas Timbuktu, memegang sepotong emas di tangannya. Timbuktu pun menjadi tempat wisata yang dikunjungi turis karena cerita Mansa Musa ini.

Pada abad ke-19, kota ini masih memiliki status sebagai kota emas yang hilang di ujung dunia, sebuah mercusuar bagi pemburu dan penjelajah kekayaan Eropa. Hal ini sebagian besar dipicu oleh nama Mansa Musa 500 tahun sebelumnya.

Setelah berziarah ke Mekkah, Mansa Musa kembali dengan beberapa cendekiawan Islam, termasuk keturunan langsung Nabi Muhammad dan seorang penyair dan arsitek Andalusia bernama Abu Al-Haq As-Saheli, yang merancang sebuah masjid terkenal, Djinguereber.

Musa dilaporkan membayar penyair sebanyak 200 kg emas, jika dikonversikan ke dalam uang saat ini sekitar 8,2 juta dollar AS.

Selain mendorong seni dan arsitektur, ia juga mendanai sastra, membangun sekolah, perpustakaan, dan masjid. Timbuktu (saat ini Universitas Sankore) menjadi pusat pendidikan dan tempat menimba ilmu untuk para pelajar di seluruh dunia.

Setelah Mansa Musa wafat pada usia 57 tahun 1337, kekaisaran diwarisi oleh putra-putranya yang tidak dapat mempertahankan kejayaan yang dicapai sang ayah. Kekaisaran pun tercerai berai. Kedatangan bangsa Eropa selanjutnya di wilayah itu menyebabkan keruntuhan menyeluruh di kekaisaran Mali.

"Seandainya orang Eropa tiba dalam jumlah yang signifikan pada masa Musa, dan kekaisaran Mali pada masa jayanya, beberapa ratus tahun kemudian mungkin segalanya akan berubah," ujar Ware.

Baca juga: Hartono Bersaudara Masuk Daftar 100 Orang Terkaya di Dunia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com