JAKARTA, KOMPAS.com - Di tengah perlambatan ekonomi Amerika Serikat, isu resesi di tahun 2019-2020 semakin menjadi-jadi sehingga membuat pelaku pasar khawatir.
Chief Economist and Invesment Strategist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Katarina Setiawan mengatakan, masih terlalu dini jika mengkhawatirkan resesi akan terjadi.
"Terlalu dini untuk mengatakan resesi akan terjadi, karena kondisi saat ini berbeda dengan sebelumnya," ucap Katarina Setiawan dalam acara Market Update di Jakarta, Kamis (2/5/2019).
Pada periode ini papar Katarina, arah kebijakan The Federal Reserve System (The Fed) lebih akomodatif di tahun 2019. Hal ini terlihat ketika langkah bank sentral dunia secara serentak bersikap dovish sehingga tekanan suku bunga akan berkurang.
Baca juga: Trump: Ekonomi AS Akan Melesat seperti Roket jika...
"Sementara pada periode sebelumnya, The Fed terus menaikan suku bunga," ucap Katarina.
Di sisi lain, Katarina mengatakan bahwa periode inversi imbal hasil kali ini hanya terjadi selama 7 hari. Sedangkan dari periode resesi sebelumnya, Amerika akan terjadi resesi bila inversi imbal hasil lebih dari 4 bulan.
"Ini bukan sinyal yang kuat. Karena tahun ini periode inversi imbal hasil hanya 7 hari," katanya.
Lebih lanjut Katarina mengatakan, pemerintah memiliki keleluasaan untuk mengimplementasikan kebijakan yang mendukung ekonomi karena tekanan penaikan suku bunga yang berkurang.
Bahkan Manulife memperkirakan, ekonomi kawasan negara berkembang dan Asia akan menjadi engine of growth di tahun 2019-2020.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.