Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Gatot Rahardjo
Pengamat Penerbangan

Pengamat penerbangan dan Analis independen bisnis penerbangan nasional

Haruskah Harga Tiket Pesawat Diturunkan?

Kompas.com - 04/05/2019, 16:53 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Menhub bisa menggunakan instrumen yang ada di Permenhub No PM 20 tahun 2019 atau Keputusan Menhub No KM 72 tahun 2019. Jika perlu, kedua aturan itu disesuaikan lagi.

Musim libur puasa dan lebaran tahun ini bisa dijadikan momentum bagi Kemenhub untuk melakukan evaluasi. Karena saat itu harga tiket biasanya sangat tinggi dan masyarakat tidak banyak melakukan protes karena kebutuhan mudik dan balik lebaran.

Sektor Pariwisata

Sektor pariwisata sebenarnya juga tidak perlu terlalu bingung karena hubungannya lebih banyak dengan penerbangan internasional. Dengan modal yang kuat dan jaringannya yang luas di luar negeri yang menggunakan nilai tukar finansial berbeda-beda, mereka bisa memberikan harga tiket yang terjangkau ke Indonesia.

Juga karena tidak ada batasan soal layanan dan tarif, mereka dan maskapai nasional bisa bersaing dengan adil.

Di sisi lain, dengan turunnya harga tiket di luar Jawa juga bisa meningkatkan dan memperbanyak penerbangan di wilayah ini. Banyak spot-spot wisata yang bisa dibuka dan dikembangkan seperti misalnya di Sulawesi dan Indonesia bagian Timur.

Kemenhub bisa membantu dengan membangun infrastruktur penerbangan dan mendorong maskapai membuat hub penerbangan di luar Jawa. Seperti misalnya yang baru-baru ini dilakukan grup AirAsia di Lombok. Selain di Lombok, hub penerbangan bisa dibuka di Makassar atau kota lain.

Sedangkan untuk pariwisata di Pulau Jawa juga akan bisa lebih berkembang karena moda transportasi darat dan kereta turut berkembang. Kota-kota yang saat ini tidak mempunyai bandara, akan bisa turut berkembangn karena dilewat jalan tol atau jalur kereta api.

Pengelola sektor pariwisata bisa mengembangkan tempat-tempat wisata di kota-kota tersebut dengan kolaborasi antara transportasi udara dari luar negeri dan disambung tol atau kereta. Hal ini sudah diterapkan dan berhasil di Eropa, Amerika, Australia dan daerah-daerah lain. Jadi kecemasan sektor pariwisata juga bisa diminimalisir.

Masih banyak hal lain yang sebenarnya bisa dilakukan dan dikembangkan daripada kita sibuk menekan maskapai untuk menurunkan tiket. Yang diperlukan hanyalah berfikir kreatif, koordinasi antar instansi yang baik dan kemauan untuk melakukannya dengan didasari kepentingan yang sama, untuk Indonesia. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com