Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bank Dunia Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI, Ini Sebabnya

Kompas.com - 02/07/2019, 08:10 WIB
Erlangga Djumena

Editor

Sumber

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Dunia memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2019 menjadi 5,1 persen. Angka ini lebih rendah dibanding prediksi sebelumnya yakni 5,2 persen.

Ekonom Utama untuk Bank Dunia Indonesia Frederico Gil Sander mengatakan, produk domestik bruto (PDB) tahun ini lebih rendah terutama karena sentimen eksternal yang belum sepenuhnya mereda. Sebut saja perang dagang Amerika Serikat (AS)-China, konflik geopolitik global, hingga Brexit.

Meski sudah ada progres pertemuan AS-China dalam KTT G20 pada akhir pekan lalu, Sander memerkirakan ekonomi China tumbuh lebih lambat, sehingga Indonesia yang menjadi mitra bisnis dengan China kena efek domino.

Di sisi lain, sentimen dari internal pun mendukung prediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang melemah.

Baca juga: Bank Dunia: Banyak Negara Berharap Bisa Tumbuh Secepat Indonesia

Menurut Sender, ekspor komoditas kemungkinan menurun di tahun ini. Sebab, secara harga komoditas unggulan Indonesia seperti crude palm oil (CPO) atau minyak sawit dan batubara dalam tren pelemahan.

“Harga komoditas di Indonesia melemah, sementara daya beli global melemah karena sentimen eksternal,” ungkap Frederico Gil Sander dalam acara Indonesia Economic Qurterly June 2019 Edition, Jakarta, Senin (1/7).

Sementara pertumbuhan impor masih akan lemah sejalan dengan investasi yang lebih lambat. Lebih lanjut Bank Dunia menjelaskan, konsumsi swasta diperkirakan masih moderat di level 5,2 persen di atas pencapaian tahun lalu di level 5,1 persen.

Dari sisi fiskal, diperkirakan masih akan membaik, dan memungkinkan investasi pemerintah menguat karena proyek infrastruktur kembali berlanjut. Di mana konsumsi pemerintah tahun ini meningkat jadi 5,1 persen dari tahun lalu yakni 4,8 persen.

Meskipun proyeksi melambat, pertumbuhan investasi diperkirakan tetap kuat. Terutama mengingat berkurangnya ketidakpastian politik mereda setelah Mahkamah Konstitusi (MK) telah menolak gugatan pada pekan lalu.

“Sentimen ini membawa bisnis yang lebih optimistis," tulis Bank Dunia.

Di sisi lain, Bank Dunia memproyeksikan defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) menyempit menjadi 2,8 persen dari PDB di 2018. Tetapi, nantinya kembali ke 2,5 persen PDB di 2020.

"Apabila pemerintah tidak meningkatkan ekspor dan investasi asing langsung, tekanan pada CAD akan terus berlangsung," jelasnya.

Sementara inflasi 2019 diprediksi Bank Dunia mencapai 3,0 persen, lebih rendah ketimbang konsensus sebelumnya di level 3,5 persen dan inflasi 2018 yang sebesar 3,2 persne. Adapun untuk tahun 2020, Bank Dunia memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tumbuh ke level 5,2 persen.

Dengan stimulus sentimen eksternal yang terjadi saat ini mereda, dan fundamental dalam negeri dapat terjaga.

Pekan lalu World Bank pun juga memangkas prospek pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2019 menjadi 2,6 persen. Angka itu adalah pemangkasan sekian kalinya dari proyeksi sebelumnya yang sebesar 2,9 persen. (Yusuf Imam Santoso)

Artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul Bank Dunia pangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia jadi 5,1 persen


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Spend Smart
Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Whats New
Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Whats New
Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Whats New
Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi 'Feeder' bagi Malaysia dan Singapura

Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi "Feeder" bagi Malaysia dan Singapura

Whats New
Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Whats New
Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Whats New
Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Whats New
Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Whats New
Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada  Kuartal I 2024

Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada Kuartal I 2024

Whats New
Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Work Smart
Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

Whats New
Indonesia dan Arab Saudi Sepakat Menambah Rute Penerbangan Baru

Indonesia dan Arab Saudi Sepakat Menambah Rute Penerbangan Baru

Whats New
BJBR Bukukan Laba Rp 453 Miliar pada Kuartal I 2024

BJBR Bukukan Laba Rp 453 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di RI, Luhut: Tidak Akan Menyesal

Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di RI, Luhut: Tidak Akan Menyesal

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com