Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Simak 7 Fakta Black Out Listrik DKI, Banten, dan Jabar

Kompas.com - 06/08/2019, 09:03 WIB
Fika Nurul Ulya,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

Senin (5/8/2019) pagi, Presiden RI Joko Widodo terlihat tengah menyambangi Kantor Pusat PLN sekitar pukul 08.45 WIB. Ia didampingi Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, dan Menteri ESDM Ignasius Jonan.

Kedatangannya ke Kantor Pusat PLN tak lain untuk meminta penjelasan Plt Dirut PLN mengenai pemadaman listrik di Jabodetabek dan sebagian wilayah Pulau Jawa.

Namun, seusai mendapat penjelasan dari Pelaksana Tugas Direktur Utama PT PLN Sripeni Inten Cahyani, Jokowi terlihat marah menggunakan kalimat "orang pintar".

"Pertanyaan saya, Bapak, Ibu, semuanya kan orang pintar-pintar, apalagi urusan listrik dan sudah bertahun-tahun. Apakah tidak dihitung, apakah tidak dikalkukasi kalau akan ada kejadian-kejadian sehingga kita tahu sebelumnya. Kok tahu-tahu drop," kata dia.

Diksi "orang-orang pintar" yang digunakan Jokowi saat mengungkapkan emosinya menarik perhatian.

Ahli Bahasa dan Sastra Jawa dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Prof Sahid Teguh Widodo, menyebutkan, tindakan Jokowi mencerminkan budaya sebagai seorang Jawa.

“Jawa itu tempatnya hal-hal semu atau tidak jelas, tapi untuk keperluan yang sangat jelas. Artinya sesuatu yang jelas itu diumpamakan menggunakan kata-kata yang lain, yang sifatnya kadang malah justru indah, tapi sebenarnya untuk memukul,” kata Sahid.

Melihat diksi "orang-orang pintar" yang digunakan Jokowi, menurut Sahid, ada arti mendalam di baliknya.

“Dalam konsepsi Jawa Tradisional, ‘wong pinter’ itu, pertama, artinya orang yang sepuh (matang), orang yang ono babagan sak kabehe (segala sesuatu ada di dia). Dua, wong kang ngerti sak durunging winaras (mengetahui segala hal sebelum terjadi),” jelas Sahid

Artinya, orang pintar bisa membaca tanda-tanda sebelum terjadinya sesuatu sehingga dapat melakukan tindakan antisipatif untuk menghindari sesuatu yang fatal.

“Orang yang tidak pernah terlena, orang yang selalu eling lan waspodo (ingat dan waspada), tunduk, takluk, dan sami’na wa ato’na(mendengar dan patuh) dalam tugas-tugasnya,” tambah Sahid.

Baca juga: Luhut: Presiden Jokowi Minta PLN Dipimpin yang Paham Teknologi

7. Kualitas udara Jakarta membaik

AirVisual mencatat Indeks Kualitas Udara (AQI) Jakarta pada Senin (5/8/2019) pagi, sehari setelah listrik padam, kualitas udara Jakarta berada di urutan ke-21, setelah sebelumnya berada di posisi teratas dalam nominasi kota dengan kualitas udara terburuk di dunia.

Kemudian pada Selasa (6/8/2019) hingga pukul 06.00 WIB, AirVisual mencatat Indeks Kualitas Udara (AQI) di Jakarta mencapai angka 67 yang termasuk dalam kategori sedang dengan konsentrasi partikulat (PM 2,5) sebesar 19,9 ug/meter kubik.

Angka polusi udara yang diukur tersebut menjadikan Jakarta untuk sementara berada di peringkat ke-26 kualitas udara di dunia.

Namun hingga saat ini, belum bisa dipastikan apakah pemadaman listrik yang terjadi kurang lebih 2 hari benar-benar mempengaruhi kualitas udara Jakarta atau sebaliknya.

Baca juga: Listrik Mati Bikin Kualitas Udara Jakarta Membaik, Benarkah?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com