Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perang Dagang Makin Panas, Ekonomi Dunia Berisiko Alami Resesi

Kompas.com - 08/08/2019, 17:50 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

Sumber Bloomberg

NEW YORK, KOMPAS.com - Semakin panasnya perang dagang antara AS dan China menggiring perekonomian dunia kian dekat ke jurang resesi pertama dalam satu dekade terakhir.

Investor pun meminta para politisi dan bank sentral bertindak cepat mencegah resesi terjadi.

"Di AS, risiko resesi jauh lebih besar dibandingkan (risiko) pada dua bulan lalu. Anda kerap kali bermain dengan api dan tidak terjadi apa-apa, tapi jika Anda melakukannya terlalu sering maka Anda bisa terbakar juga," kata Lawrence Summers, mantan menteri keuangan AS seperti dikutip dari Bloomberg, Kamis (8/8/2019).

Summers yang juga merupakan profesor dari Harvard University masih melihat risiko AS akan masuk ke jurang resesi pada 12 bulan mendatang kurang dari 50 berbanding 50.

Adapun risiko resesi meningkat di mayoritas ekonomi terbesar dunia.

Baca juga: Perang Dagang AS-China Kian Panas, Ini Saran untuk Investor

Bursa saham AS rontok di New York, sementara pasar obligasi melesat, serta aset-aset safe haven seperti emas dan nilai tukar mata uang yen Jepang perkasa.

Sejalan dengan kian panasnya perang dagang AS-China, suku bunga acuan di sejumlah negara pun dipangkas. Bank sentral Selandia Baru, India, Thailand, dan Filipina memangkas suku bunga acuan guna memperkuat ekonomi.

Presiden Amerika Serikat Donald Trump (kiri) berjabat tangan dengan Presiden China Xi Jinping dalam pertemuan bilateral di sela KTT G-20 di Osaka, Jepang, Sabtu (29/6/2019).AFP/BRENDAN SMIALOWSKI Presiden Amerika Serikat Donald Trump (kiri) berjabat tangan dengan Presiden China Xi Jinping dalam pertemuan bilateral di sela KTT G-20 di Osaka, Jepang, Sabtu (29/6/2019).

Mengetatnya pasar tenaga kerja secara global dan pergeseran kebijakan bank sentral harus memberikan bantalan dari risiko guncangan. Adapun kekhawatiran ekonom terpusat pada efek negatif penerapan tarif oleh Presiden Donald Trump terhadap produk-produk impor dari China.

Dalam satu skenario, Trump akan melanjutkan ancaman penerapan tarif tambahan sebesar 10 persen terhadap produk-produk dari China senilai 300 miliar dollar AS. Presiden China Xi Jinping pun tak tinggal diam dan melempar ancaman balasan.

Baca juga: BI: Ketegangan Perang Dagang China-AS Kian Tekan Ekonomi Dunia

Kalangan ekonom di Morgan Stanley memprediksi apabila AS menerapkan tarif sebesar 25 persen terhadap seluruh barang impor dari China dalam 4 hingga 6 bulan ke depan dan China membalas, maka kontraksi ekonomi global akan terjadi dalam tiga kuartal berikutnya.

Ketegangan juga dibumbui dengan perang dagang Jepang dan Korea Selatan, serta masa depan hubungan Inggris dan Uni Eropa pasca 'perceraian,' Brexit.

Kekhawatiran yang muncul adalah apabila tidak ada gencatan senjata perang dagang, maka pasar akan terus merosot. Ketidakpastian pun akan menyelimuti korporasi, serta menghambat investasi dan membuat sektor manufaktur hingga jasa terkena imbasnya.

Di sisi lain, pasar tenaga kerja akan semakin tercekik dan konsumen semakin kehilangan optimisme.

"Dengan tidak tampaknya akhir (perang dagang), ada risiko penurunan yang signifikan terhadap proyeksi kami untuk pertumbuhan ekonomi AS dan global. Ketidakpastian akan semakin tinggi dan kondisi pasar keuangan semakin ketat," ungkap para ekonom di Bank of America.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

The Fed Tahan Suku Bunga, Mayoritas Saham-saham di Wall Street Melemah

The Fed Tahan Suku Bunga, Mayoritas Saham-saham di Wall Street Melemah

Whats New
IHSG Diperkirakan Melemah Hari Ini, Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

IHSG Diperkirakan Melemah Hari Ini, Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
5 Cara Tarik Tunai DANA di Alfamart, IndoMaret, dan ATM

5 Cara Tarik Tunai DANA di Alfamart, IndoMaret, dan ATM

Spend Smart
Hari Buruh dan Refleksi Ketimpangan Gender

Hari Buruh dan Refleksi Ketimpangan Gender

Whats New
Punya Aset Rp 224,66 Triliun, LPS Siap Jamin Klaim Simpanan Bank Tutup

Punya Aset Rp 224,66 Triliun, LPS Siap Jamin Klaim Simpanan Bank Tutup

Whats New
Tak Lagi Khawatir Lupa Bawa Uang Tunai Berbelanja di Kawasan Wisata Samosir

Tak Lagi Khawatir Lupa Bawa Uang Tunai Berbelanja di Kawasan Wisata Samosir

Whats New
Info Limit Tarik Tunai BCA Sesuai Jenis Kartu ATM Lengkap

Info Limit Tarik Tunai BCA Sesuai Jenis Kartu ATM Lengkap

Spend Smart
3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu BCA, Penting saat Lupa Bawa di ATM

3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu BCA, Penting saat Lupa Bawa di ATM

Earn Smart
[POPULER MONEY] Serikat Pekerja Tuntut Naik Upah, Menaker Balik Tuntut Kenaikan Kompetensi | Luhut Janji Microsoft Tak Akan Menyesal Investasi Rp 27,6 Triliun di Indonesia

[POPULER MONEY] Serikat Pekerja Tuntut Naik Upah, Menaker Balik Tuntut Kenaikan Kompetensi | Luhut Janji Microsoft Tak Akan Menyesal Investasi Rp 27,6 Triliun di Indonesia

Whats New
Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Spend Smart
Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Whats New
Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Whats New
Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Whats New
Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi 'Feeder' bagi Malaysia dan Singapura

Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi "Feeder" bagi Malaysia dan Singapura

Whats New
Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com