Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Terobosan Mentan Amran Dinilai Majukan Pertumbuhan Ekonomi Pedesaan

Kompas.com - 21/08/2019, 20:00 WIB
Alek Kurniawan

Penulis

KOMPAS.com – Hasil riset Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) mengatakan belanja barang Kementerian Pertanian (Kementan) berupa alat mesin pertanian (Alsintan) memiliki dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi di pedesaan.

Setiap peningkatan satu persen belanja Alsintan, maka mendorong 0,33 persen peningkatan subsektor pertanian, peternakan, perburuan, dan jasa pertanian di daerah.

Mengenai data riset itu, Ekonom dari Universitas Islam Bandung (Unisba) Rabiatul Adwiyah mengatakan torehan ini sangat signifikan dengan program terobosan dan implementasinya di lapangan.

Baca juga: Kementan Dorong Pasar Ekspor Melalui Layanan Sarita

“Pasalnya, Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman sangat serius mengembalikan kejayaan pertanian Indonesia. Faktanya pertanian Indonesia saat ini menjadi modern,” ungkap Rabiatul melalui rilis tertulis, Rabu (21/8/2019).

Alsintan modern pun, lanjutnya, tidak hanya ada di Pulau Jawa atau sentra produksi, melainkan sudah sampai ke lahan pertanian yang ada di pelosok atau perbatasan.

Ekonom dari Universitas Islam Bandung (Unisba) Rabiatul Adwiyah mengatakan torehan ini sangat signifikan dengan program terobosan dan implementasinya di lapangan. Dok. Humas Kementan Ekonom dari Universitas Islam Bandung (Unisba) Rabiatul Adwiyah mengatakan torehan ini sangat signifikan dengan program terobosan dan implementasinya di lapangan.

Kinerja makro ekonomi

Menurut Sekretaris Pusat Hak Kekayaan Intelektual dan Inovasi Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Unisba ini, selain dari program terobosan dan fakta di lapangan, hasil riset Bappenas pun sangat selaras dengan capaian pembangunan pertanian dalam mengangkat kinerja makro perekonomian.

Misalnya, dengan menganalisis data yang dihasilkan Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor komoditas pertanian 2013 hanya 33 juta ton, tapi melonjak tajam menjadi 42,5 juta ton pada 2018.

Baca juga: Kementan Terus Dorong Petani Ikut Asuransi Usaha Tani Padi

Dengan demikian, ada kenaikan 9 juta ton dan rata-rata kenaikan ekspor per tahunnya mencapai 2,4 juta ton.

"Saya kira target ini optimis bisa dicapai karena semua infrastruktur dan kebutuhan petani lainnya sudah terbangun di era pemerintahan Jokowi-JK. Tidak lagi baru tahap membangun atau menyediakan apa yang dibutuhkan petani," terangnya.

Ilustrasi petaniKOMPAS / AGUS SUSANTO Ilustrasi petani

Penurunan inflasi

Selanjutnya, alumnus Institut Pertanian Bogor (IPB) ini menegaskan berdasarkan Global Food Security Index 2018, peringkat ketahanan pangan Indonesia membaik, yakni dari peringkat ke-72 pada 2014 naik peringkat ke posisi 65 pada 2018 dari 113 negara.

Data tersebut, imbuh Rabiatul, tentu didukung fakta. BPS menyebutkan, terjadi penurunan inflasi bahan makanan sebesar 11,71 persen pada 2013 menjadi 1,26 persen pada 2017.

Baca juga: Pengamat Puji Kebijakan Mentan Amran Tingkatkan Pertanian Indonesia

"Kedua fakta ini merupakan contoh nyata ketersediaan pangan kita berhasil dijamin pemerintah. Hal ini terjadi salah satunya karena belanja barang Kementan benar-benar efektif dan tepat dalam memacu peningkatan produksi," tegas Rabiatul.

Oleh karena itu, Rabiatul berharap dengan rentetan keberhasilan ini, pembangunan pertanian ke depan dapat berkelanjutan dalam periode berikutnya.

“Minimal Kementan harus dinakhodai oleh pemimpin seperti Mentan Amran. Tidak hanya sekadar teori, tapi hasil nyatanya jelas memberikan kemaslahatan seluruh umat,” tegasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com