JAKARTA, KOMPAS.com - Berita tentang Menteri Keuangan Sri Mulyani yang mengetahui banyaknya rapat tak berfaedah yang digelar kementerian dan lembaga menjadi berita populer Money Kompas.com, Kamis (12/9/2019).
Selain itu, ada pula berita tentang Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan yang menjelaskan alasannya menyukai investor asal China.
Nah, berikut ini 5 berita populer yang masih layak disimak pagi ini.
Menteri Keuangan Sri Mulyani meminta kementerian dan lembaga untuk lebih cermat membuat program karena penggunaan anggaran akan dicantumkan laporan keuangan.
Salah satunya yakni program seminar atau diskusi yang anggarannya masuk ke dalam belanja barang di kementerian atau lembaga.
"Seminar ini kalau di dalam belanja kita namanya belanja barang. Ini namanya paket meeting. Ada paket meeting yang tidak berguna dan berguna. Ini berguna," ujarnya dalam Rakernas Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah 2019, Jakarta, Kamis (12/9/2019).
Selengkapnya soal meeting ecek-ecek, baca di sini.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan membeberkan alasan dirinya menyenangi investor dari China.
Menurut Luhut, investor asal Negeri Tirai Bambu tersebut lebih mudah memenuhi persyaratan yang diminta Indonesia dalam berinvestasi.
“Kalau saya di-challenge Luhut lagi-lagi China. China itu gampang, kita suruh apa saja mau,” ujar Luhut di Jakarta, Kamis (12/9/2019).
Selengkapnya soal kesenangan Luhut pada investor China, klik di sini.
Otoritas Jasa Keuangan ( OJK) bakal menghentikan penerbitan reksadana baru untuk sementara waktu.
Adapun penghentian ini dilakukan karena OJK tengah meneliti penyebab tingginya investor tunggal dalam portofolio reksadana di Indonesia.
"Yang baru kita stop dulu, kita hold dulu. Tapi yang sudah ada, ya jalan saja seperti biasa. Karena kita ingin pastikan, kita ingin berdiskusi dengan MI kenapa terjadi tren seperti ini?" kata Deputi Komisioner Pengawas Pasar Modal 2 Fakhri Hilmi di Jakarta, Kamis (12/9/2019).
Ada apa dengan rencana OJK tersebut? Baca di sini.
Pengusaha yang disebut Presiden Soekarno dalam pidato awal kemerdekaan RI adalah Nitisemito. Bernama asli Rusdi lalu mengubah namanya agar kelihatan Jawa, Nitisemito merupakan salah satu konglomerat sebelum Indonesia merdeka. Dia adalah pemilik pabrik rokok terbesar di zamannya.
Dikendalikan dari Kudus, pabrik rokok Nitisemito mampu mempekerjakan 10.000 karyawan. Merek rokok yang diproduksi pabriknya adalah Tjap Kodok Mangan Ulo, Tjap Soempil, dan Tjap Djeroek. Sebelum disatukan dalam merek Tjap Bal Tiga.
Setelah kematian Nitisemito tahun 1953, rokok Tjap Bal Tiga mulai redup. Untuk kemudian hilang digilas jaman. Sejarah mencatat, hilangnya pabrik rokok Tjap Bal Tiga, justru pada sisi lain terjadi pertumbuhan pesat perusahaan rokok. Terutama di daerah Jawa Tengah (Kudus) dan Jawa Timur (Surabaya, Malang, Kediri).
Bagaimana sepak terjang merek bernama Djarum? Cek di sini.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, untuk memperbaiki kondisi perekonomian membutuhkan waktu yang tak sebentar.
Atas dasar itu, dia meminta masyarakat jangan berharap ada “ Satria Piningit” yang mampu menyelsaikan permasalahan ekonomi dalam waktu sekejap.
“Jangan berharap ada Satria Piningit yang bisa menyelsaikan seluruh permasalahan (ekonomi). Jangan harap ada Satria Piningit, itu cuma ada di Disneyland,” ujar Sri Mulyani di Jakarta, Kamis (12/9/2019).
Apa yang dimaksud Sri Mulyani dengan Satria Piningit itu? Baca di sini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.