Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Indonesia akan Implementasikan Sistem Pertanian Terpadu di Dataran Tinggi

Kompas.com - 14/09/2019, 08:00 WIB
Anissa DW,
Mikhael Gewati

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Indonesia akan mengimplementasikan ‘The Development of Integrated Farming System at Upland Areas’ atau biasa disebut Upland di 14 kabupaten di Indonesia.

Menurut Sekretaris Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementerian Pertanian (Kementan) Mulyadi Hendiawan, Upland adalah proyek pengembangan sistem pertanian terpadu di daerah dataran tinggi.

Tujuan proyek itu untuk meningkatkan produktivitas pertanian dan pendapatan petani di daerah dataran tinggi melalui pembangunan dan peningkatan infrastruktur lahan dan air, sistem pertanian modern, serta penanganan pasca panen.

"Dataran tinggi di Indonesia yang cukup luas ternyata belum dimanfaatkan secara optimal dalam rangka perluasan lahan mendukung swasembada pangan. Oleh karenanya, satu program pengembangan komoditas di dataran tinggi perlu dirancang," kata Mulyadi.

Baca juga: Asuransi Pertanian, Penyambung Asa Petani di Lamongan

Dia menjelaskan, proyek tersebut akan didanai oleh Islamic Development Bank (IsDB) dan International Fund for Agricultural Development (IFAD) sebagai pinjaman luar negeri sebesar 120 juta dollar AS. Sebagian dana itu, 75,2 juta dollar AS, akan dihibahkan kepada 14 kabupaten lokasi kegiatan.

Adapun, ke-14 kabupaten tersebut antara lain, Banjarnegara, Cirebon, Garut, Gorontalo, Lebak, Lombok Timur, Magelang, Malang, Minahasa Selatan, Purbalingga, Subang, Sumbawa, Sumenep, dan Tasikmalaya.

"Komoditas yang dikembangkan merupakan target program swasembada atau unggulan daerah yang diperuntukkan bagi pasar ekspor," papar Mulyadi dalam keterangan pers yang diterima Kompas.com, Jumat (13/9/2019).

Tujuan Upland

Mulyani mengatakan, proyek Upland itu mempunyai beberapa tujuan. Misalnya, meningkatkan produktivitas pertanian dan pendapatan petani di daerah dataran tinggi, melalui pengembangan infrastruktur lahan dan air, pengembangan sistem agribisnis, serta penguatan sistem kelembagaan.

Kemudian membangun sentra perbibitan, dilengkapi dengan prasarana dan sarana budidaya benih modern.

"Lalu ada modernisasi pertanian melalui penyediaan alat mesin pertanian (alsintan), sarana produksi pertanian serta peralatan penanganan pasca panen untuk mendukung kegiatan pengembangan sistem pertanian terpadu," imbuhnya.

Tujuan lainnya, untuk meningkatkan kapasitas kelembagaan petani, melalui kegiatan pelatihan dan pendampingan menuju kelembagaan profesional.

Baca juga: Target Investasi Pertanian Naik, Izin Investor Harus Dipermudah

Proyek itu pun dapat meningkatkan serta memperluas akses pasar, dari komoditas pertanian spesifik wilayah di daerah dataran tinggi, dengan pengembangan jaringan kerjasama dengan pihak swasta.

"Selain itu, meningkatkan kapasitas staf pusat, dinas pertanian dan petani dalam pengelolaan kegiatan usahatani modern," paparnya.

Terkait kegiatan yang dilakukan, Mulyadi menjelaskan, aktivitas Upland nantinya berupa, pengembangan infrastruktur untuk peningkatan produktivitas dan pembentukan ketahanan pertanian. Kegiatan ini meliputi pengembangan lahan dan prasarana, pengelolaan produksi, serta budidaya.

"Ada juga pengembangan agribisnis dan fasilitasi peningkatan pendapatan masyarakat, yang terdiri dari 4 sub komponen. Contohnya, pengembangan kelembagaan pertanian, dukungan peralatan dan infrastruktur pemasaran, penguatan jaringan pasar dan kemitraan serta akses kepada layanan keuangan," jelasnya.

Baca juga: Potensi Ekspor Pertanian Kepri Menjanjikan

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Whats New
Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Whats New
BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

Whats New
[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

Whats New
KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

Whats New
Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Earn Smart
Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Whats New
Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Whats New
Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Whats New
Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Whats New
BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Whats New
BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com