Roadmap atau dokumen peta jalan berfungsi untuk acuan proyeksi pencapaian SDGs pada 57 indikator strategis dari 17 tujuan.
Proyeksi dalam roadmap SDGs, ia melanjutkan, menggunakan dua skenario, yaitu business as usual (BAU) dan policy scenario.
“Skenario BAU bukanlah berarti pembiaran tanpa melakukan apa-apa, BAU artinya hanya menjalankan kebijakan yang telah ada tanpa ada tambahan intervensi atau upaya baru,” katanya.
Sementara itu, policy scenario yaitu skenario dengan tambahan intervensi kebijakan dan tambahan upaya, yang berarti atau bukan sekedar BAU saja.
Sebagai contoh, Arifin melanjutkan, penurunan tingkat kemiskinan Indonesia pada 2030 diproyeksikan dengan skenario BAU, maka akan tercapai kondisi kemiskinan sebesar 5,73 persen.
“Akan tetapi, melalui skenario tambahan intervensi kebijakan maka kemiskinan akan bisa turun lebih besar menjadi 4,33 persen,” ujarnya.
Contoh lainnya, laju pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) per kapita pada 2030 akan mencapai 4,4 persen melalui skenario BAU. Namun demikian, imbuh dia, dengan policy scenario bisa mencapai 5,4 persen.
Perbedaan juga bisa terjadi bila menggunakan skenario BAU maka total emisi yang dihasilkan pada 2030 mencapai 2,476 juta ton CO2e.
Namun demikian, melalui skenario penurunan emisi dengan tambahan intervensi kebijakan maka total emisi akan lebih rendah menjadi 1.825 juta ton CO2e.
Ia mengatakan, peta jalan SDGs bahkan juga telah menghitung kebutuhan pembiayaan per tahun untuk pencapaian SDGs hingga 2030, berdasarkan kontribusi dari pemerintah dan non pemerintah.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.