Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Turunkan Harga Gas: Janji Jokowi yang Belum Terealisasi Sejak 2016

Kompas.com - 07/01/2020, 14:51 WIB
Muhammad Idris,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam rapat terbatasnya Senin kemarin (6/1/2020), di Istana Kepresiden, merasa kesal dengan melambungnya harga gas industri. Jokowi bahkan sempat ingin berkata kasar karena geram dengan mahalnya harga gas.

Ketua Dewan Pembina Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki), Elisa Sinaga, mengungkapkan mahalnya harga gas seperti masalah klasik yang tak kunjung bisa diselesaikan.

"Padahal kita kan ingat, sekitar kalau nggak salah tiga tahun lalu kan janji katanya gas sudah bisa berikan penurunan gas. Kita percaya, kepercayaan ini yang penting," ujar Elisa kepada Kompas.com, Selasa (7/1/2020).

Menurutnya, jika negara tetangga saja bisa memberikan harga gas terjangkau, hal yang sama bisa diterapkan di Indonesia.

Sebagai perbandingan terdekat, Malaysia yang juga produsen gas menetapkan harga gas industri di kisaran 5 dollar AS per juta metrik british thermal unit (MMBTU). Sementara Thailand yang gasnya impor harga gasnya sedikit lebih mahal, yakni sekitar 8 dollar AS per MMBTU. 

"Tinggal seberapa mampu pemerintah dan seberapa effort-nya, kita perhatikan betul. Jangan bilang oh nggak bisa turun, negara nggak mampu. Jadi bisa harga 5 dollar (per MMBU) bagus, bisanya 6 dollar (per MMBTU) juga monggo. Buktinya negara lain bisa kok," ucapnya.

Baca juga: Keluhan Industri Keramik: Sudah Gas Mahal, Dihajar Impor Pula

Lanjut Elisa, Singapura yang kebutuhan gas seluruhnya berasal dari impor, bahkan berani mematok harga 5 dollar AS per MMBTU.

"Singapura kan beli dari kita gasnya. Tapi di Singapura sebagai catatan, yang mendapatkan harga gas murah hanya industri-industri tertentu saja, tidak semua, makanya pemerintah kasih subsidi," terang Elisa.

Meski mengeluarkan subsudi, sambungnya, tak lantas itu merugikan Singapura.

"Dia dukung industri tertentu dengan subsidi gas, tapi Singapura dapat nilai tambah lebih besar misalnya dari PPN, PPh, dari penciptaan lowongan pekerja. Jadi tidak menjadikan harga gas sebagai direct income, tapi untuk stimulus pembangunan. Dia bisa untung lebih besar dari keluar subsidi," ungkapnya.

Janji Jokowi

Diberitakan Harian Kompas, 5 Oktober 2016, Presiden Jokowi meminta harga gas turun hingga 5-6 dollar AS per MMBTU mulai November 2016.

Saat itu, Jokowi membandingkan harga gas di negara tetangga yang jauh lebih murah. Padahal, kata dia, Indonesia memiliki cadangan gas lebih banyak daripada negara-negara itu.

Jokowi memerintahkan agar harga gas untuk industri pada November turun hampir separuh dari harga saat ini. Rumusan harga baru gas untuk industri akan diberlakukan mulai awal 2017.

Langkah ini untuk memperkuat daya saing industri nasional di pasar global. Saat ini, harga gas industri domestik yang berkisar 9,5 dollar AS hingga 11 dollar AS per MMBTU menempatkan Indonesia sebagai negara dengan harga gas industri termahal di Asia Tenggara.

”Saya meminta ada langkah konkret untuk menjadikan harga gas di Indonesia lebih kompetitif. Dari simulasi hitungan, harga gas Indonesia bisa turun hingga 5 dollar AS sampai 6 dollar AS per MMBTU. Jika tidak bisa turun, sebaiknya tidak perlu dihitung lagi,” kata Presiden saat memimpin sidang kabinet di Kantor Presiden, Kompleks Istana, Jakarta, Selasa (4/10/2016).

Baca juga: Harga Gas Industri Mahal, Luhut Sebut Banyak Maling

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Daftar 30 Mitra Distribusi Pembelian Sukuk Tabungan ST012 dan Linknya

Daftar 30 Mitra Distribusi Pembelian Sukuk Tabungan ST012 dan Linknya

Whats New
Lowongan Kerja PT Honda Prospect Motor untuk S1, Ini Persyaratannya

Lowongan Kerja PT Honda Prospect Motor untuk S1, Ini Persyaratannya

Whats New
Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Whats New
Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Whats New
Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Whats New
Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km Per Jam, Perjalanan Terlambat

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km Per Jam, Perjalanan Terlambat

Whats New
BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

Whats New
[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

Whats New
KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat gara-gara Hujan Lebat

KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat gara-gara Hujan Lebat

Whats New
Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Earn Smart
Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Whats New
Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Whats New
Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Whats New
Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com