Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Self Driving, Kunci Kesuksesan Miliarder Dunia

Kompas.com - 01/04/2020, 08:48 WIB
Fika Nurul Ulya,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Sudah bukan rahasia lagi nilai bagus di sekolah tak menjamin seseorang bisa sukses di masa depan. Banyak miliarder-miliarder di dunia yang justru sukses usai didepak dari sekolah atau perguruan tinggi.

Sebut saja pendiri Microsoft Bill Gates yang namanya mulai dikutip banyak orang. Pendiri perusahaan software ini dikeluarkan (drop out) dari Harvard University hingga dia tak melanjutkan kuliahnya.

Nama-nama lain seperti pendiri Facebook Mark Zuckerberg dan Steve Jobs mengalami hal serupa. Lebih jauh, penemu lampu dan generator listrik, Thomas Alva Edison bahkan dikeluarkan dari sekolah karena dianggap bodoh. Orang tuanya akhirnya mendidik Thomas di rumah.

Baca juga: Organda Dukung Wacana Larangan Mudik Lebaran 2020

Indonesia pun punya tokoh-tokoh semacam itu. Dua diantaranya adalah mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, yang tidak menamatkan sekolah tapi berhasil jadi pengusaha dan pendiri platform Kitabisa, M Alfatih Timur alias Timmy.

Lantas mengapa mereka bisa? Padahal, orang ber-IQ tinggi dan memperoleh kesempatan mengenyam pendidikan layak pun belum tentu berhasil dan sukses di masa depan.

Praktisi bisnis Rhenald Kasali mengatakan, ada benang merah dari semua tokoh-tokoh tersebut. Meski kesuksesan tak didapatkan melalui sistem pendidikan, para miliarder memiliki cara lain dan melewati tahapan lain dalam menggapai mimpi, yang kerap disebut self driving.

"Self driving pada dasarnya adalah berpikir. Ternyata di dunia ini hanya 2 persen populasi yang mau berpikir. Mau berpikir artinya mau susah, bukan hanya mengerjakan yang gampang-gampang, mau bereksplorasi," kata Rhenald dalam konferensi video, Selasa (31/3/2020).

Baca juga: Masa Pengisian Sensus Penduduk Online Diperpanjang hingga 29 Mei 2020

Rhenald menuturkan, munculnya orang sukses meski tak menonjol di sekolah seperti Bill Gates dan kawan-kawan memiliki beberapa kesamaan sifat. Mereka biasanya berpikir untuk mengeksplorasi, bukan berpikir mengeksploitasi.

"Mengapa Steve Jobs bisa menemukan IT padahal dia tidak pandai IT? Karena eksplorasi, mencari. Dia mau belajar dan mau susah. Tidak menutup diri dengan cara-cara baru meski itu tampak asing bagi kebanyakan orang," ujar Rhenald.

Sifat self driving lainnya adalah bertindak, bukan berteori. Kendati bertindak, mereka memperhitungkan risikonya. Bukan semata-mata bertindak tanpa perhitungan.

Baca juga: Budi Karya Sumadi Acungkan Jempol untuk Dokter yang Menanganinya

"Kemudian karena bertindak, mereka diremehkan dan disalahkan. Terakhir, mereka tidak berhenti (berusaha). Seorang pemenang adalah orang yang tidak pernah berhenti. Tapi yang berhenti tidak pernah jadi pemenang," sebut Rhenald.

Lebih lanjut Rhenald menuturkan, orang yang gagal dalam berbisnis artinya orang yang berhenti mencoba. Sebab bila tidak berhenti, seharusnya orang tersebut pasti akan sukses pada waktunya.

"Kenapa gagal? Karena berhenti. Makanya kita jangan berhenti mengeksplorasi. Seringkali dikatakan sukses itu memerlukan 1.000 langkah ke depan," pungkasnya.

Baca juga: Daftar Lengkap Bank dan Perusahaan Leasing yang Beri Kelonggaran Kredit

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com