Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[POPULER DI KOMPASIANA] Polemik Gaji Ke-13 dan THR ASN | "Circuit Breaker" di Singapura | Lagu-lagu Glenn yang Mengikat Kenangan

Kompas.com - 11/04/2020, 16:27 WIB
Harry Rhamdhani

Penulis

KOMPASIANA-- Tenyata hanya ASN Golongan I, II, dan III yang akan tetap dapat pembayaran THR dan gaji ke-13 tahun ini. Sebab, semenjak pandemi covid-19, Pemerintah mesti menghitung ulang segala pengeluaran karena terkait belanja pemerintah yang mengalami tekanan.

Oleh karena itu, Pemerintah berencana melakukan realokasi anggaran Kementerian/Lembaga kurang prioritas dalam Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) 2020.

Nilai realokasi anggaran tersebut mencapai Rp 62,3 triliun yang berasal dari pemangkasan penghematan sejumlah belanja di kementerian/lembaga, termasuk belanja barang, seperti perjalanan dinas yang dipangkas hingga 50 persen, honor, dana yang terblokir, serta output cadangan.

Selain topik mengenai pemotongan gaji, pada pekan ini Kompasiana juga masih menerima laporan langsung dari Kompasianer terkait pandemi covid-19 yang terjadi di lingkungan mereka hiingga kabar duka dari industri musik Indonesia: Glenn Fredly meninggal dunia.

Berikut ini adalah 5 konten menarik dan terpopuler di Kompasiana dalam sepekan:

1. Tak Semua PNS Bisa Dipotong Gajinya

Untuk mereka yang besar atau hidup bersama di lingkungan para PNS/ASN pasti paham: bagaimana suka dan duka profesi tersebut.

Meski bukan untuk memebela, tapi Kompasianer Widi Kurniawan ingin meluruskan terkiat etis atau tidak PNS tetap mendapat gaji ke-13 dan THR di tengah pandemi covid-19 yang melanda Indonesia.

"Tapi dalam pengamatan saya kalangan PNS memang beragam. Jika kaitannya dengan taraf ekonomi, sebaiknya kita melihat apakah si PNS tersebut memiliki jabatan atau tidak di instansinya," tulisnya.

Jadi, lanjutnya, sudah tepat rasanya jika ada gagasan tetap memberikannya terhadap PNS pelaksana dengan golongan I, II dan III. PNS pelaksana artinya PNS yang tidak memiliki jabatan struktural atau eselon.

"Mereka inilah jika dalam masyarakat termasuk kelas menengah tapi rawan turun kelas apabila tidak mendapatkan haknya dengan baik." tulis Kompasianer Widi Kurniawan. (Baca selengkapnya)

2. Demi Keamanan, Jenazah Tetanggaku Dimakamkan Pukul 12 Malam

Pada masa seperti ini, ada satu kabar orang meninggal saja, pasti pikiran kita sudah ke mana-mana. Meski bukan untuk menakut-nakuti atau membuat kabar bohong, ketakutan yang itu yang terjadi secara di bawah alam bawah sadar kita.

Seperti yang diceritakan oleh Kompasianer Himam Miladi. Tetangganya yang meninggal mau-tidak-mau mesti dimakamkan tengah malam, pukul 12.

Di tengah kebingungan mencari kemungkinan jawabannya, lanjutnya, beberapa orang datang ke rumah duka.

"Pukul 12 malam, mobil jenazah diberangkatkan. Tak ada sirine, karena jalanan sepi seperti suasana pemakaman itu sendiri. Di belakangnya, kami mengiringi dengan berkendara sepeda motor," ungkapnya menceritakan kejadian yang terjadi di tempatnya. (Baca selengkapnya)

3. Circuit Breaker, Usaha Lanjutan Pemerintah Singapura Mengurangi Pandemi Covid-19

Mulai pada 3 April 2020, suasana di Singapura tidak seperti biasanya. Menjelang pukul 16:00 waktu Singapura, tulis Kompasianer Diponegoro, antrean panjang terlihat di berbagai tempat.

Ternyata, pada waktu yang sama, Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loon, mengumumkan kepada masyarakat langkah tegas apa yang diambil pemerintahan demi mencegah peningkatan infeksi Covid-19.

Hal itu karena terjadi peningkatan jumlah kasus covid-19, maka Lee melanjutkan bahwa langkah-langkah yang lebih ketat akan berfungsi sebagai Circuit Breaker.

"Lewat aturan Circuit Breaker pemerintah Singapura kembali menyediakan anggaran 5,1 miliar dollar Singapura. Itu artinya ini kali ketiga pemerintah mengeluarkan anggaran dukungan bantuan dalam waktu kurang dari dua bulan," tulis Kompasianer Diponegoro melaporkan kondisi di Singapura.

Anggaran tersebut merupakan anggaran solidaritas, karena bertujuan untuk melindungi perekonomian masyarakat yang terhambat karena kebijakan circuit breaker. (Baca selengkapnya)

4. Pengalaman Mudik Paling Mengharukan di Tengah Pandemi Corona

Seperti buah simalakama, pilihan mudik atau tidak ternyata sama beratnya, apalagi di tengah pandemi seperti saat ini.

Kompasianer Musa Hasyim paham, jikapun ia mesti mudik, maka setibanya di kampung halaman, statusnya akan menjadi Orang Dalam Pengawasan (ODP). Ia akan dikarantina selama 14 hari setelah tiba di kampung halaman.

Namun, itu mesti ia lakukan karena tetap bertahan di tempat tinggalnya sekarang betul-betul terlalu banyak pengeluaran.

"Dengan mudik, pengeluaran saya tidak begitu membengkak. Saya juga memilih keluar dari kosan, menitipkan barang di rumah teman supaya tidak usah membayar iuran kos bulanan yang tidak murah," tulis Kompasianer Musa Hasyim. (Baca selengkapnya)

5. Glenn Fredly dan Lagu-lagu yang Mengikat Kenangan

Indonesia, khususnya industri musik tanah air, berduka atas kepulangan musisi yang bukan hanya bertalenta, tetapi memiliki jika sosial yang tinggi: Glenn Fredly.

Glenn Fredly dikabarkan meninggal di RS Setia Mitra Fatmawati, Jakarta, pada Rabu (8/4) di usia 44 tahun.

Kompasianer Ire Rosana Ullail pun menceritakan, betapa ia tumbuh bersama lagu-lagu romantis Glenn. Dari lagu "Januari", "Sedih Tak Berujung", hingga "Akhir Cerita Cinta" merupakan salah tiga lagu-lagu cinta yang memiliki suatu peristiwa pedih.

"Jika ada yang bilang lagu itu bisa mengikat kenangan, mungkin itulah yang dilakukan lagu-lagu Glenn Fredly. Satu per-satu kenangan masa lalu diikat dengan lagu-lagunya," tulisnya. (Baca selengkapnya)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com