Pemerintah juga bisa memberikan insentif berupa bantuan strategi dan solusi mengatasi berkurang drastisnya ekspor sawit.
Berkurangnya ekspor dilandasi anjloknya permintaan akibat pandemi corona. Catatan Kanya menunjukkan, 70 persen produksi sawit asal Indonesia ditujukan untuk ekspor.
Di tengah pandemi corona, pemerintah memberikan kebijakan kemudahan pelaksanaan penyerapan produk sawit untuk kebutuhan dalam negeri.
"Selain untuk biodiesel, produk sawit bisa diserap oleh energi terbarukan yang lain misalnya pembangkit listrik," kata Kanya.
Menurut dia, saat ini penyerapan kelapa sawit oleh pembangkit listrik belum dapat dijalankan karena adanya birokrasi yang belum tuntas.
Pada sisi ekspor, imbuh dia, terjadi keterbatasan armada, peningkatan biaya transportasi dan ekspedisi kapal yang melonjak signifikan.
"Kami berharap biaya ini diturunkan atau kami mendapat kompensasi atas perbedaan antara sebelum dan pada masa wabah sekarang ini," ujarnya.
Penurunan harga atau kompensasi bisa diberikan utamanya untuk pengangkutan produk kelapa sawit sebagai bahan kebutuhan pokok.
"Sawit sebagian besar memang untuk kebutuhan pangan, selain untuk kebutuhan bahan dasar bahan-bahan pembersih diri dan rumah tangga seperti sabun, sampo, deterjen, pembersih rumah juga alat-alat rumah tangga," ucap dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.