Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

CEO Grab Klaim Perusahaannya Mampu Hadapi Resesi dalam 3 tahun

Kompas.com - 16/04/2020, 16:53 WIB
Mutia Fauzia,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

Sumber CNBC

NEW YORK, KOMPAS.com - Sebagai penyedia jasa transportasi on demand, Grab tidak kebal terhadap dampak pandemik virus corona yang telah membawa perekonomian global menghadapi risiko resesi.

Namun demikian, CEO Grab Anthony Tan memproyeksi, perusahaannya memiliki likuiditas yang cukup besar untuk menghadapi resesi.

"Di beberapa negara, GMV (gross merchandise value) untuk transportasi telah turun hingga double digit," ujar Tan seperti dikutip dari CNBC, Kamis (16/4/2020).

Baca juga: BI: Risiko Resesi Bisa Muncul Pada Kuartal III-IV 2020

GMV merupakan ukuran yang digunakan oleh perusahaan berbasis internet dalam menghitung nilai penjualan barang atau jasa yang dijual di platform mereka.

Tan menjelaskan, perusahaannya memiliki berbagai diverisifikasi model bisnis seperti layanan antar makanan dan belanja yang turut mendorong kinerja Grab di tengah pandemi virus corona.

Perusahaan pun menyesuaikan diri dengan lingkungan bisnis yang baru dengan meningkatkan segmen layanan non transportasi untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat.

Selain itu, Grab juga memindahkan pasokannya untuk memastikan driver mereka tetap bisa mendapatkan penghasilan.

Baca juga: BI dan Pemerintah Siapkan Stimulus Lebih Besar Hadapi Resesi Ekonomi

Meskipun demikian, peningkatan layanan belanja dan pesan antar tak benar-benar mampu menutupi penurunan permintaan di layanan bisnis transportasi.

Tetapi, Tan tetap optimistis dengan prospek bisnis perusahaannya tersebut.

"Jika melihat ke depan, saya tahu transportasi merupakan bisnis dengan pangsa pasar yang luas dan menakup kebutuhan dasar, sehingga kami mengantisipasi hal ini akan membaik secara ccepat jika orang-orang mulai melakukan mobilisasi setelah lockdown usai," ujar dia.

Saat ini, Grab beroperasi di 339 kota di delaman negara Asia. Beberapa negara di antaranya adalah Singapura, Malaysia dan Indonesia.

Negara-negara tersebut telah mengimplementasikan beragam kebijakan social distancing, dengan beberapa di antaranya menerapkan aturan yang lebih ketat.

 

Baca juga: Hampir Seluruh Anggota G20 Diprediksi Resesi, Kecuali RI dan 2 Negara Ini

Sehingga, banyak orang telah berdiam diri di rumah masing-masing dalam beberapa bulan belakangan akibat pandemi virus.

Hal itu menyebabkan penurunan permintaan yang signifikan di sektor jasa transportasi.

Secara global, dua juta orang telah terkonfirmasi terinfeksi virus corona dan Dana Moneter Internasional pun memproyeksi perekonomian dunia akan mengalami resesi yang lebih dalam dibanding era Depresi Besar.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com