Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Operasi Pasar, Pemerintah Pasok 16 Ton Gula

Kompas.com - 26/05/2020, 19:35 WIB
Ade Miranti Karunia,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Perdagangan Agus Suparmanto melakukan Operasi Pasar Gula (OPG) ke dua lokasi, yakni Pasar Jatinegara Jakarta dan Pasar Baru Bekasi. Diharapkan adanya OPG ini membuat harga gula bisa kembali sesuai harga eceran tertinggi (HET) sebesar Rp 12.500 per kilogram (kg).

Dalam operasi pasar ini, pemerintah memasok 12 ton gula di Pasar Jatinegara dan 4 ton di Pasar Baru Bekasi. Pemerinta PT Adikarya Gemilang dan PT Priscolin dalam operasi pasar tersebut.

Operasi pasar gula akan terus dilakukan. Di Pasar Baru Bekasi ini akan dipasok 4 ton setiap hari sampai harga turun dan stabil,” ujarnya melalui keterangan tertulis, Selasa (26/5/2020).

Baca juga: Naik Pesawat ke Jakarta Tak Punya SIKM, Siap–siap Karantina di GOR Cengkareng

Sampai saat ini, total jumlah volume Operasi Pasar Gula yang telah dilakukan pemerintah sebanyak 36.516 ton.

Gula tersebut disalurkan ke Kota Tangerang dan Tangerang Selatan (Banten), Bogor dan Bekasi (Jawa Barat), DKI Jakarta, Kota dan Kabupaten Malang (Jatim), Bandar Lampung (Lampung), Jambi serta Riau (Kepri). 

“Dengan demikian saya pastikan stok gula untuk seluruh wilayah di Indonesia pada masa Lebaran ini sampai masa panen tebu rakyat tiba, dapat dipastikan cukup dan harga terjangkau masyarakat,” ujarnya.

Berdasarkan pantauan pada 26 Mei 2020, Kementerian Perdagangan menyebut harga rata-rata nasional gula pasir telah mengalami penurunan 10,38 persen dibandingkan pada bulan sebelumnya.

Baca juga: Penumpang KRL Diimbau Tidak Bicara di Dalam Kereta, Ini Alasannya

Sementara itu di pasar ritel modern, Kementerian Perdagangan menyebut harga gula tetap stabil normal sesuai HET sebesar Rp 12.500 per kg. Adapun harga rata-rata nasional sudah berada pada kisaran Rp 14.000 hingga Rp 16.500 per kg.

Sebelumnya Mendag Agus memaparkan hasil evaluasi sementara tentang masih tingginya harga gula pasir di masyarakat. Pertama, terjadinya pergeseran musim giling tebu rakyat yang biasanya terjadi di bulan Maret bergeser ke Juni akibat adanya perubahan iklim.

Kedua, adanya mata rantai distribusi yang cukup panjang untuk sampai ke tangan konsumen. Ketiga, ada pelaku bisnis gula nakal baik produsen, distibutor, maupun pedagang di pasar yang terbukti menahan gula dan mempermainkan harga.

Keempat, belum maksimalnya realisasi impor oleh pabrik gula berbasis tebu sehingga jadwal produksi dan distribusi gula pasir ke masyarakat mengawali pergeseran jadwal.

Baca juga: Penumpang Pesawat Tujuan Jabodetabek Wajib Miliki SIKM

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com