Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jumlah Pekerja di Inggris Merosot, Rekor sejak 1 Dekade Terakhir

Kompas.com - 12/08/2020, 08:03 WIB
Fika Nurul Ulya,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

Sumber Reuters

LONDON, KOMPAS.com - Jumlah pekerja di Inggris mengalami penurunan terbesar sejak 2009. Tanda-tanda belum usainya Covid-19 akan berdampak lebih besar pada pasar tenaga kerja, karena pemerintah setempat menghentikan skema perlindungan pekerjaannya.

Merujuk data resmi setempat, penurunan pekerja dipimpin oleh pekerja sektor wiraswasta yakni mencapai 220.000 pekerja.

Data terpisah untuk bulan Juli menunjukkan, jumlah staf dalam daftar gaji perusahaan telah turun 730.000 sejak Maret 2020. Hal ini menyuarakan peringatan tentang potensi peningkatan pengangguran yang jauh lebih besar ke depannya.

Kehilangan pekerjaan yang meningkat diprediksi karena Inggris bakal menghentikan skema retensi pekerjaan, yang telah mencakup sekitar satu dari tiga pekerjaan sektor swasta. Skema retensi akan ditutup pada akhir Oktober.

Baca juga: Kenapa Cuma Peserta BPJS Ketenagakerjaan yang Dapat BLT Rp 600.000?

"Yang menjadi kekhawatiran sebenarnya adalah menurunnya jumlah pekerja saat ini hanyalah gelombang pertama dari berita buruk untuk pasar kerja," kata penasihat pasar tenaga kerja senior di Chartered Institute of Personnel Development, Gerwyn Davies, mengutip Reuters, Rabu (12/8/2020).

“Faktanya, pengurangan pekerja alih-alih meningkatnya pemecatan staf secara permanen adalah penyebab utama. Hingga saat ini, fakta itu menjadi pertanda buruk untuk beberapa bulan mendatang, jika lebih banyak perusahaan melakukan PHK sebagai upaya terakhir," sambungnya.

Sementara itu, Menteri Keuangan Rishi Sunak mengatakan, program dukungan pemerintah terhadap pekerja berhasil, tapi kehilangan pekerjaan tidak dapat dihindari.

"Saya selalu mengatakan secara jelas, kami tidak dapat melindungi setiap pekerjaan. Tapi kami memiliki rencana yang jelas untuk melindungi, mendukung, dan menciptakan lapangan kerja, sehingga memastikan bahwa tidak ada yang ditinggalkan tanpa harapan," katanya.

Baca juga: [POPULER MONEY] Informasi Lengkap tentang Subsidi Gaji Rp 600.000

Sejauh ini beberapa perusahaan telah merencanakan pemberhentian, mulai dari surat kabar British Airways dan London's Evening Standard, hingga pengecer WH Smith dan Selfridges.

Data Biro Statistik Nasional Inggris mencatat, tingkat pengangguran bertahan di 3,9 persen. meski bertahan, stagnannya angka diartikan sebagai banyak orang yang sudah menyerah mencari pekerjaan. Selain itu, ada 300.000 orang yang bekerja tapi tidak mendapatkan bayaran.

Pekan lalu, Bank of England memproyeksi tingkat pengangguran akan mencapai 7,5 persen pada akhir tahun 2020.

Tercatat, jumlah wiraswasta sudah turun dalam tiga bulan terakhir hingga Juni, dipimpin oleh pekerja yang lebih tua. Jumlah orang yang mengklaim kredit universal - tunjangan bagi mereka yang berpenghasilan rendah serta pengangguran - naik menjadi 2,689 juta di bulan Juli, melonjak 117 persen dari bulan Maret.

Sementara itu, gaji turun 1,2 persen pada periode April-Juni, periode yang paling tinggi dalam lebih dari 10 tahun. Ini mencerminkan pekerja dalam skema retensi pekerjaan hanya menerima 80 persen dari gaji mereka. Tidak termasuk bonus, gaji turun untuk pertama kalinya sejak pencatatan dimulai pada tahun 2001.

Baca juga: Pekerja yang Tunggak Iuran BP Jamsostek Tetap Dapat Subsidi Gaji

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cara Bayar Pajak Daerah secara Online lewat Tokopedia

Cara Bayar Pajak Daerah secara Online lewat Tokopedia

Spend Smart
Apa Itu 'Cut-Off Time' pada Investasi Reksadana?

Apa Itu "Cut-Off Time" pada Investasi Reksadana?

Earn Smart
Mengenal Apa Itu 'Skimming' dan Cara Menghindarinya

Mengenal Apa Itu "Skimming" dan Cara Menghindarinya

Earn Smart
BRI Beri Apresiasi untuk Restoran Merchant Layanan Digital

BRI Beri Apresiasi untuk Restoran Merchant Layanan Digital

Whats New
Kemenhub Tingkatkan Kualitas dan Kompetensi SDM Angkutan Penyeberangan

Kemenhub Tingkatkan Kualitas dan Kompetensi SDM Angkutan Penyeberangan

Whats New
CGAS Raup Pendapatan Rp 130,41 Miliar pada Kuartal I 2024, Didorong Permintaan Ritel dan UMKM

CGAS Raup Pendapatan Rp 130,41 Miliar pada Kuartal I 2024, Didorong Permintaan Ritel dan UMKM

Whats New
Simak Cara Menyiapkan Dana Pendidikan Anak

Simak Cara Menyiapkan Dana Pendidikan Anak

Earn Smart
HET Beras Bulog Naik, YLKI Khawatir Daya Beli Masyarakat Tergerus

HET Beras Bulog Naik, YLKI Khawatir Daya Beli Masyarakat Tergerus

Whats New
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Lampaui Malaysia hingga Amerika Serikat

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Lampaui Malaysia hingga Amerika Serikat

Whats New
KKP Terima 99.648 Ekor Benih Bening Lobster yang Disita TNI AL

KKP Terima 99.648 Ekor Benih Bening Lobster yang Disita TNI AL

Rilis
Di Hadapan Menko Airlangga, Wakil Kanselir Jerman Puji Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Di Hadapan Menko Airlangga, Wakil Kanselir Jerman Puji Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Whats New
Soal Rencana Kenaikan Tarif KRL, Anggota DPR: Jangan Sampai Membuat Penumpang Beralih...

Soal Rencana Kenaikan Tarif KRL, Anggota DPR: Jangan Sampai Membuat Penumpang Beralih...

Whats New
Menteri ESDM Pastikan Perpanjangan Izin Tambang Freeport Sampai 2061

Menteri ESDM Pastikan Perpanjangan Izin Tambang Freeport Sampai 2061

Whats New
Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen, Sri Mulyani: Indonesia Terus Tunjukan 'Daya Tahannya'

Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen, Sri Mulyani: Indonesia Terus Tunjukan "Daya Tahannya"

Whats New
“Wanti-wanti” Mendag Zulhas ke Jastiper: Ikuti Aturan, Kirim Pakai Kargo

“Wanti-wanti” Mendag Zulhas ke Jastiper: Ikuti Aturan, Kirim Pakai Kargo

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com