Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Imbas Virus Corona, Utang Inggris Tembus Rp 38.705 Triliun

Kompas.com - 23/08/2020, 15:17 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

Sumber BBC

LONDON, KOMPAS.com - Utang pemerintah Inggris untuk pertama kalinya melonjak hingga menembus 2 triliun poundsterling atau setara sekira Rp 38.705 triliun (kurs Rp 19.352 per poundsterling).

Meningkatnya utang pemerintah Inggris terjadi sebagai dampak besarnya pemerintah untuk menopang perekonomian di tengah pandemi virus corona (Covid-19).

Dikutip dari BBC, Minggu (23/8/2020), total utang pemerintah Inggris menyentuh 2.004 triliun poundsterling pada Juli 2020. Menurut data Kantor Statistik Nasional (ONS), angka utang tersebut naik 227,6 miliar poundsterling.

Baca juga: Pertumbuhan Ekonomi Minus 20,4 Persen, Inggris Masuk Jurang Resesi

Para ekonom pun memperingatkan bahwa situasi dapat memburuk sebelum akhirnya membaik.

Ini adalah pertama kalinya utang Inggris naik ke atas 100 persen dari produk domestik bruto (PDB). ONS mencatat, ini pertama kalinya terjadi sejak periode tahun fiskal 1960-1961.

"Krisis ini telah membuat pembiayaan publik berada pada tekanan yang signifikan, karena kita melihat pukulan terhadap perekonomian kita dan mengambil tindakan untuk mendukung jutaan pekerja, pelaku usaha, dan mata pencaharian," ujar chancellor Rishi Sunak.

"Tanpa dukungan itu, kondisi akan jauh lebih buruk," ungkap dia.

Baca juga: Jumlah Pekerja di Inggris Merosot, Rekor sejak 1 Dekade Terakhir

Adapun Carl Emmerson, deputi direktur di Institute for Fiscal Studies menyatakan, angka utang tersebut tidak terlalu mengejutkan.

Pemerintah Inggris harus berutang sebegitu banyak lantaran besarnya skala yang dibutuhkan untuk mendukung masyarakat yang terdampak pandemi.

Sementara itu, Samuel Tombs, ekonom Inggris di Pantheon Macroeconomics menyebut, angka utang Inggris masih melaju menuju persentase terbesarnya terhadap PDB sejak Perang Dunia II.

"Ke depan, utang akan melonjak secara temporer pada Agustus, sejalan dengan pembayaran Skema Dukungan untuk Penghasilan Pekerja Mandiri (Self-Employment Income Support Scheme) tahap kedua dan terakhir, serta pendanaan skema Eat Out to Help Out," terang Tombs.

 

Perekonomian Inggris sendiri mengalami kontraksi hingga 20,4 persen pada kuartal II 2020 jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.

Hal tersebut disebabkan oleh pandemi virus corona (Covid-19) yang membuat pemerintah menerapkan kebijakan isolasi total atau lockdown.

Namun demikian, terjadi perbaikan Produk Domestik Bruto (PDB) pada bulan Juli yang tumbuh 8,7 persen seiring dengan pelonggaran kebijakan lockdown yang diberlakukan oleh pemerintah, mengikuti bulan Mei yang membaik 1,8 persen.

Baca juga: Terpukul Pandemi, Inggris Kehilangan 730.000 Pekerja Sejak Maret 2020

Kontraksi pada kuartal kedua adalah yang terburuk setelah sebelumnya di kuartal pertama PDB juga mengalami konraksi sebesar 2,2 persen.

Sebelumnya, analis di dalam jajak pendapat yang dilakukan Reuters memperkirakan perekonomian Inggris akan mengalami kontraksi sebesar 20,5 persen.

Kontraksi pertumbuhan ekonomi dalam dua kuartal berturut-turut berarti Britania Raya mengalami mengalami resesi secara teknis.

Jika dibandingkan, PDB riil Inggris saat ini lebih rendah dibandingkan dengan kuartal II tahun 2003. Adapun jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu (yoy), ekonomi Inggris mengalami kontraksi sebesar 21.7 persen.

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com