Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anda Jadi Generasi Sandwich? Begini Cara Memutus Rantainya

Kompas.com - 31/08/2020, 14:01 WIB
Fika Nurul Ulya,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Generasi sandwich (sandwich generations) di Indonesia yang kental berkultur Asia, mulai menjadi isu dan banyak diperbincangkan sejak 5 tahun terakhir.

Apa itu sandwich generations?

Istilah sandwich generations sendiri mulai diperkenalkan oleh Dorothy A. Miller pada tahun 1981 lalu melalui jurnal dengan judul The 'sandwich' generation: adult children of the aging.

Sama seperti sandwich, generasi ini terhimpit di antara 2 tanggung jawab keuangan sekaligus. Dengan kata lain, generasi yang bertanggung jawab secara finansial untuk mengurusi anak-anak atau orang yang lebih muda dari mereka, sekaligus orang tuanya.

Baca juga: Daftar Lelang Rumah di Bekasi, Harga Mulai Rp 200 Jutaan

Tak heran, generasi ini lebih rentan stres karena multi peran dan banyaknya tekanan, antara lain adalah masalah keuangan, kesehatan, pendidikan, dan kebutuhan rumah tangga.

Beberapa beban yang paling berat, adalah biaya kesehatan yang naik 13-14 persen setiap tahun. Beban pendidikan anak atau adik-adik yang menjadi tanggungan pun bisa meningkat 10-15 persen tiap tahun. Dua sektor ini menempati tingkat inflasi yang tinggi.

Bagi yang sudah menikah, membangun rumah tangga menjadi PR tambahan. Apalagi sekarang ini, generasi milenial memiliki tantangan dalam merealisasikan rumah impian. Biaya hidup yang kian mahal, utamanya di ibu kota membuat generasi ini makin rentan stres.

Bagaimana cara siasati keuangannya?

Generasi sandwich juga cenderung mengabaikan masalah perawatan untuk dirinya sendiri. Padahal agar dapat berperan terus sebagai caregiver, generasi tersebut perlu lebih memperhatikan kepentingannya.

Baca juga: Luhut: Kita Jangan Terus Berada pada Ketakutan Covid-19

Cara satu-satunya untuk memutus rantai tersebut adalah dengan menyiasati pengelolaan keuangan. Berikut ini 3 langkah yang perlu Anda lakukan agar rantai generasi sandwich bisa putus di Anda.

1. Rencanakan keuangan

Apapun yang Anda beli, atau apapun yang menjadi prioritas Anda di masa depan harus direncanakan. Dalam memenuhi kebutuhan hidup, ada baiknya cek posisi keuangan dan buat pos masing-masing prioritas.

"Dengan menyeimbangkan budget, artinya Anda menyeimbangkan kehidupan sekarang dan masa depan," kata Financial Planner & Educator, Aliyah Natasha dalam meeting virtual, Senin (31/8/2020).

Aliyah menuturkan, mengelola keuangan perlu beberapa data terkini. Anda bisa merencanakan prioritas dengan mempertimbangkan angka harapan hidup di Indonesia, rata-rata tingkat inflasi Indonesia dan suku bunga Bank Indonesia.

"Saat ini sebanyak 79,91 persen lansia mendapat support dari keluarganya, mortality rate ada di angka 71 tahun, dan perkembangan rata-rata inflasi Indonesia dari 2016-2019 adalah 3,5 persen," paparnya.

Baca juga: Derita Benny Tjokro, Ditahan Kejagung, Kini Perusahaan Miliknya Pailit

2. Investasi dan bangun aset

Setelah membuat perencanaan, Anda perlu membangun aset. Utamanya saat tren suku bunga rendah yang memengaruhi suku bunga tabungan dan deposito.

Per Agustus 2020, Bank Indonesia menetapkan suku bunga acuan BI-7DRRR sebesar 4 persen. Suku bunga ini merupakan rekor terendah sejak Indonesia merdeka.

Untuk itu, bukan lagi saatnya generasi sandwich hanya mengandalkan suku bunga tabungan maupun deposito.

"Ini saatnya investasi dan menambahkan nilai aset. Caranya adalah cari investasi atau aset yang memberikan return produktif, dan pahami risikonya," ucap Aliyah.

Baca juga: Startup Pajak Asal Indonesia Menang di Kompetisi Alibaba

3. Monitor

Hal sering dilupakan adalah memonitor keuangan, investasi, maupun aset yang kita punya. Meski investasi ada di tangan manajer yang tepat, bukan berarti Anda bisa lepas tangan begitu saja.

Dari perencanaan-perencanaan tersebut, Anda bisa memenuhi kebutuhan 2 generasi, sekaligus memenuhi kebutuhan di masa tua Anda sehingga beban generasi sandwich tak lagi turun-temurun. Perhatikan pula berbagai perlidungan untuk diri sendiri, seperti asuransi jiwa, asuransi kesehatan, dan asuransi aset.

"Karena begini, banyak klien yang punya aset, namun kebanyakan asetnya tergerus karena tidak siapkan proteksi untuk diri-sendiri. Jangan sampai harta kita tergerus oleh ketidaksiapan kita sendiri," pungkasnya.

Baca juga: Siap-siap, Subsidi Gaji Rp 600.000 Ditransfer ke 3 Juta Rekening Minggu Ini

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com